BAGIAN 10-Teman Lama

3.1K 197 2
                                    

⭐ Tekan ini sebelum membaca
💬 Tekan ini stelah membaca

Happy Reading~~
_________________________________

Author Pov~~

Sudah dua bulan Vena bekerja di perusahaan Dino dan sejak itu ia sudah mempunyai sahabat yaitu Pingky. Saat seminggu Vena kerja di perusahaan ini, kesabarannya sungguh di uji dengan ucapan sinis dan juga tatapan karyawati yang selalu menatapnya dengan mencemooh karena setiap pagi dan pulang kerja ia selalu bersama dengan Ali. Ya Vena memang melarang Ali memberi tahu kalau mereka itu saudara karena ia tau begitu banyak karyawati yang menyukai abangnya itu.

"Dek!! Udah belum??" Samar-samar suara Ali terdengar dari ruang keluarga yang sedang menunggu adiknya untuk bersiap-siap.

"Bentar bang" Balas Vena dan berjalan keluar kamar menuju ke arah ruang keluarga dimana abangnya dan juga ibunya sedang menunggu.

"Yaudah sarapan dulu" Ucap Rena yang melihat anak putrinya yang sudah siap.

***

Vena Pov~~

Aku dan ibu sudah lumayan lama tinggal di kota ini, dan disini aku sudah punya sahabat yaitu atasan ku di bidang pengembangan. Mba Pingky. Mba Pingky sangat beda dari karyawati-karyawati yang ada di kantor, disaat mereka mengatai-ngataiku secara terang-terangan, disaat mereka menatapku dengan sinis dan lainnya, di saat itu juga mba Pingky menyemangati aku. Ia selalu mensupport aku saat yang lain mulai menjatuhkan aku.

"Dek hujan nih" Sontak perkataan bang Ali membuatku menoleh ke arahnya lalu menoleh ke arah jendela dan ternyata kami sudah sampai di kantor.

"Yaa.. Gimana dong bang, keras lagi hujannya" Ucpaku pelan dan menoleh ke arah abang yang juga melihatku.

"Sebentar, kayaknya di jok belakang ada payung deh. Coba kamu ambil" Aku menoleh ke arah brlakang dan yaahh!! Ada! Langsung saja aku mengambilnya dengan senang.

"Lah? Ini gimana bang mau pakenya kalau payungnya kecil?? Ini mah khusus satu orang aja" Aku menoleh ke arah bang Ali yang juga menatap payung yang ada di tanganku.

"Yaudah kamu aja yang pake, biar abang lari aja biar nggak terlalu basah" Sontak perkataan bang Ali membuatku membulatkan mata dan langsung memukul lengannya pelan.

"Jangan bercanda deh bang, abang lupa kalau abang nggak bisa kena air hujan?? Mau sakit?" Ucapku dengan menatapnnya kesal. Bisa-bisanya bang Ali mau lari dari parkiran ke kantor??Belum sampai kantor mungkin bang Ali langsung pingsan deh. Bang Ali memang nggak bisa kena air hujan, dia itu seperti ibu yang jika kepalanya kena air hujan maka beberapa menit kemudian akan langsung demam tinggi.

"Terus gimana? Masa yang mau pake payung abang dan kamu mau hujan-hujanan?? Nggak! Nanti kalau kamu sakit gimana?" Ucap bang Ali dengan menatapku kesal. Yee.. Yang mau hujan-hujanan itu siapa?? Dasar bang Ali.

"Bukan gitu bang, gini kita pake aja nih payung buat masuk kantor" Ku lihat bang Ali seperti ragu dengan payung yang ku pegang ini tapi ia langsung mengangguk pelan.

Saat memasuki kantor, kami langsung menjadi pusat perhatian dimana bang Ali merangkul aku dan juga jasnya yang bertengger manis di pundakku. Sebenarnya sih aku menolak saat bang Ali memasang nya tapi ia mengancam buat hujan-hujanan dan terpaksa aku mengiyakan. Dan lihat?? Mereka semua menatapku dengan pandangan benci seakan ingin memakanku hidup hidup. Aku menghela nafas panjang dan menoleh kearah bang Ali yang dengan santainya menyimpan payung yang kami gunakan tadi di tempat yang sudah di sediakan. Perlahan aku berjalan ke arahnya dan menyerahkan jas nya, bang Ali tersenyum kemudian ia mengelus kepalaku dengan lembut.

"Nanti siang kamu makan sama abang ya, soalnya udah lama abang nggak makan siang bareng sama kamu" Ucapan lembut bang Ali membuatku tersenyum dan mengangguk senang.Ya selama aku kerja sekantor dengan bang Ali kami memang jarang makan siang bersama, ketemu aja jarang.

"Yaudah, abang duluan ya" Ucap bang Ali dan melangkah memasuki lift khusus petinggi kantor. Mau tau kenapa bang Ali bisa pakai lift itu?? Karena ia adalah sahabat mas Dino.

