Menginap

21.8K 1.3K 4
                                    


Dengan otak digelayuti ribuan pertanyaan Mona mengawasi Edward yang tetap sibuk dengan kemudinya, seberapa banyak yang diketahui pria ini tentang dirinya? Bahkan Edward dengan santai membelokkan mobilnya memasuki jalan masuk keperumahan yang ditinggali Mona. Hujan masih mengguyur dengan derasnya diikuti angin kencang, jika seperti ini mungkin hujan takkan berhenti sampai pagi.

Jalanan kian menyempit dan hanya muat untuk dua mobil, pohon-pohon besar dikiri kanan jalan meliuk-liuk ditiup angin dan beberapa rantingnya berjatuhan menimpa mobil Edward. Lelaki itu fokus menyetir dan berharap genangan air tak membuat mobilnya mogok.

Tiba-tiba...

"AWAS!!!!" Jerit Mona kencang dan memejamkan matanya dan mendekap Alif erat.

"Astaga!!!" Edward terkejut dan menginjak pegal gas dalam-dalam begitu matanya menangkap gerakan sebuah pohon besar dipinggir jalan kian miring dan ....

BRAK!!! GEDEBUM!!!

Edward menghentikan mobilnya dan menengok kebelakang, pohon besar tadi telah tumbang memenuhi badan jalan. Pria itu menghempaskan punggungnya kesandaran jok dan menghela nafas lega.

"Nyaris saja," gumamnya pelan, terlambat sedikit saja mungkin mereka ringsek didalam badan mobil tertimpa pohon yang sangat besar, meski berhenti cukup jauh tapi bagian ranting pohon sempat memukul bagian belakang mobilnya, bahkan Edward mendengar pecahan kaca mungkin lampu mobilnya. Tapi ia tak peduli yang terpenting mereka selamat.

"Kalian nggak apa-apa?" Edward memeriksa Mona dan Alif, hatinya terenyuh melihat wanita itu memeluk Alif dengan tubuh gemetar, ia bahkan tak berani membuka matanya.

"A...aku takut,"lirihnya, bahkan suaranya ikut bergetar, kentara sekali wanita itu ketakutan.

Entah dapat keberanian dari mana, Edward menarik Mona dan Alif kedalam pelukannya memberikan ketenangan, tangan besarnya mengelus punggung Mona pelan dan meletakkan dagunya dipuncak kepala Mona. Ia bisa merasakan tubuh Mona bergetar hebat didadanya.

"Sssst, semuanya baik-baik saja," hibur Edward, ia mengurai pelukannya setelah Mona tenang dan kembali menjalankan mobilnya. "Jalannya terhalang pohon, apa ada jalan keluar lain?" tanyanya.

Ti..tidak, itu jalan satu-satunya," Edward mengangguk pelan dan menghentikan mobil didepan rumah Mona.

"Biar aku yang buka," Edward melepas seatbeltnya dan berlari menerobos hujan membuka pintu pagar, ia kembali masuk mobil dengan tubuh kian kuyup, melajukan mobil masuk pekarangan dan berhenti tepat didepan teras. "Mana kunci rumahmu?"

Mona mengambil kunci dari dalam tasnya dan menyerahkan ketangan Edward, rasa takut dan dingin membuat ia tak banyak bicara dan memilih menuruti semua perkataan pria itu.

"Ayo turun!"

Mona menoleh, pria itu telah berdiri disampingnya dengan pintu mobil terbuka dan bersiap melindungi Mona dan Alif dengan jasnya. Mona beringsut menginjak tanah dan masuk kerumah, Edward tetap setia melindungi ia dan Alif dari tetesan hujan, kembali pria itu merelakan dirinya terkena air, bahkan ia juga menyempatkan diri menyalakan lampu diruang tamu.

Mona menidurkan Alif diranjang dan membuka sepatunya, bocah itu sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Ditariknya selimut menutupi tubuh Alif yang kedinginan, untung tadi Alif sudah makan diapartemen Rossie sehingga bocah itu tak tidur dengan perut kosong.

Cinta Diujung LukaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz