Om ganteng, Alif sedih!!

23.7K 1.3K 12
                                    


Edward menyandarkan punggungnya kesandaran kursi, matanya menerawang langit-langit ruang kerjanya membayangkan dua sosok yang akhir-akhir ini memenuhi hari-harinya. Meskipun hubungannya dengan Mona belum menampakkan kemajuan, setidaknya wanita itu tak menutup akses Edward bertemu putranya. Lelaki itu bisa bertemu Alif dan mengajak pria kecilnya jalan-jalan kapanpun ia mau dengan catatan Alif sudah kembali ke day care sebelum jam kerja usai.

Entah kapan wanita keras kepala itu bisa luluh, sudah berbagai cara dilakukan Edward membujuknya untuk menikah tapi Mona bersikeras menolak, ia bahkan tak tertarik sedikitpun dengan wajah tampan dan kekayaan melimpah yang dimiliki Edward. Ternyata Mona bukanlah wanita matre penggila harta, disaat wanita lain melakukan segala cara untuk mendapatkan hati Edward, Mona justru menolak mentah-mentah pesona pria itu membuat Edward kecewa, tapi bukan Edward namanya jika langsung menyerah. Pria itu bertekad akan menaklukkan hati Mona meski itu akan memakan waktu yang sangat lama.

Sudah dua hari Edward tak bertemu dengan Alif karena ia ada urusan keluar kota, rasa rindu mendalam mendera lubuk hatinya ingin segera bertemu dengan malaikat kecilnya. Dengan bersiul-siul Pria itu turun dari mobil yang terparkir didepan day care, tangannya menggenggam paperbag berisi hadiah untuk Alif. Ia membayangkan wajah ceria bocah kecil itu menerima hadiah yang dibawanya.

"Pak Edward? Mau ketemu Alif ya?" sambut seorang wanita muda pengurus day care, terlalu sering mendatangi tempat itu membuat Edward dikenal semua pengurus disana.

"Iya mbak, Alifnya dimana ya?" Edward celingukan meneliti setiap sudut ruangan itu mencari keberadaan Alif.

"Alif sudah dua hari nggak kesini Pak."

"Memang kenapa?" Edward sontak terkejut mendengar penjelasan wanita dihadapannya.

"Tidak tahu pak, kami tidak menerima kabar apapun dari ibu Ramona."

Dengan panik Edward segera berbalik kemobilnya dan mendial nomor kantornya menanyakan keberadaan Mona. Ia kian kalut mendengar penjelasan yang diterimanya dan segera memacu mobilnya kerumah Ramona.

"Semoga mereka baik-baik saja," doanya dalam hati, diperjalanan ia mampir membeli makanan untuk Alif, semoga pria kecilnya tak kelaparan sekarang.

Tok! Tok! Tok!

"Alif!!! Mona!!!!" Teriaknya dan mengetuk pintu rumah Mona kencang, Edward kian panik tak mendapat jawaban dari dalam, ia tahu Mona dan Alif ada didalam rumah.

Terdengar suara kunci diputar, Edward segera memutar kenop pintu dan mendapati Alif berdiri dibalik pintu. Jantung Edward tercekat, keadaaan Alif memprihatinkan matanya merah seperti habis menangis, bajunya kusut dan rambutnya awut-awutan. Bocah itu seperti tidak tersentuh air selama dua hari ini. Edward berlutut didepan anaknya.

"Om," isak Alif dan ia menghambur kepelukan Edward lalu menangis kencang. Hati Edward seperti tersayat sembilu, tanpa sadar ia ikut meneteskan air mata. "Ma..ma.. om, ma..ma...sa...kit, A...Alif..se...dih." Alif sesegukan dibahu Edward.

"Sst, udah jangan nangis, ada om disini, mama dimana?" Edward mengikuti arah telunjuk Alif, ia bangkit dan menggendong bocah itu menuju kamar Mona.

Didepan pintu Edward tertegun, hatinya teriris melihat kondisi Mona. Wanita itu terbaring lemah diranjang dengan wajah pucat, bibirnya memutih seperti tak dialiri darah, tubuhnya menggigil meski memakai selimut tebal.

Perlahan Edward mendekat, ia menurunkan Alif dan duduk dipinggir ranjang. Dirabanya kening Mona dengan punggung tangannya. Pria itu berjengit, tubuh Mona panas sekali ia demam tinggi. Pria tampan itu bergegas keluar kamar dan kembali membawa baskom berisi air hangat, dicarinya handuk kecil dilemari pakaian Mona dan mengompres keningnya. Edward kian cemas, Mona mengigau dan meracau tak jelas.

Cinta Diujung LukaWhere stories live. Discover now