Ayah dan anak sama saja

24.2K 1.4K 26
                                    


Edward mengernyitkan keningnya ketika merasakan tubuhnya terguncang-guncang, jangan-jangan gempa pikirnya sambil berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat. Pemandangan indah terhampar didepan matanya, Alif dengan bertelanjang dada dan handuk kecil melilit pinggangnya melonjak-lonjak diatas ranjang sementara Mona sibuk mencarikan baju yang akan dipakai Alif.

Edward menegakkan tubuhnya dan bersandar disandaran ranjang, menikmati pemandangan yang tak pernah disaksikannya, ada rasa senang menyeruak dalam dadanya bisa menyaksikan aktifitas pagi dua orang yang diharapkan menjadi bagian dari hidupnya. Senyum kecil tersemat dibibirnya melihat Mona yang kerepotan menangkap putranya.

"Alif berhenti dulu, sini mama pakaikan baju, malu loh telanjang kayak gitu."

"Bentar ma, Alif lagi olahraga." Sahut Alif dan terus melonjak-lonjak.

"Olah raga kok disini nak, olah raga apaan tuh."

"Olah raga ranjang." Jawab Alif polos.

Mona melongo, tak menduga dengan jawaban yang dilontarkan anaknya, Alif tak mengerti perkataannya barusan mengandung arti negatif jika diucapkan oleh orang dewasa. Edward tak bisa menahan tawanya, ia terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya membuat Mona mendelik kearahnya. Pria itu berdehem menghilang rasa geli yang menggelitik perutnya.

"Eh om ganteng udah bangun," Alif menghentikan olahraganya dan berbalik menatap Edward dengan senyum sumringah.

Edward mengangguk, "Alif pasang baju dulu." Ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur, terdengar seksi ditelinga Mona apalagi tampilan bangun tidur pria itu membuat jantungnya berdetak kencang, rambutnya acak-acakkan tapi tetap menawan. Tanpa sadar Mona menghembuskan nafas panjang meredakan debaran jantungnya. Setengah mati menahan hasratnya untuk melirik pria itu.

Alif mendekati Mona yang duduk dipinggir ranjang, dengan sigap wanita itu memasangkan pakaian anaknya, menyisir rambutnya dan memakaikan sedikit bedak. Sekarang Alif sudah wangi dan rapi.

"Alif main dulu ya, mama mau bikin sarapan."

"Bikin nasi goreng ya ma, buat om ganteng juga."

Mona mengangguk dan segera berlalu dari situ, ia tak tahan menghadapi sepasang mata Edward yang terus menatapnya. Setengah jam berkutat didapur akhirnya pekerjaan Mona selesai, ia menata masakannya dimeja dan menyiapkan kopi pahit untuk Edward dan segelas susu coklat untuk Alif. Mona merasa seperti seorang istri yang sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Memikirkan hal itu membuat wajah Mona memanas, ia yakin saat ini wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Cepat-cepat ia menepis pikiran isengnya itu dan bergegas kekamar memanggil Alif dan Edward untuk sarapan. Dari dalam kamar terdengar suara tawa mereka membuat Mona mempercepat langkahnya.

"Alif sarapannya sudah si....ap." ucapan Mona terputus dan matanya terbelalak mendapati keadaan kamarnya yang berantakan. Selimut,sprei dan bantal berserakan dilantai, Alif yang tadinya sudah rapi sehabis mandi kini acak-acakkan, rambutnya kusut begitu juga dengan pakaiannya. Sepertinya ia dan Edward bercanda sambil bergulingan diatas ranjang. Edward tidur telentang dengan Alif duduk diatas perutnya.

"Eh ada mama," Alif nyengir dan bangkit dari atas tubuh Edward, sementara pria dewasa itu mendudukkan tubuhnya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia salah tingkah terlebih mendapati Mona yang berdiri berkacak pinggang.

"Apa-apaan ini, kenapa kamarnya seperti baru saja dilanda gempa bumi!" teriak Mona sangar.

"Bukan Alif ma, om ganteng yang gelitikin Alif." Alif tak mau disalahkan, ia menimpakan kesalahan pada Edward.

Cinta Diujung LukaWhere stories live. Discover now