Part 14: Si Tanduk Gila

Start from the beginning
                                    

"Apakah kita harus menghadapi makhluk ini?" tanya Andre.

"Tentu saja. Jika kita kabur, makhluk apapun ini, akan muncul dan menyerang penduduk sekitar," kata Dun.

"Serius?? Gelap begini??" protes Adel.

"Apakah makhluk itu bisa menyala dalam gelap??" tanya Julio.

"Sudah! Tak perlu khawatir!" kata Dun yang mengambil tongkat sihir, merapalkan mantra dan menembakkan bola cahaya ke atas.

Bola cahaya menerangi makhluk yang muncul dan itu membuat para manipulator menganga. Sosok yang mereka hadapi bertubuh kekar, sekekar centaur yang dihadapi Dun tadi. Kulitnya hitam legam dan cukup berbulu. Meski tubuhnya manusia, makhluk ini berkepala banteng. Lengkap dengan sepasang tanduk besar. Lubang hidungnya yang berlendir menjijikkan mengeluarkan uap di tiap dengusan. Kapak besar bermata dua digenggam erat oleh kedua tangannya. Inilah makhluk liar yang berasal dari Mitologi Yunani, Minotaur.

"Serius, Dun," kata Julio, "Aku adalah manipulator. Bukan matador."

"Barangkali ada yang punya kain merah," canda Dun.

Minotaur langsung berpaling ke Adel. Matanya menyala merah bagaikan makhluk yang kerasukan. Adel merengek dan berkata, "Kenapa harus aku? Kenapa???

Bagaikan banteng dengan tanduk besarnya, minotaur langsung menerjang menuju Adel. Tapi ada yang aneh dengan kakinya. Larinya pincang sehingga tidak secepat minotaur normal. Meski begitu, pengamatan Adel tidak sebagus Andre ditambah lagi suasana saat ini tidak seterang siang hari. Tembakan pasir malah menghantam kaki kiri minotaur yang tidak pincang. Minotaur tidak bergeming. Adel buru-buru melemparkan dirinya ke kiri untuk menghindari rangsekan minotaur yang liar dan buas. Tekanan tubuh dan tanduk minotaur menghantam dinding gudang dan menghancurkannya bagai buldozer. Bahkan makhluk itu sampai masuk ke gudang. Adel buru-buru berlari mendekati Andre. Tentu Adel harus menjaga jarak dari minotaur jika tidak mau dilumat seperti bumbu masak.

"Kau lihat larinya tadi, Adel?" tanya Dun, "Kita bisa mengalahkan dengan cepat."

"Memang larinya kenapa? Maaf, maaf, aku tadi terlalu takut dan yang ada di otakku hanya bertahan atau menghindar," kata Adel.

"Pincang di kaki kanannya," jawab Andre

"Ndre, apakah minotaur itu berpikir kita sedang bermain american football atau apa?" tanya Julio, "Dia mentackle tembok terlalu brutal."

"Pikirkan rencana, Ndre!!" perintah Dun, "Mumpung dia masih di dalam!!"

Baru menyelesaikan kalimatnya, langkah derapan kaki terdengar semakin mendekat. Minotaur itu merangsek dari dalam gudang dan menebas-nebaskan kapaknya ke segala arah. Para manipulator langsung menghindar. Kekuatan minotaur sangat mengerikan. Tadi dinding gudang hancur, kini mampu membengkokkan pagar besi berdiameter tebal. Terbayang jika tulang manusia dihantam oleh tenaga minotaur.

"Sudah kupikirkan! Adel paling lincah di antara kita. Jadikan dia umpan! Selama minotaur sibuk melawan Adel, kita gempur kaki-kakinya! Lumpuhkan dia!"

"Hei!! Adel kau jadikan umpan??!! Mukaku memang seram!" bantah Dun, "Tapi aku tidak setega itu memperlakukan seorang gadis kecil!"

"Baiklah, kau dan Adel! Oke?" saran Andre.

"Boleh juga!" kata Dun dan Adel bersamaan dan langsung maju.

Andre dan Julio saling berpandang dan mengejar rekan-rekannya, "Hei, ngawur!!"

"Jangan asal langsung maju begitu!!" tambah Andre.

Ternyata Dun dan Adel tidak sengawur pikiran Julio dan Andre. Guru dan murid itu menghentikan langkahnya, mengumpulkan energi dan mulai menyerang. Dun dengan handgun dan Adel dengan jarum-jarum pasirnya. Semua mengarah ke kaki kanan minotaur. Tertusuk-tusuk timah panas ditambah perihnya pasir, minotaur meraung sambil berlutut kesakitan. Diliputi kegusaran, tiba-tiba minotaur melemparkan kapak raksasanya secara horizontal ke leher Dun dan Adel. Adel yang lincah segara merunduk. Beruntung, dengan pengendalian logam, kapak minotaur berhenti di udara ketika jaraknya cukup dekat dengan Dun. Kapak itu dikembalikan ke lawan. Sayangnya, minotaur tidak sebodoh yang mereka kira. Makhluk itu menghentikan putaran kapak cukup dengan tanduknya yang besar. Kapak besar jatuh dan minotaur menggenggamnya kembali.

"Apa-apaan dia??" kata Julio, "Dia mengontrol kapak seperti menyundul bola??!! Apakah minotaur itu berpikir kita sedang bermain sepak bola atau sejenisnya?"

"Pertama-tama, kita lucuti dia," kata Dun yang mengaktifkan pengendalian logamnya.

Dun mengkonsentrasikan kekuatannya ke kapak raksasa yang digenggaman minotaur. Dia ingin mengangkat kapak ke atas. Merasa ada yang aneh pada kapaknya, minotaur menggenggamnya semakin erat. Nafas Dun tertahan. Kekuatan minotaur lebih kuat dari dugaannya. Rasanya seperti mencabut tumbuhan yang akarnya sudah memeluk bumi dengan erat. Murid-murid Dun berinisiatif menembaki minotaur dengan pengendalian mereka. Meski digempur seperti itu, minotaur tetap menahan kapaknya erat-erat.

"Heh!" kekeh Julio, "Untung dia bodoh. Jika pintar, dia pasti akan melepaskan kapaknya."

Baru selesai kalimat Julio, minotaur memulai manuvernya. Persis seperti yang dikatakan Julio bahkan ditambah serangan yang menakutkan. Minotaur melepaskan kapaknya dan berderap menyerang para manipulator dengan tanduknya yang tajam dan kuat. Tentu saja serangan ini mengejutkan para manipulator.

"Di belakangku dan Julio!!" perintah Dun pada Andre dan Adel.

Dua ahli logam langsung menangkis. Dun memperkuat kuda-kudanya dan Julio menambah lapisan perak di tangannya. Julio dan Dun yang merasakan hantaman tanduk minotur langsung terlempar sejauh tujuh meter. Tangan Dun mengalami pendarahan karena bergesekan dengan tanah yang kasar. Kepala Julio juga berdarah karena menghentam peti besi.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now