BAGIAN 15-Rangga Ceplos

2.9K 164 2
                                    

⭐ Tekan ini sebelum membaca
💬 Tekan ini setelah membaca

Happy Reading...
_________________________________

Author pov~~

"Gua denger pak Gio jadi CEO lagi??" Terlihat beberapa karyawan berkumpul di suatu meja kantin. Mereka sedikit bingung mengapa mantan CEO itu bisa menjabat kembali? Kenapa bisa tidak ada pemberitahuan terlebih dulu? Biasanya jika ada pergantian CEO maka akan ada pemberitahuan kepada seluruh karyawan kantor. Tapi ini? Sungguh aneh.

"Iya katanya, tapi kok bisa ya?" Semua yang ada di meja itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak tau. Salah satu di antara mereka mendadak gugup dan mengkode yang lainnya untuk mengikuti arah yang ia lihat saat ini. Tepat di pintu kantin kantor terdapat tiga pria dewasa memasuki kantin dengan tenang dan membuat mereka mendapat tatapan kagum dari penghuni kantin ini.

Yap siapa lagi kalau bukan Ali, Rangga, dan Ahmad?? Mereka bertiga ini merupakan incaran bagi karyawati yang ada di kantor ini. Tapi mereka hanya menanggapinya dengan cuek terlebih dengan Ali yang memang anti dengan perempuan.

Tadi saat Rangga ada di ruangan Dino ia langsung menelfon Ahmad untuk datang ke sini dan mendengarkan alasan mengapa Gio bisa menjadi CEO lagi, dan tentu Gio terpaksa mengarang cerita bahwa Dino sedang menghandle cabang perusahaannya di Thailand. Mendengar itu Rangga dan Ahmad kesal karena Dino pergi tanpa mengajaknya. Thailand memang negara yang Rangga dan Ahmad sukai, kenapa? Karena disana dia akan minta tips agar kulit mereka putih mulus seperti orang Thailand. ckck ada-ada saja mereka ini. Sedangkan Ali?? Dia hanya bisa menghela nafas pelan. Bukannya ia tidak mempercayainya tapi ini sedikit aneh menurutnya.

"Buset, kita ini kek ikan deh yang di tatap lapar oleh kucing" Sontak Ali dan Ahmad tertawa mendengat gerutuan Rangga yang sedang menatap sekeliling kantin ini.

"Iya, lu ikan kering" Ucap Ahmad dengan tawanya yang mendapat tatapan tajam dari Rangga. Ali hanya menggelengkan kepalanya pelan dan berjalan je arah meja kosong dan duduk disana di ikuti oleh Rangga dan Ahmad yang masi saja adu mulut.

"Lu pada bisa diem nggak??" Rangga dan Ahmad hanya mendengus pelan dan menulis pesanannya di kertas kecil yang di sediakan.

"Dino jahat sumpah, pergi liburan ke luar negeri kagak ngajak-ngajak. Awas aja tuh anak" Rangga yang mendengar itu langsung mengangguk dan mengacungkan jempol ke arah Ahmad.

"Gua setuju. Tuh anak maunya senang sendiri, gua sumpahin kagak ada yang suka dia di sana"

Pletak!!

"ADAWWWW!! SAKIT MONYET!!" Geplakan di kepala mereka berdua sontak membuatnya berteriak dengan kesal dan menatap Ali tajam, membuat seisi kantin menatap mereka dengan bingung dan ada yang menatap takjub karena melihat interaksi mereka yang cukup lucu.

"Lu mau bikin kepala gua miring ke kiri hah?" Ali mendengus kesal dengan perkataan Rannga barusan. Apa iya hanya karena geplakan akan membuat bentuk kepala berubah? Emang Rangga makhluk luar angkasa!

"Lu pada kagak denger tadi om Gio ngomong apa hah? Dino pergi buat ngurus cabang perusahaan mereka bukan buat liburan" Ucap Ali dengan kesal dan melanjutkan makannya.

"Kenapa lu ngedukung Dino mulu?? Apa jangan-jangan lu suka sama Dino?"

Ukhukk ukhukk...

Seketika Ali tersedak nasi goreng yang dia makan mendengar perkataan Dino dan segera meminum air mineral di depannya dengan agak cepat. Ia menatap Rangga dengan kesal dan menginjak kaki pria itu dengan sangat keras yang membuatnya teriak kesakitan berbeda dengan Ahmad yang sudah tertawa keras.

"ADAWWW!!! KAKI GUA SAT! SAKIT NJIRRR!! SETAN ALII-" Segera Ahmad menutup mulut Rangga yang tengah berteriak sumpah serapahnya kepada Ali.

"Lu sih ngomong lembek amat, yakali gua suka sama Dino" Rangga meringis kesakitan dan mengusap kakinya yang masih berdenyut.

