Tinggal Di Malang

Start from the beginning
                                    

2. Orang yang tidak peka terhadap kehadiran mereka akan bersikap normal atau biasanya saat berada di tempat angker.

3. Orang yang tidak peka terhadap kehadiran mereka tidak akan merasakan apapun saat berada di sekeliling mereka atau di sentuh.

Sampai sekarangpun kakak Theo masih belum percaya sebelum aku membuktikannya. Bukannya aku tidak mau membuatnya percaya tapi jika aku menunjukkan keberadaan mereka bukannya diajak bicara tapi nantinya ketakutan dan bisa sakit. Ya biarlah kakak Theo akan mengetahuinya suatu saat nanti.

*****

Karena aku terlambat mencari kos akhirnya aku hanya bisa mendapatkan satu kos saja yang harganya cukup terjangkau. Sebenarnya banyak tapi harga dan fasilitasnya tidak sesuai. Ya akhirnya aku pilih kos ini sementara waktu.

Kamarku terletak di lantai atas dan berada di ruangan tertutup. Karena tidak pilihan kamar lagi akhirnya aku memilih kamar di ujung. Aku tinggal bersama kakak karena kakakku kerja juga di Malang. Sekedar info di kos ini kami hanya tinggal setahun saja karena anak - anak kosnya banyak sekitar 20 anak.

Kembali lagi mengenai ceritaku memilih kampus. Ada dua tempat yang kami pilih. Tapi aku memilih kampus yang ada di puncak Tidar. Pertama kali masuk ke kampus suasana yang berada di luar menyenangkan karena banyak pepohonan dan udara yang sejuk.

Aku menginjakkan kaki ke ruangan resepsionis mengenai kampus ini. Saat aku, mama dan kakak duduk sambil menunggu mengisi formulir, aku melihat ke atas atap gedung kampus ini. Bukannya lampu yang aku lihat malah melihat sebentuk wajah pria dengan senyuman menyeringai. Jadi seperti kalian melihat lukisan wajah di dinding tapi ini berada di atas.

"Jangan dilihat Hana."

"Jangan dihiraukan panggilannya."

Aku memang ingin menyapanya tapi Felicia melarang aku untuk berbicara atau melihat ke wajah tersebut.

"Kamu mau di sini ya?"

"Kita akan berteman."

Aku menghiraukan panggilan wajah pria itu dan mengalihkan perhatianku berbicara kepada kakak atau mama. Enak saja dia itu mengejutkan aku dengan wajahnya yang menempel di atas atap.

Untungnya selama aku berada di kampus itu sampai lulus penampakan wajah itu tidak terlalu eksis. Malah yang sering menampakkan diri berada di kelas dan ruangan seminar.

Setelah selesai mengisi formulir dan membayar kami kembali ke kos lagi. Sebelum meninggalkan kampus aku sempat melihat sesosok wanita yang mengintip di balik jendela atas. Agak samar aku melihatnya karena saat aku melihatnya ketika mobil melaju.

*****

Sama halnya di kota Probolinggo malam hari aku terganggu oleh sambutan mereka. Memang mereka tidak menampakkan diri secara langsung di hadapanku tapi aku bisa mencium bau darah mereka yang menyengat dan bau bangkai.

"Hahahahaha....."

"Aku senang kamu bisa lihat kami."

Ya ampun kalian ini kok bisa aku senang melihat kalian? Memangnya aku senang? Ya tentu saja tidak dong. Mencium bau kalian saja membuat aku mual apalagi melihat kalian yang secara tiba - tiba datang di hadapanku. Seakan - akan mereka itu berkata : "Ciluk Ba."

Habis menggoda aku dengan cara seperti itu mereka pergi seperti tidak terjadi apa - apa. Aku hanya menghela napas panjang saja menghadapi mereka. Jika aku ketakutan maka mereka akan senang menggoda dan akan terus datang menjahili aku.

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now