Setelah bang Ali pergi, aku mulai mendengar perkataan yang menghujat aku.

"Dihhh... Gaya alim, tapi kelakuan kayak anjing"

"Wanita penggoda! Bisanya cuman deketin Ali"

"Rugi tuh pakaian panjang kalau kelakuannya cuman bisa berduaan dengan laki"

Aku menghela nafas pelan untuk menahan rasa marah yang ingin keluar. Apa mereka tidak bisa membedakan kasih sayang seorang suaudara? Apa aku dan bang Ali seperti seorang yang sedang pacaran?? Sungguh aneh.

"VENA!!" Sebuah suara yang sangat familiar terdengar olehku yang membuat semua orang di loby kantor menoleh ke arah luar dan di sana ada seorang wanita seumuran ku yang tengah melambaikan tangannya dengan muka sumringah. Seyumanku pun mengembang dan kuraih payung yang bang Ali taruh tadi dan berlari kecil keluar kantor.

"Masyaa Allah, Aisya kamu kok ada di sini?" Ucapku dengan agak keras dan langsung memelukknya erat. Aisya adalah teman semasa kuliah ku dulu, dan kami sangat akrab tapi setelah wisudah ia langsung ikut keluarganya pergi dari Bandung, dan ini kali pertama kami bertemu kembali. Nggak nyangka aku bisa bertemu dengannya setelah lama ia menghilang dulu, dan dia makin cantik.

"Kangen sumpah gua sama lo Ven, ahhh... Gua nggak nyangka bisa ketemu lo lagi" Ucapnya dan membalas pelukanku dengan erat tak lupa satu tangan buat pefang payung agar nggak kena hujan.

"Aku juga kangen, kamu diamana aja? Kok nggak pernah balik ke Bandung dulu?" Dia hanya nyrngir dan melepaskan pelukannya.

"Gua tinggal di sini dan kerja di perusahaan sepupu gua. Dan lo napa ada disini?" Ucapnya heran dan aku pun menariknya memasuki kantor dan duduk di salah satu kursi.

"Aku baru pindah kesini dari beberapa bulan lalu" Ku lihat ia membulatkan matanya dan langsung tersenyum senang.

"Beneran? Lo mau menetap disini? Wahh.. Kalau gitu alamat lo dimana?" Aku hanya terkekeh mendengar ia yang sangat antusias. ck ck ck dasar Aisya, sifatnya nggak pernah berubah selalu saja heboh.

"Nanti aku kirimkan, aku mau kerja dulu" Ia mengangguk dan memelukku sekilas dan berjalan keluar kantor.

Setelah Aisya pergi dari kantor, aku langsung melangkah ke arah lift untuk menjuku lantai 6 tempatku kerja.

¤¤¤

Author Pov~~

"Ma!!Pa!! Jangan dong" Suara protesan terdengar dari arah ruang tamu keluarga Bimantara.

"Tidak Dino, kamu itu nggak akan berubah jika papa diamin kamu terus" Dino hanya bisa mengacak-acak rambutnya kesal dengan apa yang papa dan mama nya rencanakan sekarang.

"Tapi nggak gini juga dong pa!"

"Nggak Dino, kamu itu harus bisa merubah sikap kamu. Apa kamu nggak malu? Semua sepupu kamu itu nggak ada kelakuannya seperti kamu!" Dino sadar apa yang papanya katakan saat ini memang ada benarnya, malahan sangat benar.

"Tapi, Dino udah suka sama seseorang pa. Dan Dino udah janji sama diri Dino sendiri buat merubah diri, Dino juga udah nggak mau gini lagi. Jadi papa jangan maksa Dino disaat Dino ingin memulai nya" Mendengar perkataan sang anak Gio dan Karin saling memandang dan tersenyum kecil.

"Emang kamu suka sama siapa? Jangan main-main Dino! Jangan mainin wanita, ingat mama juga wanita jadi mama tau gimana rasanya itu" Dino menghela nafas mendengar perkataan Karin dan memejamkan matanya bertanda ia sangat pusing saat ini.

"Papa dan mama batalin rencananya. Dino janji akan merubah sikap Dino dan akan membawa papa langsung ke rumah nya jika Dino udah siap" Ucap Dino pelan dan membuka matanya perlahan.

"Aku juga nggak akan deketin dia saat ini, dan aku bakalan pergi kerumah oma di kalimantan" Sambung Dino dan membuat kedua orang tuanya menatapnya bingung.

"Buat apa kamu ke rumah oma?" Ucap Karin dengan bingung dan menatap anaknya.

"Karena hanya disana Dino bisa berubah"

¤¤¤

Akhirnya part ini selesai juga😴
Jangan lupa di vote dan komen ya😊

Follow VeNhii

CINTA?? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang