Terkuak

26.1K 1.4K 75
                                    


Saya update sambil nonton karma, meski banyak yang bilang acara ini settingan tapi saya gak peduli, acara ini banyak memberi kita pelajaran bahwa tak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan dengan mudah apalagi memakai jalan mistis. Buat yang nggak suka acara ini jangan protes ya, kita ambil aja hikmanya karena sesungguhnya Karma itu ada loh!!

Saya paling suka liat ekspresi Roy kiyosih dalam membaca angka dan cara berbicaranya itu punya ciri tersendiri. Tapi saya kurang suka nonton karma the series, kayaknya ceritanya terlalu lebay dan tak sesuai dengan penuturan partisipan.

Dua jempol deh buat Roy dan Robby purba.

Happy reading,

Edward bergegas keluar dari bangunan besar itu, setengah berlari mencapai mobilnya dan membanting pintu dengan keras. Pria itu memukul stir penuh amarah, jemarinya mencengkram roda kemudi dengan nafas memburu melampiaskan emosi yang sedari tadi terpendam didadanya. Untung ia cepat keluar dari bangunan itu jika tidak mungkin ia yang akan terkurung dibalik jeruji karena membunuh seseorang.

Lima belas menit dihabiskan pria itu menenangkan diri sebelum memutar kunci kontak menyalakan mesin mobil. Pajero hitam itu melaju kencang dijalan raya, untung jalanan sedikit sepi dan Edward dengan leluasa memacu kendaraannya.

"Gimana?" itu sambutan pertama yang diterimanya begitu langkahnya memijak ruang tamu rumahnya. Sang mama segera menghampirinya dengan raut penasaran bercampur cemas.

Edward menggeleng pelan, menjatuhkan bokongnya disofa empuk ruang keluarga. Sang papa buru-buru menghampiri putranya dan ikut menyampaikan pertanyaan yang sama. Rahma kembali muncul membawa segelas air dingin, menyerahkan ketangan putranya yang langsung lenyap ditenggorokan Edward.

"Edward nggak nyangka ma Venna pelakunya,Ed baru percaya setelah om Yandi menunjukkan rekaman cctv kecelakaan itu dikantor polisi tadi. Orang suruhan Venna sengaja mengarahkan mobilnya kearah Mona dan Alif yang tengah menyeberang, menabraknya dengan keras sampai keduanya terpental dan Alif berlumuran darah. Wanita itu psyko ma, ia bahkan tak menunjukkan sedikitpun rasa bersalah dan malah menyesali kenapa Alif dan Mona tak mati waktu itu." Edward menahan tangisnya, air matanya mengalir tanpa disadarinya. Ia baru saja pulang dari kantor polisi dan pemandangan putranya terkapar diaspal dengan darah mengucur yang dilihatnya ditayangan cctv terus membayanginya.

Setelah mendengar cerita Rossie mengenai kronologi kecelakaan yang menimpa Mona dan Alif, Edward berkesimpulan kecelakaan itu disengaja. Ada seseorang yang merencanakannya dan mengeksekusinya begitu mendapat kesempatan. Pria itu segera melapor kekepolisian dan beruntung salah satu adik papanya seorang polisi. Dengan kesigapan aparat kepolisian kasus kecelakaan itu terungkap dan siapa sangka Venna adalah dalangnya. Dia membayar seorang penjahat kambuhan untuk menjalankan misinya.

Keduanya segera diringkus polisi, namun bukannya menyesali Venna malah histeris dan mencaci maki Mona dan Alif yang selamat dari kecelakaan maut itu. Wanita itu tak mempedulikan mamanya yang jatuh pingsan dikantor polisi, tante Vonny shock tak menyangka putrinya akan berbuat sekejam itu. Mempertaruhkan nyawa orang lain demi memenuhi ambisinya. Dari bangku SMU Venna terobsesi menjadikan Edward sebagai kekasihnya, dan bagi Venna setiap keinginannya harus terpenuhi bagaimana pun caranya, tak peduli itu menyakiti orang lain. Sebagai anak tunggal Venna selalu dimanjakan kedua orang tuanya, setiap keinginannya selalu dituruti sehingga ia tak terbiasa mendengar kata 'tidak.' Dan ia memggunakan prinsip yang sama untuk Edward.

Ia begitu murka ketika Edward tak pernah mempedulikan dirinya, berbagai cara dilakukannya agar Edward melihat dirinya tapi pria itu bergeming. Ia juga melobby Rahma untuk mendekati Edward namun sayang pria itu tetap tak terpengaruh, bahkan rencana perjodohan yang didengung-dengungkan kedua orangtua Venna tetap tak mengusik Edward membuat Venna kian meradang. Terlebih saat ia beberapakali memergoki Edward bersama Mona dan Alif, Venna bisa memprediksi ada 'sesuatu' antara Edward dan wanita beranak satu itu dan sesuatu itu yang akan memperbesar peluangnya mendapatkan Edward.

