"Pendek lagi!" Tambahnya meremehkan. Aku semakin menatap mereka tajam.

"Kalian pernah SD? Kalau nggak gue kasih tau satu hal.  Guru SD gue pernah ngajarin, seharusnya orang banci itu diberi pendidikan moral dan nilai sosial. Gue rasa kalian butuh itu!" Ujarku sinis lalu beranjak meninggalkan mereka.

"Buset tuh bacot!" Seru keras cowok yang berada dibelakang dilihat dari suaranya dengan menantang, Aku sangat tidak peduli.

Belum sampai delapan langkah aku berjalan, aku mendengar anak-anak yang menonton kejadian tadi menertawakanku. See? Minim moralitas.

"KATA BUYUT GUE, ORANG GILA ITU HARUSNYA DI MASUKIN RSJ BUKAN SMAAAAA!!" Aku mengabaikan teriakan itu, tapi sesampainya di belokan koridor aku masih mendengar suara tawa dari beberapa siswa-siswi yang baru saja ku lalui.

Sialan, kenapa sih?

Aku menulikan pendengaranku. Kemudian melihat seorang gadis yang memegang banyak buku dengan berjalan tergesa-gesa. Aku berjalan cepat mengejarnya, "Maaf boleh tanya?" Tanyaku menyentuh bahunya setelah berada disampingnya.

Gadis itu berhenti, menatapku dengan mata bulatnya, "Ya?"

"Gue mau tanya kelas XI IPS 3 dimana?"

"Oh itu kelas gue. Mau bareng?" Tanyanya sembari tersenyum ramah. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Kami berjalan bersama menuju kelas, dia tidak tergesa seperti tadi. Mungkin merasa tidak enak.

"Lo murid baru?" Tanya gadis disampingku, aku menoleh menatap mata bulatnya. "Kayak yang lo liat." Ucapku mengedikkan bahu.

"Eh lupa, nama gue Anya, Anya Indanazulfa. Lo?" Jadi nama gadis bermata bulat ini Anya. Aku menerima uluran tangan Anya sembari tersenyum tipis.

"Gue Revalda Nesya."

"Dari mana?"

"Dari mana aja." jawabku, kehilangan mood.  Aku mengernyit melihat Anya yang sekarang tertawa.

"Rada-rada emang orang jamam sekarang." Ucap Anya masih tertawa. Apa barusan dia bilang aku gila? Aku menatap Anya datar. Gadis itu terbungkam seketika.

"Sans sist. Abis jawaban lo lucu. Hihi" Anya masih terkikik geli yang kubalas dengan memutar bola mataku malas. "Lo lebih lucu."

"By The Way, Thanks. Bukan lo doang yang bilang gue cantik. Kim Boom aja ngakuin kalo gue cantik." Ucap Anya mengibaskan rambut sebahunya dengan angkuh. Aku melongo menatapnya.

Ya Tuhan apa aku akan dapat teman sekelas sejenis ini?

Aku mengeluh dalam hati. Walaupun Anya orang yang tergolong manis ditambah dengan mata bulatnya, tetapi kelakuan Anya benar seperti orang aneh. Aku termasuk gadis yang jarang berinteraksi, tidak memiliki banyak teman juga bukan tipe-tipe gadis humble.

"Lo bikin si anak baru takut Nya." Celetuk seorang gadis yang tiba-tiba sudah ada disampingku. Aku menatapnya mulai dari bawah sampai atas. Perawakan tinggi langsing, kulit putih yang bening. Satu kata yang terlintas, Cantik.

Kulit putih serta wajahnya yang lembut membuat siapapun akan betah memandanginya.

"Ish. Tai bekicot lo." Anya cemberut melihat kehadiran tiba-tiba gadis disampingku ini.

"Well, kenalin gue Rahmanica Rizar, pangg-"

"Panggil aja belut berbulu." Sahut Anya memotong ucapan gadis itu, membuatnya mendelik kesal. Aku tersenyum tipis melihat kelakuan mereka. Sembari berjalan santai bersama.

Semu [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora