Papa Edward

21.8K 1.2K 11
                                    


"Mama!!!"

Ramona yang sedang sibuk berkutat dengan monitor didepannya sontak menoleh keasal suara, ia terkejut dan matanya membulat melihat sosok mungil yang barusan memanggilnya. Bocah yang tadi pagi dititipkan di day care saat ini tengah berdiri didepannya, lengkap dengan mata berbinar-binar dan cengiran lebarnya.Kening wanita cantik itu mengkerut, benaknya diliputi ribuan pertanyaan kenapa Alif bisa sampai dikantornya. Buru-buru Mona menghampiri anaknya dan berjongkok didepan Alif, mengguncang pelan bahu mungilnya.

"Loh Alif kok bisa disini? Siapa yang ngantar?" Mona penasaran, apa terjadi sesuatu di day care sehingga Bunda Yuni mengirim Alif kekantornya, tapi dengan siapa Alif kesini? Tak mungkin Alif kabur dari Day care dan menyusul Mona keruangannya, secara Alif tak pernah sekalipun Mona ajak ketempat ini.

Rekan-rekan didivisi Mona ikut-ikutan melongok, ruangan yang tadinya tenang tiba-tiba jadi rusuh dengan kasak-kusuk mereka.

"Ini anak lo Mon, wih cakep banget, ngegemesin lagi."

"Astaga, lucu banget, jadi pengen nyium."

Bukan sekedar ngomong, bergantian kaum hawa diruangan itu mencium Alif, anak itu tak protes sedikitpun ia cengengesan sambil sesekali menghapus bekas ciuman di pipinya.

"Kalau dilihat-lihat, anakmu mirip seseorang ya Mon, tapi siapa ya?" celetuk Nindia tiba-tiba, mengamati wajah Alif dengan alis bertaut berpikir, semua yang ada disitu ikut-ikutan aksi cewek kepo itu.

"Iya ya, wajahnya familiar tapi siapa ya?"

Mona tercekat, jangan sampai rekan-rekannya berpikiran anaknya mirip Edward. Bisa runyam urusannya dan rahasia besar yang disimpannya akan terbongkar. Selama ini Mona bukannya menyembunyikan Alif dari teman-teman kerjanya, ia hanya tak ingin teman-temannya berasumsi negatif tentang anaknya apalagi tingkat kemiripan Alif dengan Edward nyaris mencapai titik tertinggi.

Dan sekarang apa yang Mona khawatirkan terjadi, lihatlah sekarang semua mata diruangan itu fokus meneliti raut wajah Alif seraya menebak-nebak wajah siapa yang dicopas Alif. Dalam hati Mona berdoa semoga Edward tak muncul diruangan ini. Tapi sepertinya apa yang diharapkan Mona tak terjadi, pria yang ada dalam pikirannya itu saat ini sedang berdiri dengan kedua tangan terjejal kesaku celana memperhatikan semuanya.

"Alif kesini mau ajak mama makan siang, mama kan suka telat makannya nanti mama sakit Alif juga yang repot," celetuk Alif dengan wajah polosnya membuat Mona ternganga, tak menyangka putra kesayangannya itu mengeluarkan kata-kata yang menakjubkan.Mona berdecih, disini siapa yang lebih tua sih? Dia atau Alif?

"Alif belum jawab pertanyaan mama, Alif kesini sama siapa?"

Bocah itu tak menjawab, matanya tertuju kesatu titik dan tersenyum seraya melambaikan tangannya. Mata Mona mengikuti arah yang dipandang Alif, ia tercekat mendapati Edward berdiri dengan santainya diambang pintu. Ruangan besar itu sontak terdiam, Mona yakin setiap kepala yang ada diruangan ini tengah sibuk berasumsi tentang dirinya dan Edward. Benar saja, semua pasang mata tengah mengamati wajah Alif dan Edward bergantian.

"Kok mirip Pak Edward ya!"

DEG!!

Jantung Mona berhenti berdetak, ia berdiri dan menatap Edward kesal, apa yang ada dipikiran pria itu? Apa ia ingin mendeklarasikan keterkaitan mereka bertiga pada semua orang? Astaga!!!!

"Ayo ma, kita makan siang, papa sudah menunggu," Alif menggandeng lengan Ramona dan setengah menariknya menghampiri Edward.

Ramona ternganga, apa ia tak salah dengar? Alif memanggil Edward papa?? Oh my god, pria ini sudah kelewatan, berani-beraninya dia menyuruh Alif memanggilnya 'papa' tanpa seizin Mona. Edward pura-pura tak melihat tatapan Mona yang ingin mencabik-cabik dirinya, dengan cuek dia menuntun Alif meninggalkan tempat itu. Sayup-sayup Mona mendengar kasak-kusuk dibelakangnya.

"Ooh itu anaknya Pak Edward, tapi kapan mereka menikah, setahuku...bla-bla...." suara itu kian mengecil dan menghilang seiring langkah mereka yang menjauh.

"Apa maksudnya semua ini pak? Kenapa Alif memanggilmu papa?" geram Mona dengan suara tertahan, ia tak ingin Alif mendengar pembicaraan mereka tapi ia tak bisa menahan diri lebih lama lagi, bisa-bisa ia meledak menahan emosi yang menggunung. Mona kian gondok, sipelaku yang ditanya malah cengar-cengir sambil menciumi pipi Alif yang digendongnya.

"Pak!!!" sentak Mona kesal dan menarik lengan Edward membuat pria itu menghentikan langkahnya, menatap Mona dengan alis bertaut.

"Apa sih sayang, kita makan siang dulu biar ada tenaga untuk berdebat, ayo!" ucapnya lugas dan dengan santainya menggeret lengan Mona dengan sebelah tangannya yang bebas.

Astaga!! Pria ini!!

Mona menggeram dan mengikuti langkah Edward dengan terpaksa. Pria itu tak mempedulikan tatapan penuh tanya orang-orang yang mereka lewati, ia malah asyik bercanda dengan Alif digendongannya. Keduanya tertawa terbahak-bahak dengan gaya yang sama, ayah dan anak sama saja! Rutuk Mona. Edward bahkan tak mempedulikan imejnya sebagai bos besar.

"Loh pak, ini anak siapa? Dan.... Mona...?" alis Bu Arini bertaut bingung ketika mereka berpapasan di loby, atasan Mona itu menatap ketiganya penasaran dan berhenti lama dipertautan lengan mereka. Mona berharap dalam hati semoga Edward tak kelepasan bicara dan membeberkan semuanya.

"Anak saya bu, ini ibunya," tunjuknya dengan dagu kearah Mona, wanita itu lemas seketika dan memejamkan mata menahan murka.

Bu Arini dan semua yang ada disitu melongo, beragam tanya berseliweran diotak mereka. Bagaimana mungkin bos mereka menikah dengan Ramona, dikantor saja mereka seperti tak saling kenal.

"Saya dulu nmembuat kesalahan besar pada Mona dan saat ini saya sedang berusaha mendapatkan hatinya lagi, doakan ya semoga hati ibu anak saya terbuka lagi untuk menerima saya." Lanjutnya dengan suara memelas

Pria ini benar-benar!! Ia bertingkah seolah-olah ia yang tersakiti dan Monalah yang jahat. Lihatlah sekarang semua orang menatapnya simpati, prihatin dengan kesengsaraan yang ditunjukkan Edward.

"Jangan begitu Mona, cobalah memaafkan suamimu dan memberinya kesempatan kedua. Pertengkaran dalam rumah tangga itu biasa, pecahkan masalah yang kalian hadapi dengan kepala dingin. Bicarakan baik-baik, jangan buru-buru mengambil keputusan untuk berpisah apalagi kalian sudah memiliki anak." Bu Arini menepuk pundak Mona pelan.

Mona melongo, Suami? Nikah aja belum. Mona menahan rasa panas yang kian menjalar dari hatinya yang terbakar amarah. Sialan!!

"Eh iya bu, trimakasih atas nasihatnya." Mona membungkuk dan segera berlalu dari situ, Edward mengikutinya setelah pamit pada Bu Arini.

Mona hendak menyemburkan kemarahannya pada pria lancang itu begitu mereka didalam mobil, tapi urung melihat wajah Alif yang berbinar-binar bahagia. Bocah itu tak canggung lagi memanggil Edward dengan sebutan papa. Keduanya sangat akrab layaknya ayah dan anak membuat kadar kemarahan yang sejak tadi dipendam Mona menghilang dengan sendirinya. Ia tak tega menghancurkan senyum kebahagiaan diwajah Alif. Tak bisa dipungkiri, anak itu begitu bahagia bersama Edward, bocah itu bahkan tak mau jauh dari Edward.

Dengan telaten Edward meladeni putranya, menyuapinya, mengelap bibir Alif yang belepotan dan memberinya minum. Mona mengamatinya dalam diam, ia kehilangan kata-kata untuk memarahi Edward.

"Mama nggak makan?"

Mona tergeragap, "i...iya nih mama makan," ia menyendok makanan yang sedari tadi diaduk-aduknya, mengunyah pelan meski terasa pahit ditenggorokannya. Entah kenapa ada rasa sesak dan senang hadir didadanya bersamaan. Sesak karena ia belum bisa memaafkan pria yang notabene ayahnya Alif. Senang melihat putranya tersenyum bahagia bercengkrama bersama Edward. Tanpa sadar senyum kecil tersungging dibibir Mona, mereka terlihat seperti keluarga kecil bahagia.

Tanpa mereka sadari, disudut lain sepasang mata menatap ketiganya sangar, jemari pemilik netra itu mengepal menahan amarah, tubuhnya menggigil menahan emosi yang hendak meledak.

"Rupanya mereka yang membuat Edward menolakku, awas kalian!! Akan kuselesaikan hidup kalian dengan caraku dan memaksa Edward menjadi milikku!!"

Wanita muda itu bergegas meninggalkan restoran dengan sejuta dendam. Sepertinya ada hal buruk yang akan terjadi namun tak disadari oleh Mona maupun Edward.

***

Cinta Diujung LukaWhere stories live. Discover now