Venna segera menyusun rencana jahat, berkonspirasi dengan residivis kambuhan untuk menyingkirkan Mona dan Alif, selamanya. Namun sayang rencana jahatnya tak berjalan sempurna, meski Alif sempat koma dan kekurangan darah namun bocah itu kini dalam masa pemulihan dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. Venna bahkan tak menyadari akibat perbuatannya memperlancar jalan Edward untuk bersatu dengan Mona dan putranya.

"Mama nggak menyangka Venna setega itu, untung kamu dari dulu menolak perjodohan kalian. Mama tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi dengan rumah tangga kalian, kamu akan makan hati karena ulahnya karena mama tahu Venna keras kepala dan tak mau mendengarkan pendapat orang lain." Rahma mengelus dadanya seraya menggeleng pelan.

"Itu sebabnya Ed menolak keinginan mama menjodohkan kami, karena Ed tahu sifat buruknya, hanya saja Ed tak berani menolak terang-terangan khawatir menyinggung perasaan keluarganya, walau bagaimanapun tante Vonny sahabat mama dan papa Venna rekan bisnis papa. Ed hanya tak mau hubungan kedua keluarga memburuk."

Rahma tercenung sejenak, menghela nafas panjang sebelum berucap, "Kasihan Vonny."

"Tante Vonny bahkan pingsan berkali-kali, mungkin ia shock melihat putrinya ditahan polisi. Papa Venna bahkan memohon pada Ed untuk mencabut laporan dan membebaskan Venna. Bukannya Ed nggak mau tapi ini bukan delik aduan, ini perbuatan kriminal berencana melenyapkan nyawa orang lain dan hukumannya sangat berat. Mungkin Venna dan orang suruhannya akan meringkuk lama dibalik jeruji besi."

"Mungkin dengan cara ini Venna bisa merubah prilaku buruknya dan menyadari tak semua keinginannya bisa terpenuhi. Semoga begitu bebas kelak ia menjadi pribadi yang lebih baik."

"Lalu sekarang apa rencanamu?" papa Edward buka suara, Edward mengangkat alisnya tak mengerti, "tentang Mona dan Alif."

"Ed akan menikahi Mona secepatnya begitu Alif keluar dari rumah sakit."

"Mama setuju, kebetulan mama dan papa sudah bicara dengan orang tua Mona tentang pernikahan kalian dan mereka setuju, pernikahan kalian akan dilangsungkan secepatnya begitu Alif pulih." pungkas Rahma.

Edward membulatkan matanya, "mama serius?" Rahma mengangguk, Edward sontak menghambur kepelukan Rahma, "terimakasih ma, terimakasih, Ed nggak nyangka mama dan papa akan bertindak secepat ini, terima kasih." Edward menciumi punggung tangan orangtuanya, airmatanya bercucuran meluapkan kegembiraannya.

Edward memang sudah memikirkan akan menikahi Mona secepatnya, namun ia ragu kedua orangtua Mona akan menyetujuinya mengingat mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama bertahun-tahun, apalagi ada Dito yang masih setia mengibarkan bendera perang dinginnya membuat nyali Edward ciut. Memang sih Dito tak pernah terang-terangan menolak Edward tapi pria itu tetap menatapnya sinis dan mengusir secara halus setiap Edward mendekati Mona. Bahkan selama dirumah sakit Dito memonopoli Mona dan Alif, membiarkan Edward menatap interaksi ketiganya dari pojokan kamar.

Poor Edward!!!

Tapi tak apalah, saat ini Edward memegang prinsip mengalah untuk menang, mundur selangkah untuk maju seribu langkah.

"kamu nggak kerumah sakit?" suara Rahma memecah lamunan Edward.

Pria itu mengangguk, "iya mah, Ed mau bersih-bersih dulu baru kerumah sakit." Edward beranjak menuju kamarnya dilantai dua.

"Kapan Alif boleh pulang Ed?"

Gerakan kaki Edward yang hendak menapaki anak tangga terhenti, ia membalikkan tubuhnya menghadap orangtuanya, "mungkin dalam dua tiga hari ini ma."

"Baguslah, lebih baik mereka pulangnya kerumah kita saja, biar mama bisa membantu Mona mengurusi Alif, kasian dia sendirian mengurus anak kalian." Usul Rahma yang diangguki papa Edward.

"Ed maunya juga gitu ma, tapi kedua orang tua Mona dan Mona sendiri belum tentu setuju ma. Kita juga nggak bisa maksa, walau bagaimanapun Mona saat ini masih menjadi tanggung jawab orangtuanya, Ed keatas dulu ma, udah gerah banget nih." Edward kembali melanjutkan langkahnya menapaki anak tangga kelantai dua.

***

Cinta Diujung LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang