BAGIAN 13-Apartemen Pingky

3K 163 0
                                    

⭐ Tekan ini sebelum membaca
💬 Tekan ini setelah membaca

Happy Reading...
__________________________________

Author pov~~

Pingky dan Vena turun dari mobil dan melangkah mendekati pintu utama pada rumah megah di depan mereka ini. Saat di depan dintu, Pingky menekan bel dua kali.

"Assalmu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh"

Dan terdengar salam keseluruh penjuruh rumah, perlahan pintu itu terbuka dan menampakkan asisten rumah tangga tersenyum kearah mereka berdua.

"Assalamu'alaikum mbok" Pingky menyalami tangan mbok sum yang diikuti oleh Vena dengan sopan. Sekali lagi Vena menatap takjub ke arah Pingky, biasanya anak orang kaya seperti Pingky ini tidak pernah bahkan tidak mau mencium tangan pekerja di rumahnya. Tapi Pingky?? Dia bahkan sangat sopan dan menghormati pembantu di rumahnya.

"Wa'alaikumsalam. Masuk non" Mereka masuk kedalam rumah dan langsung berjalan kelantai dua untuk mengambil pakaian Pingky yang sudah ia kemasi. Saat mereka sampai di lantai dua, sebuah suara lembut membuat mereka menoleh ke arah kanan dan menampakkan seorang wanita paruh baya berjilbab warnag peace berjalan kearah mereka.

"Sudah mau berangkat nak? Ini siapa? Teman kamu Ky?" Mama Pingky tersenyum kearah Vena yang tengah menyalami tangannya dengan gugup. Yap saat ini ia sangat gugup, bagaimana tidak gugup? Ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di rumah semegah ini.

"Iya ma, dia teman Pingky. Dan mama mau kemana?" Pertanyaan Pingky membuat mamanya langsung menatap kearahnya dengan sendu. Sebenarnya ia tak mau berpisah dengan anaknya ini, tapi apa boleh buat? Pingky ngotot ingin hidup mandiri, ia tak mau merepotkan orang tuanya lagi. Padahal orang tuanya tak merasah repot dengan anaknya ini.

"Mama ingin ke toko kue sebentar, dan nanti mama nyusul ke apartemen kamu ya nak" Pingky hanya mengangguk dan mencium pipi mamanya kemudian mengajak Vena memasuki kamarnya yang luas ini.

"Mbak bajunya cuman dua koper??" Kaget? Tentu saja bayangkan saja seluruh lemari Pingky sudah kosong dan pakaiannya cuman du koper?? Sungguh Vena merasa kalau Pingky ini sangat-sangat sederhana. Pingky hanya terkekeh melihat wajah terkejut Vena.

"Tadi mbak udah bawa satu koper kok ke apertemen" Vena menatap Pingky lama yang membuat wanita itu risih sendiri.

"Kok kamu natap mbak gitu sih?" Vena mengerjabkan matanya beberapa kali.

"Vena nggak nyangka mbak" Pingky mengerutkan keningnya bingung.

"Maksudnya?"

"Vena nggak nyangka, mbak ini anak orang kaya malah sangat kaya tapi mbak tidak seperti anak orang kaya di luar sana yang suka mengoleksi pakaian-pakaian dan lainnya gitu" Pingky tersenyum dan duduk di samping Vena.

"Mbak nggak butuh itu semua kok, yang mbak butuhkan itu barang yang menurut mbak berguna. Lagian buat apa mbak mengoleksi barang-barang yang mahal dan lainnya?? Semua itu bakalan mbak tinggalkan di dunia jika mbak mati kelak" Senyum Vena mengembang mendengar perkataan Pingky barusan, ua sadar jika di kota besar ini tidak di penuhi dengan orangorang yang ingin tenar. Ketakutannya kini menguap terhadap kota-kota besar.

"Kita ke apartemen aja yuk" Vena mengangguk dan mereka pun berjalan keluar rumah.

Selama di perjalan, mereka selalu bercerita dan bercanda yang membuat mereka tidak bosan.

Sekitar satu jam mereka sampai di apartemen Pingky yang tidak terlalu besar dan juga tidak kecil.

"Mbak ini barangnya mau mau di taruh dimana?"

"Langsung bawa ke kamar ya Ven" Vena mengangguk dan berjalan ke kamar Pingky kemudia dia merapikan kamar itu dan menyusun pakaian Pingky di lemari.

"Astaga Vena, kenapa kamu memberaihkannya sendiri? Kenapa nggak panggil mbak? Duuhh kamu ya" Vena hanya terkekeh melihat Pingky yang baru memasuki kamar dengan keringat yang bercucuran di wajahnya. Vena menggelengkan kepalanya sedikit kesal. Bagaimana ia mau memanggil Pingky jika Pingky sudah capek?

"Ini hampir selesai kok mbak, mending mbak mandi deh" Pingky berdecap pelan dan ingin mengambil sapu di tangan Vena tapi dengan cepat Vena menghindar.

"Biar Vena aja mbak, mending mbak mandi aja gih" pingky menghela nafas pasrah dan berjalan ke arah lemari dan mengambil handuk kemudian berjalan kekamar mandi.

Sekitar 30 menit Pingky keluar kamar mandi dan tidak menemukan Vena di kamarnya. Ia tersenyum kecil melihat kamarnya yang rapi karena Vena. Pingky tak habis fikir dengan gadis itu. Menurutnya Vena sangat baik dan dia bersyukur berteman dengannya.

Setelah Pingky berpakaian, ia berjalan keluar kamar dan melihat Vena sedang membaca salah satu koleksi bukunya di ruang tengah.

"Vena" Panggil Pingky yang membuat Vena menoleh kearahnya.

"Mbak, boleh Vena pinjam buku ini?" Vena menunjukkan buku yang ia pegang 'Menggenggam Bara Islam'. Pingky tersenyum dan duduk di samping Vena.

"Ambil aja, kamu sepertinya suka"
"Tapi bukunya masih baru mbak, dan sepertinya belum mbak baca"

"Mbak masih ada satu kok, jadi yang ini buat kamu aja. Dan kamu mandi gih" Vena tersenyum dan menatap dirinya yang sedikit berantakan.

"Nggak bawa baju ganti mbak" Pingky berdecak pelan. Kenapa Vena memusingkan baju?? Ia punya baju dan Vena bisa memakainya.

"Pakai baju mbak aja"

***

"Kita ke tempat sayuran dulu" Mereka sedang berada di tokoh depan gedung apartemen untuk membeli bahan makanan.

Setelah mereka mengambil sayur dan memasukkannya ke troly, mereka berjalan ke tempat daging, buah, snack, minuman, dan beberapa escrim.

"Nah saatnya pulang"

Sesampainya di apartemen, Pingky langsung memasukkan belanjaannya ke kulkas dan Vena mulai memasak sup daging. Mereka seperti saudara yang sangat akur.

"Mbak bantu apa Ven?" Vena menoleh ke arah Pingky dan menggeleng.

"Nggak usah mbak, udah selesai kok semuanya" Ucap Vena dan menunjuk makanan yang tersaji di meja makan.

"Waahhh... Nggak nyangka kamu pintar masak juga Ven, ngalahin mbak" Vena hanya terkekeh dan membawa sup daging ke meja makan dan duduk di samping Pingky.

"Vena emang suka masak mbak. Makan gih" Pingky mengangguk dan mulai memakan masakan Vena dengan berbinar. Masakan Vena sangat enak, ucapnya dalam hati.

***

Saat ini kedua perempuan itu berada di perjalanan menuju apartemen Vena. Sebenarnya Pingky meminta Vena untuk tinggal di apartemennya untuk malam ini, tapi Vena menolaknya karena ia berjanji akan pulang.

Sesampainya mereka di depan gedung apartemen Vena, ia langsung turun dari mobil Pingky dan mengucapkan terimakasih padanya. Vena pun berjalan memasuki gedung itu menuju ke apartemennya.

"Assalamu'alaikum" Pintu apartemen terbuka dan tetlihat Rena yang menatap anaknya tersenyum.

"Wa'alaikumsalam, udah pulang nak?" Vena menyalami tangan Rena dan berjalan mesuk di ikuti oleh Rena.

"Bang Ali mana bu?"

"Ada di dalam, lagi main ps dia" Vena mengangguk dan berjalan ke kamarnya sedangkan Rena berjalan ke ruang keluarga dimana Ali sedang asik main ps.

"Ana sudah datang bu?" Rena duduk di sofa dan menatap Ali lalu mengangguk.

"Jangan ngajakin adikmu main ps Ali, dia sepertinya capek" Saat Ali ingin bangkit dari duduknya, Rena langsung berbicara yang membuatnya cengengesan dan kembali fokus dengan stick di tangannya.

***

Komen dan Vote ya gais😊

TBC~~

CINTA?? (Revisi)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu