MEMORY GLASS -28

87 15 0
                                    

Terkadang sebagian orang terlalu hebat dalam menyimpan rasa, sehingga mereka lupa untuk bahagia.
(MemoryGlass)

"Rana bangun!!" suara Mama yang dapat ku dengar walau dibawah selimut. Buat apa Mama membangunkanku sepagi ini? Toh aku pergi dengan Andien masih jam 10 nanti.

Hari ini aku dan Andien berencana pergi ke SMP kami dulu, sekedar jalan-jalan untuk menikmati masa masa liburan di Solo.

"RANA BANGUN CEPAT!!!" aku langsung terlonjak kaget mendengar suara Mama yang sangat melengking seperti itu. Baru kali ini Mama membangunkan aku dengan nada seperti monster tadi seperti sedang terjadi kebakaran. Namun disini tidak ada asap ataupun bau bau kebakaran.

"Ada apa si Ma.. Rana masih ngantuk 5 menit la–" ucapku setengah sadar.

"Bereskan pakaianmu kita akan pulang ke Jakarta sekarang!"

"Loh tapi kenapa Ma?" Tanyaku sambil mengerjapkan mata berkali kali.

"Nanti Mama jelaskan, cepat!!"

"Iya iya"

Nada Mama terdengar sangat panik. Aku langsung mandi, dan ganti baju, lalu turun kebawah.

Semuanya sudah berkumpul diruang tamu, kenapa wajah mereka kelihatan cemas sekali?

Semesta kenapa lagi sih ini?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Disana sudah berkumpul Nenek, abang, dan juga Mama. Semuanya dalam posisi berdiri, tidak ada yang duduk sama sekali!

Ku gambarkan seperti sedang ada maling yang menerobos masuk ke dalam pesawat.

"Ma.." ucapku sangat pelan, sambil menuruni anak tangga secepat mungkin.

"Ayok sayang cepat nanti ketinggalan pesawat."

Kalian bingung? Yah aku juga. Kenapa tiba-tiba semuanya jadi begini, lalu rencana ku dengan Andien siang nanti? Ck! Sudah pasti gagal!

Aku pamit dengan nenek memeluknya cukup lama, karena akan tidak tahu kapan aku kesini lagi.
Taksi yang kami tumpangi buru buru melesat ketika Mama bilang 'cepat pak'. Entah apa yang terjadi aku pun bingung abang pun sejak tadi diam saja, seperti orang terkena sandra. Ah mereka aneh.

"Bang ada apa sih kok Rana gak dikasih tau?" Ucapku berbisik pelan kearah bang Galih yang duduk disampingku.

"Jangan syok ataupun teriak, awas aja kalau lo sampe teriak."
Aku mengangguk cepat dan menatap abang serius.

"Bang Dana kecelakaan."

"APA!?" Spontan aku teriak dan, hmpftt bang Galih menutup mulutku dengan cepat.

"Gue bilang jangan teriak bego, bikin Mama tambah sedih."

"Abang bercanda kan? Bang Dana gak mungkin kecelakaan kemarin dia baik baik aja kok." Tanya ku masih tidak percaya.Semesta kau pandai sekali membuat rencana yang tak terduga seperti ini.

"Hm, gue juga mikirnya gitu. Dana pasti baik-baik aja. " Jawab bang Galih lalu ia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Aku tahu laki-laki ini pasti ikut sedih.

Aku memajukan tubuh ke arah kursi depan untuk bicara dengan Mama.
"Ma... bang Dana gapapa kan Ma? Dia baik baik aja kan Ma?!"

"Abang pasti baik-baik saja sayang."

Aku tahu wanita ini sangat terluka melihat putranya terbaring lemah dirumah sakit. Karena bagi setiap ibu, seorang anak adalah sebuah cahaya dari permata indah di dunia. Apakah anak anak berfikir sebaliknya? Cukup sanubari masing-masing yang menjawab.

Memory GlassWhere stories live. Discover now