MEMORY GLASS -34

114 12 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana ujian Nasional berakhir. Setelah ini, tidak ada lagi kegiatan apapun yang dilakukan disekolah. Kebanyakan siswa memilih untuk foto foto dilapangan. Tidak denganku yang masih sibuk melihat soal soal ujian tes beasiswa yang dikirimkan oleh Andien. Yah karena tinggal besok, aku akan berangkat ke Solo.

Aku belum bilang ya? Kalau tadi malam, aku ketiduran saat bersama Zee dirumah cermin. Ternyata ia menipu ku, Zee tidak membiarkan aku untuk tidur disana sampai esok hari, karena ia lebih dulu membawaku pulang tanpa pamit.

"Rana hayok foto!" Tara yang sibuk ber-selfie ria dengan teman-teman lainnya.

"Pokoknya kita harus punya foto bertiga!" Disusul dengan Fika yang duduk di sampingku. "Kamu jadi tes besok?"

"Iya Fik, besok."

"Tenang aja kamu itu pinter pasti bisa kok dapetin beasiswa itu."

"Amin. Makasih ya." Lalu aku menyimpan ponsel disaku kemeja sekolah, dan berhadapan penuh dengan dua sahabat ku ini, karena mungkin esok adalah hari perpisahan kami.

"Jadi? Kak Alzee  beneran gak mau ikut temenin lo buat ke Solo?" Tara ikut ikutan duduk. Sejak kelas 10 teman dekatku disekolah ini hanyalah Fika dan Tara. Bukannya apa, tidak mudah mencari seorang teman yang bisa memahami kita apa adanya.

Sebelumnya aku sudah cerita dengan mereka soal pertemuan tidak direncanakan kemarin malam. Tentang Zee yang tiba-tiba datang lalu membawaku kerumah cermin sampai aku ketiduran.

"Zee hanya tidak ingin buat aku jadi tidak fokus, Tar."

Aku berdiri. Menarik tangan kedua sahabat ku menuju tengah lapangan, dimana semua anak anak sibuk dengan aksi potret memotretnya. Walaupun belum acara kelulusan, tapi beginilah bahagianya anak SMA ketika tahu masa belajarnya sudah usai, dan tidak perlu lagi memikirkan susahnya soal ujian.

Saat kami sedang asik berfoto tiba tiba aku teringat seseorang, "kalian ada liat Rei gak? Sejak pagi tadi aku gak lihat dia."

"Tadi si gue liat dia jalan ke rofftor" Kata Tara  yang sibuk melihat hasil Selfi di kamera.

"Rofftor?" Tanyaku dengan alis saling bertautan, tumben sekali Rei ke rofftor.

"Aku susulin dia dulu ya"

"Oke"

Ternyata benar, Rei disni. Laki laki bertubuh tegap itu sedang tidur mengarah ke langit dengan tangannya yang digunakan untuk menutupi dari kesilauan matahari.

Aku mendekat lalu bertanya, "Rei... Kamu ngapain disini? Gak ikut foto dibawah?" Tanyaku sambil duduk disampingnya, dan ia merubah posisi menjadi duduk.

"Kamu habis berantem?" Tanyaku lagi, karena diwajahnya terdapat beberapa lebam, dan memar.

"Gue minta maaf ya Ran," Tiba-tiba saja ia berkata itu sambil memegang tanganku.

"Soal apa?"

"Kemarin gue gak jagain lo waktu di club. Gue gak tau kalau lo bakal digangguin sama cowok disana."

Aku menangkap maksud Rei. Jadi luka lebam diwajahnya adalah...

"Jadi, ini gara gara Zee?" Tanyaku sambil memberi tisue untuk membersihkan wajah Rei.

"Kalau soal ini udah biasa, dulu juga gue sama kak Alzee sering berantem."

"Tapi gak seharusnya Zee marah untuk permasalahan ini. Dia juga bukan siapa-siapa."

"Kak Alzee begitu karena dia sayang sama lo, Ran. Dia pernah bilang, kalau seorang perempuan itu ibarat madu yang dikelilingi oleh lebah, dan lebah bakal marah kalau sampai lalat juga ikut ngambil madunya, lebah bakal ngelakuin apa aja buat ngejagain madunya dari serangga lain."

Memory GlassWhere stories live. Discover now