Jalanan yang aku lalui ini seperti jalan yang panjang sekali dan tidak ada batasnya. Saat wanita itu berhenti dan aku melihat di depan bukan jalan lagi yang aku lihat tapi seperti hutan belantara yang lebat pohonnya, gelap dan suram juga ada suara teriakan - teriakan yang mengerikan.

"Kita di mana?"

Tentu saja aku takut dengan kejadian ini karena aku tidak mau melanjutkah langkahku kesana. Sepertinya di dalam sana ada aura yang menakutkan dan mengerikan sekali.

"Kita tidak akan masuk kesana. Karena itu bukan waktumu."

"Maksudmu apa?"

"Pulanglah Hana. Aku sudah menunjukkan tempat ini untukmu.  Akan ada waktunya nanti kamu mengetahui tempat ini."

Saat dia berkata seperti itu bak hembusan angin yang kencang dia menghilang pergi entah kemana.

Aku? Ya kembali lagi ke kamarku dengan terkejut karena mendapatkan mimpi yang sangat nyata bahkan aku ingat dengan jelas apa yang aku rasa dan aku lihat tadi.

Sampai detik ini aku tidak tahu apa tujuan wanita itu datang menemuiku dan memperlihatkan tempat itu. Apakah itu tempat untuk penghukuman? Aku tidak tahu. Penasaran? Ya tentu saja tapi kembali lagi kepada pernyataan Felicia dan wanita itu di mana akan ada waktunya untuk aku mengetahui semua hal itu.

******

Siapa yang tidak pernah ke pemakaman umun? Semua pasti pernah, bukan?
Kali ini aku di beri kesempatan untuk melihat mereka yang special menurut aku.

"Cu, sini..."

Cu di sini maksudnya cucu yang di peruntukkan untuk aku. Saat itu aku melewati nisan yang sudah tua. Aku tidak bisa dengan jelas melihat nisan tersebut karena tulisannya kabur. Cuma di belakangnya ada tulisan angka 1953. Apa itu tahun kelahiran beliau atau tahun kematiannya? Aku tidak paham.

"Ada apa eyang?"

Keluargaku sibuk membersihkan makam papa dan nenek buyut jadi mereka tidak tahu jika aku pergi.

"Mereka - mereka itu terkadang tak menyadari jika sudah tiada."

"Iya Hana tahu."

"Hidup itu harus kalian hargai. Seburuk apapun hidup yang kamu jalani jangan pernah mengambil jalan pintas."

"Kamu mau baca koran, cu?"

Tanpa basa - basi eyang itu menyodorkan surat kabar untuk aku baca.

"Mengapa Hana suruh baca koran?"

Aku heran mengapa aku di suruh baca koran yang jelas - jelas jika di lihat oleh orang awam koran itu tdk ada. Koran yang di sodorkan itu memang berupa koran yang biasa orang tua kita baca tapi yang membedakan adalah tulisan di dalam koran itu bergerak dan sedang berbicara. Korannya hanya selembar saja tapi memuat berbagai cerita masa lalu dan masa depan.

Lama- lama aku bergidik takut karena melihat gambar di koran yang begitu nyata seakan - akan kejadian itu ada di depan mataku sendiri.

"Kamu sudah melihatnya, cu?"

"Dunia akan semakin jahat kedepannya. Mereka tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hati mereka akan semakin gelap. Mereka akan saling membenarkan kelakuan mereka meski itu salah."

"Apakah dunia kedepannya akan seperti itu, eyang?"

Eyang itu hanya tersenyum penuh arti kepadaku.

"Suatu saat kamu akan mengetahuinya, cu. Jadikan keyakinanmu sebagai pedoman untuk menjalani hidup yang akan kamu jalani kedepannya."

Setelah mengatakan hal itu eyang pergi menghilang dengan embusan angin di sekelilingku.

Aku yang tadi sempat memegang koran itu langsung lemas tanganku karena koran itu tiba - tiba saja terbakar dengan sendirinya. Aku tidak merasakan panas saat koran itu terbakar. Ada perasaan aneh menyergapku saat aku tahu koran itu sudah menghilang. Apa maksud eyang tadi? Mengapa beliau menyuruh aku melihat koran tersebut?

Menjelang siang setelah selesai membersihkan makam akhirnya kami pulang. Saat aku melangkah menuju mobil. Aku mendengar suar eyang tadi tapi aku tidak melihat sosoknya.

"Sampai jumpa, cu. Hati - hati."

Hanya sebuah suara yang menggema di penjuru makam dengan hembusan angin yang membuat suasana semakin seram.

Tiap kali aku kesana aku melihat eyang tersebut dan duduk di atas batu nisannya. Sudah lama aku tidak mengunjungi makam papa karena aku ingin memastikan apakah eyang itu masih ada atau sudah pergi ke tempat seharusnya?

Tbc

Aku tidak tahu jika aku jadi Hana. Mungkin aku tidak akan bisa menerima kenyataan. Untung Hana bisa mengendalikannya.

Hana's Indigo (True Story) ( Repost Ulang Sampai Tamat )Where stories live. Discover now