Pesta penyambutan Edward

23.8K 1.2K 4
                                    


Mata elang Edward berkeliling menjelajah seantero ruangan pesta, mencari satu sosok yang sangat ditunggunya tapi sampai pesta dimulai sosok itu tak menampakkan batang hidungnya, jangan-jangan ia tak datang?

Lelaki gagah itu menghela nafas panjang, disambarnya gelas minuman yang dibawa seorang pelayan dan meneguk isinya, matanya terus bergerak dan berharap gadis itu sedang berdiri disuatu tempat. Disebelahnya Vena berdiri dengan anggunnya, tangannya bergelayut manja dilengan Edward dan senyum sumringah terkembang dibibirnya.

"Ven, lepas dulu aku mau menyambut tamu-tamu," Edward melepaskan kaitan jemari Vena dan bergerak kearah tamu yang memasuki ruangan dan menyapa mereka. Vena mengekorinya dan tak mau berpisah sedetik pun dengan Edward, ini kesempatan bagus untuknya memperkenalkan diri sebagai calon istri Edward.

"Ini siapa?" tanya salah satu tamu kearah Vena.

Vena mengulurkan tangannya, "kenalkan saya Vena Vandita, tunangan Edward dan sebentar lagi kami akan menikah." Lanjutnya dengan senyum semanis madu.

Edward memutar bola matanya, tunangan? Kapan ia tukar cincin dengan wanita genit ini?

"Oh ya? Kalau begitu selamat ya, jangan lupa mengundang kami ya."

Vena mengangguk cepat, "tentu semua akan dapat undangannya."

Para wanita dari karyawan Edward tampak shock mendengar perkataan Vena, hilang sudah kesempatan mendapatkan bos tampan mereka. Mereka dengan lesu menghampiri Edward dan menyalaminya.

Pesta berlangsung meriah, setelah kata sambutan dan sedikit basa basi Edward berkeliling menemui tamu-tamunya dengan Vena yang terus menempelinya. Tak hanya karyawan kantor, Edward dan orang tuanya juga mengundang relasi bisnis mereka.

"Oh ya Bu Arini, apa semua orang kantor hadir?" tanya Edward pada Bu Arini, menuntaskan rasa penasarannya.

Arini mengedarkan pandangannya mengabsen karyawan kantor, "tampaknya ada satu orang yang tak hadir pak Edward."

"Siapa?" tanya Edward cepat.

"Ramona, ia memang tak pernah menghadiri acara seperti ini."tukas Bu Arini, wanita paruh baya itu tak menyadari perubahan diwajah bosnya.

Edward terduduk lesu, ia kehilangan kesempatan menemui Ramona. Semakin malam pesta semakin meriah namun Edward merasa kosong. Entah kenapa ia begitu kecewa Ramona tak hadir malam ini, ia kesepian ditengah keramaian. Ia juga tak peduli pada Vena yang terus bergelayut dilengannya.

"Hai bro, sorry kami telat, gara-gara nungguin pak dokter kita ini." Adit muncul dihadapan Edward dengan Dito. Edward langsung sumringah.

"Dito!!" serunya, ketiganya berpelukan ala lelaki dan duduk dikursi menikmati minuman dan makanan kecil.

"Beb aku nggak dikenalin keteman-teman kamu," rajuk Vena manja, ia merengut seperti anak kecil tak dibelikan mainan.

"Oh iya bro, ini Vena anak sahabat nyokap," Edward dengan malas mengenalkan Vena dengan kedua sahabatnya.

"Dito."

"Adit."

"Vena, calon istri Edward."

Adit dan Dito menatap Edward terkejut, bertanya lewat sorot mata. Edward menggeleng pelan membuat kedua sahabatnya terkekeh. Ketiganya sudah biasa berkomunikasi lewat sorot mata.

Cinta Diujung LukaWhere stories live. Discover now