BAGIAN 21-Kenyataan 2

2.6K 154 1
                                    


⭐ Tekan ini sebelum membaca
💬 Tekan ini setelah membaca

Happy Reading...
__________________________________

Lidah Dino kelu mendengar penuturan Ustadz Rasyid, ia merasa tertohok dan terpojokkan saat ini.

"Ingat nak. Kita tidak tau mana yang dulu menjemput, Kematian atau Jodoh. Jika kau mati dengan keadaan begini, dengan keadaan lagi mengincar wanita bukan karena keimanan maka kau sangat rugi. Wanita yang kau perjuangkan selama ini tak akan menolongmu, wanita yang kau idam-idamkan tak akan menolongmu! Semua nya tak akan menolongmu kecuali Keimanan dan Amal ibadahmu. Saat kita di kandungan jodoh sudah di gariskan kita jadi buat apa mengejar wanita?? Nanti jika saatnya tiba kau akan menemukan jodohmu"

Dino masih diam dengan mata yang mulai berkaca-kaca?? Bahkan selama ia tumbuh dewasa baru kali ini ia ingin menangis. Entah kenapa perkataan Ustadz Rasyid membuat hati nya sakit. Entah mengapa airmatanya kini ingin tumpah.

"Jika kau ingin hijrah karena Allah maka saya siap membantumu, tapi jika kau ingin hijrah untuk wanita maka saya minta maaf" Sontak Dino mendongak menatap Ustazd Rasyid dengan airmata di pipinya. Bahkan saat ini ia tak merasa malu menangis di depan orang yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu. Perlahan Dino bangkit dan berjalan memeluk tubuh Ustazd Rasyid dengan isakan kecil yang terdengar.

"Bantu saya Abi, bantu saya dekat dengan-Nya. Bantu saya agar bisa mendapat ridho-Nya" Ucap Dino dalam pelukan Ustazd Rasyid. Ustadz Rasyid membalas pelulan Dino dan mengelus punggung lelaki itu dengan senyum.

"Isyaa Allah nak"

Di saat ini Dino sadar, sangat-sangat sadar bahwa semua yang ia lakukan sangat sia-sia, hanya membuang-buang waktu. Mulai saat ini ia akan berusaha untuk tak mengingat wanita yang ia maksud itu, ia akan berusaha melepas wanita itu. Toh jika ia di takdirkan bersama wanita itu maka mereka akan bertemu kan?

"Jika kamu merasa berat dengan keputusan ini nak, maka curahkan semua isi hati mu di sepertiga malam, bawa nama wanita itu di dalam do'a mu. Minta ke kepada Allah agar kau bisa melaluinya"

Fleshback off

"Sudah mau masuk ashar nih, pulang yuk" Mereka semua mengangguk dan membersihkan bungkus makanan yang mereka bawa tadi, tak lupa mereka membawa rambutan untuk teman asrama mereka.

"Nafsuh banget Suf ambil rambutannya" Ucap Dino terkekeh pelan melihat Yusuf membawa satu kantongan besar penuh rambutan di tangan lelaki itu, sedangkan yusuf?? Ia hanya cengengesan.

"Nanti di bagi kok di asrama" Mereka semua mengangguk dan berjalan menuruni bukit dengan bercanda.

"Ya Allah yusuf" Mereka semua tertawa melihat Rasya yang tangah membersihkan celananya akibat Yusuf tak sengaja meningjak genangan air dan membuat celana Rasya terkena cipratannya.

"Maaf Sya, nggak sengaja hehe" Ucap Yusuf cengengesan. Rasya mengangguk pelan dan mereka melanjutkan perjalan menuju asrama.

Setibanya di asrama, mereka langsung membagi-bagikan rambutan yang mereka bawa dari bukit kepada teman asrama mereka dan berjalan ke kamar masing-masing.

"Saad gua yang mandi dulu ya" Saad hanya mengangguk pelan dan berjalan ke arah rak buku di samping ranjang miliknya untuk membaca buku.

sekitar lima belas menit pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Dino yang sudah memakai baju koko berjalan keluar. Saad meletakkan buku di tangannya dan meraih handuk dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah mereka menunaikan shalat ashar, mereka langsung mengganti pakaian dengan baju kaos dan celana selutut kemudian berjalan ke arah dapur. Hari ini adalah jadwal untuk mereka memasak.

"Kita masak apa?" Tanya Dino saat mereka sampai di salam dapur dan mendapatkan Rasya, Hakam, Yusuf, Andi, dan Dodi yang tengah duduk menunggu mereka berdua.

"Nasi, Sambal tahu, san sayur santan" Jawab Dodi dan mereka mulai melakukan aktifitasnya.

Sedangkan Dino?? Ia menatap bingung pada tahu basa yang di depannya. Tadi Saad menyuruhnya untuk memitong tahu itu dan menggorengnya. Tapi, bagaimana ia akan memotongnya??

"Mm.. Ad?" Panggil Dino pada Saad yang tengah memotong bawang merah di seblahnya.

"Ya?"

"Mmmm. Ini gimana caranya?" Saad tersenyum maklum melihat Dino yang kebingungan melihat tahu di depannya. Karena orang kota tak biasa mandiri bukan? Batin Saad.

"Gini caranya" Ucap saad mengambil alih pisau di tangan Dino dan memotong tahu itu.

"Ok" Ucap Dino dan mencoba memotong tahu tapi sayang ia malah motongnya sangat tipis membuat mereka yang ada di sana menggeleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar!

"Kamu cuci berasnya saja Din, biar aku yang potong tahunya" Dino menoleh kearah Andi dan berjalan kearah pria itu yang sedang mencuci beras.

"Ini di masaknya gimana?" Tanya Dino saat ia suda mencuci beras itu yang lumayan banyak.

"Kamu ambil panci yang besar di sana kemudian masukkan air sampai di garisnya dan pakein saringan yang ada di tempat piring kemudian tuang beras itu kedalam" Dino mengerutkan kening bingung mendengar perkataan Andi tapi ia tetap melangkah kearah panci besar dan mengambilnya.

Jam menunjukkan pukul 17:45 saat mereka telah menyelesaikan masakan walau Dino selalu saja membuat masalah, tapi mereka semua memakluminya.

***

"Kerjaan kamu gimana dek?" Tanya seorang pria dewasa pada wanita yang baru saja memasuku mobil.

"Alhamdulillah lancar kok bang" Pria itu mengangguk pelan dan melajukan mobilnya membelah kota Jakarta. Keadaan di mobil saat ini sepi, hanya suara kendaraan yang terdengar.

Merasa bosan, wanita itu menoleh kearah samping dan menatap lelaki yang tengah menyetir.

"Bang" Panggil nya  yang di balas dengan gumaman oleh pria itu.

"Kan besok weekand nih, kita ke pantai ya" Pria itu menoleh dan mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala gadis itu yang tertutupi kerudung peace.

"Kamu suntuk kerja mulu ya?" Vena mengangguk pelan.

"Iya nih bang, perlu refresing nih pikiran" Ucapnya yang di angguki oleh sang kakak.

"Ajakin ibu juga ya sekalian" Ali kembali mengangguk dengan pandangan lurus kedepan melihat banyaknya kendaraan yang mengantri mengingat ini jam pulang kerja jadi jalanan ibu kota ini sangat padat.

Ali menghela nafas dengan bosan dan mengetuk-ngetuk stir mobil dengan pelan.

"Macet banget" Gumamnya dan melajukan mobil dengan pelan saat mobil di depannya mulai bergerak pelan.

"Dek abang beliin mobil ya supaya kamu kalau pulang jalanan nggak padat gini" Sontak Vena langsung menoleh kearah Ali dengan kaget. Mobil?? Mungkin ia akan membuat mobil itu hancur dalam satu hari.

"Abang mau liat Ana masuk UGD??" Ali terkekeh pelan mendengar gerutuan Vena dan mengingat bahwa adik nya itu sangat payah dalam urusan mengemudi.

"Kan nanti abang ajarin dek" Vena tetap menggeleng dengan tegas mendengar perkataan abangnya itu. Mau sampai kapan pun ia takkan mau belajar mengemudi. Ia tak mau mengambil resiko nantinya.

***
Afwan kalau banyak typo🙏

Jangan lupa Vomen, Komen, dan Vote😊

TBC~~

CINTA?? (Revisi)Where stories live. Discover now