Alif Anakku kan?

27.2K 1.4K 30
                                    


Dua sosok pria tampan melangkah beriringan memasuki ruangan temaram yang dipenuhi hingar bingar suara musik, kelap-kelip lampu disko yang berputar dilangit-langit ruangan membantu mata mereka mencari orang yang sedari tadi memaksa keduanya datang ketempat itu. Keduanya segera menghampiri dan menjatuhkan bokong di sofa yang masih kosong.

"Lama amat kalian," gerutu Edward dan menenggak isi gelasnya, ujung matanya melirik sekilas dua sahabatnya yang menggeleng dengan tingkahnya.

"Sorry, kelamaan nunggu pak dokter," Adit mengerling kearah Dito.

"Ya maaf, lo kan tahu rumah gue jauh mana macet lagi, jadi nggak bisa datang secepatnya." Dito memberikan alasan.

Edward mengernyitkan alisnya, meski setengah mabuk tapi otaknya masih bisa berpikir normal, "jauh? Bukannya rumah lo deket-deket sini ya?"

"Keluarga gue udah lama pindah."

"Kenapa? Rumah lo dijual?"

Dito mengedikkan bahunya, "semenjak adik perempuan gue kabur dari rumah, orang tua gue memutuskan menjual rumah itu dan pindah kewilayah lain tapi masih dikawasan ibukota."

Edward terkejut, "lo punya adik perempuan? Kenapa nggak pernah kenalin kekita-kita?"

"Lo berdua brengsek, gue takut adik gue jadi korban kebrengsekkan kalian."

"Gue pernah ketemu adik lo waktu ia masih duduk dibangku SMU, adik lo cantik ya," kekeh Adit yang disambut tinju Dito dilengannya.

"Sialan!!" maki Dito, ketiganya tertawa dan serempak menenggak isi gelas masing-masing.

"Jadi ada masalah apa lagi sampai lo nyuruh kami ketempat ini,"tembak Dito tiba-tiba, ia bisa menduga ada sesuatu yang ingin disampaikan Edward karena semenjak mereka berkumpul lagi baru kali sahabatnya itu meminta ia dan Adit ke club.

Edward meletakkan gelas kosong ditangannya keatas meja, menunduk dengan kedua tangan menangkup wajahnya, "gue punya anak." Ucapnya sedikit keras untuk mengalahkan suara musik yang menghentak.

Adit dan Dito terkejut, tak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar, "APA!!!!!" sentak keduanya bersamaan, Adit bahkan menyemburkan minuman yang diteguknya.

Keduanya saling pandang dan menatap pria didepan mereka dengan sorot mata bertanya, Edward mengangguk pelan, "namanya Alif, dan saat ini umurnya tiga tahun lebih, pantas saja wanita itu begitu membenci gue, perbuatan gue meninggalkan jejak menyakitkan untuknya."

Adit menelan ludahnya sebelum berucap, "Tapi Ed, bisa saja kan bocah itu bukan anak lo. Mungkin ia berhubungan dengan lelaki lain setelah kejadian itu atau mungkin wanita itu sudah punya suami."

Edward menggeleng, "gue udah menyelidiki wanita itu dan ia belum pernah menikah, lagi pula kata Alif ia dan mamanya hanya tinggal berdua saja. Dan coba kalian lihat ini dan katakan apa pendapat kalian tentang Alif," Edward mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Adit dan Dito.

Adit menerimanya dan terbelalak, "i...ini anak itu? Ini bukannya foto elo waktu kecil?" Adit menatap foto diponsel dan Edward bergantian, Dito mengambil alih ponsel itu dan juga melakukan hal yang sama dengan Adit.

"Lo mirip sekali dengannya, tapi untuk meyakinkan sebaiknya tes DNA saja." Usul Dito dan menyerahkan kembali ponsel Edward.

Edward mengelus foto Alif yang tertawa lebar, beberapa hari ini ia selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya menemui anak itu tentu saja tanpa sepengetahuan Mona. Kadang Edward mengajaknya keluar sekedar makan eskrim dan Alif semakin lengket dengannya.

Cinta Diujung LukaWhere stories live. Discover now