Keinginan Rahma

21.5K 1.2K 13
                                    


Semenjak kejadian Edward menciumnya, Mona terlihat canggung setiap berhadapan dengan Edward, sedapat mungkin ia menghindari pertemuannya dengan pria itu. Namun sialnya, sang bos justru kian rajin memanggilnya dengan alasan yang terkadang tak masuk akal menurut Mona. Sebagai karyawan yang baik, wanita itu terpaksa memenuhi setiap perintah sang bos dan dengan susah payah menekan perasaan canggungnya, menghilangkan bayang-bayang ciuman hangat Edward. Meski sekilas, ciuman itu justru melekat diingatan Mona lengkap dengan khayalan mesumnya.. Ha..beginilah nasib jones, dicium dikit udah baper.

"Ma mau itu!"

Mona melihat kearah yang ditunjuk Alif, tangannya menjangkau sekotak sereal dan menyerahkan pada anaknya. Alif menerimanya dengan wajah sumringah. Saat ini keduanya tengah berada diswalayan tak jauh dari tempat kerja Mona. Sepulang dari kantor Mona berinisiatif mampir keswalayan untuk mengisi kulkas mereka yang nyaris kosong. Selama sakit kulkas dirumah Mona tak pernah diisi karena segala kebutuhan makannya dengan Alif ditanggung Edward. Seminggu terbaring dirumah sudah cukup untuk mengembalikan kondisi tubuh Mona, dan selama itu pula Edward tak pernah beranjak dari rumahnya meski Mona telah mengusirnya secara halus.

Mona sibuk memilih barang belanjaan sementara Alif mengikutinya dibelakang sambil memeluk kotak sereal kesukaannya. Mata anak itu jelalatan meneliti barang-barang dagangan yang tersusun rapi dirak pajangan.Mona meneliti isi trollinya, ia mendesah menyadari ia kelupaan mengambil satu barang di rak yang tadi mereka lewati."Alif tunggu disini sebentar ya, mama ada yang kelupaan. Jangan kemana-mana!!"

Alif mengangguk, ia berdiri didekat troli belanjaan mamanya dan matanya sibuk meneliti kotak sereal ditangannya, mencoba mengeja satu-persatu huruf yang terdapat disana. Meski belum sekolah Alif sudah mengenal huruf dan angka, Mona sangat rajin mengajari anaknya membaca dan menulis. Tak heran anak itu sudah bisa membaca meski belum lancar. Mulut kecilnya komat-kamit membuat orang-orang yang melihatnya menjadi gemes.

Tanpa disadari, seorang wanita paruh baya diam-diam memperhatikan bocah itu. Ia begitu takjub dengan paras anak itu, ia seperti melihat gambaran masa kecil putra kesayangannya diwajah Alif.

Dengan perlahan wanita itu mendorong trolinya mendekati Alif, kian dekat wanita itu kian yakin bocah dihadapannya seperti duplikat putra kandungnya. Tapi bagaimana bisa? Jangan-jangan....

"Oma mau?"

Wanita itu tersadar dari lamunannya, bocah dihadapannya menatapnya dengan senyum lebar sambil mengacungkan kotak sereal ditangannya. Mungkin bocah itu mengira ia menginginkan makanan miliknya.

"Oma nggak suka sereal sayang."

"Alif suka, apalagi kalau dikasih susu, mmmmm yummmy," Alif memeletkan lidahnya membayangkan sedang menikmati serealnya membuat Rahma tertawa.

"Kamu lucu banget, nama kamu siapa sayang?" Rahma berjongkok menyamakan tingginya dengan bocah dihadapannya dan mencubit pipinya gemas.

"Alif, Alifian Hidayat, nama Oma siapa?" Alif balik bertanya, manik lucunya menelisik wajah wanita ramah didepannya membuat Rahma terkekeh.

"Panggil saja Oma Rahma, Alif kesini sama siapa?" Rahma melihat sekeliling mencari keberadaan orang dewasa yang bersama Alif, tapi yang dilihatnya hanya beberapa orang yang sibuk mengisi trolly mereka dengan barang belanjaan. Tak satupun diantara mereka yang mempedulikan keberadaan keduanya.

"Sama mama, tadi mama kesana katanya ada barang yang lupa," Alif menunjuk kesatu arah yang diikuti mata Rahma, "Oma disini saja ya temani Alif sampai mama kembali." Pinta Alif dengan mimik lucu.

Cinta Diujung LukaWhere stories live. Discover now