"Pan gua cuman nebak aja" Sekali lagi ia mendapat lemparan kacang dari Ali dan melanjutkan kembali makannya. Jika ia terus menimpali ucapan Rangga maka sudah pasti bahwa mereka akan adu mulut sampai jam pulang nanti.

"Eh eh adek lu masuk kantin noh" Ali langsung menoleh kearah belakang dan melihat Vena dan Pingky memasuki kantin dengan sesekali tertawa kecil.

"Gua pengen punya istri kek Vena deh Al" Ali langsung menatap Rangga dengan tajam sedangkan Rangga?? Ia hanya cengengesan dan mengacungkan jari tengah dan telunjuknya.

"Becanda aelah" Mereka bertiga terus memperhatikan dua gadis yang tengah memesan makanan itu sampai mereka melihat kedua perempuan itu seperti bingung ingin duduk dimana karena bangku kantin sudah penuh.

Mendadak Ali melambaikan tangannya ke arah Vena dan menyuruh gadis itu mendekat. Vena dan Pingky berjalan pelan kearah mereka. Perlakuan Ali kepada Vena pun tak luput dari penglihatan karyawan yang di sini yang membuat gadis itu di tatap sinis oleh karyawati.

"Ada apa bang?" Ali memberi kode kepada sahabatnya untuk ikut berdiri dan menarik Vena lebih dekat.

"Kamu sama Pingky makan disini saja ya dek soalnya yang lain udah penuh" Vena menatap tak enak ke arah Rangga dan Ahmad yang melihat mereka berdua sedangkan Pingky?? Ia hanya diam di belakang Vena. Walaupun ini adalah kantor milik keluarganya, ia hanya bersikap seperti karyawan lainnya.

"Tapi kan bang Ali sama mas Rangga dan mas Ahmad belum selesai makan? Masa sih Ana mau disini?" Mendengar perkataan Vena, membuat Rangga mengibaskan tangannya di udara.

"Nggak apa-apa kok, lu sama Pingky makan disini aja kita udah mau keluar kok" Ucap Rangga dengan senyum dan bergeser mendekati Ali. Ali tersenyum kearah Vena dan mengambil makanan yang ia pegang dan menaruhnya di meja kemudian mengusap kepala nya dengan sayang sebelum usapan itu berhenti dengan mata yang melotot.

"Adaww.. Lu berdua kek orang pacaran masa, kapan gua punya saudara yang imut dan cantik kek Vena sih?? Ali mah enak punya sodara yang kayak Vena" Ucap Rangga dengan agak keras yang membuat karyawan menatap mereka dengan kaget. Vena saudara Ali?? Itilah yang mereka pikirkan saat ini.

Berbeda dengan Vena dan Ali, tubuh mereka menegang. Ali langsung menatap Rangga dengan kesal. Bagaimana bisa Rangga membocorkannya?? Kenapa mulut anak itu lemes banget kalau ngomong??. Ali memang tidak memberi tahu kalau Vena melarang membuka identitasnya kepada sahabatnya.

"Kenapa?? Kenapa lu natap gua gitu?? Dan kenapa semua yang ada disini natap kita gitu?" Rangga menatap Ali dengan bingung dan seluruh karyawan yang ada di sini.

"Tamatlah riwayatmu Vena Azzahra" Batin Vena saat ia melihat karyawati menatapnya dengan kaget. Dia menghela nafas dan menatap Rangga.

"Nggak apa-apa kok mas, yaudah kalau gitu Vena dan mbak Pingky makan dulu" Ia kemudian duduk dan di ikuti oleh pingky yang menatapnya dengan prihatin. Rahasia yang dia jaga beberapa bulan ini terbongkar oleh mulut Rangga.

"Gua shampoi mulut lu Rangga!!" Batin Ali dengan kesal. Dan langsung menatap Vena yang duduk.

"Kamu nggak apa-apa dek?" Vena menatap Ali yang terlihat khawatir jika Vena akan marah padanya. Walaupun bukan ia yang membongkar rahasia ini tapi kan Rangga temannya. Vena mendongak dan tersenyum manis.

"Nggak apa-apa kok bang" Ucapnya lembut tapi tak membuat Ali tenang. Vena yang melihat itu berdecak dengan kesal dan berdiri mencubit pengannya pelan.

"Ana nggak apa-apa ih, jangan natap Ana kek gitu deh" Ali terkekeh pelan dan mengelus kepala Vena sebentar kemudian berjalan keluar di ikuti oleh Ahmad dan Rangga yang bingung. Sebenarnya ada apa ini? Batin mereka berdua.

***

TBC~~

Jangan lupa Vote dan Komen😊

CINTA?? (Revisi)Where stories live. Discover now