MEMORY GLASS -16

96 19 0
                                    

Pulang sekolah aku segera melesat ke parkiran, sebelum ketika Tara bertanya dan aku menjelaskan agar Tara tidak salah paham jika aku pergi dengan Rei, yah nampaknya ia memang menyukai Rei, baguslah.

"Udah lama ya Rei?" Tanyaku merasa tidak enak karena membuat Reiza menunggu.

Ia mengedikkan bahu, "Gak masalah, berangkat sekarang ya Ran, keburu sore"

"Oke"

Mobil melaju dengan kecepatan yang sedang. Jalan raya cukup renggang hari ini. Kadang ada beberapa pedagang kaki lima mendatangi mobil-mobil hanya sekedar untuk menawarkan barang yang dijajakannya.

Reiza sibuk menengok kearah lampu merah, berharap cepat menyala hijau.
"Hm.. Rei kamu mau beliin apa buat ultah-" Memang sudah jadi hobi cowok satu ini memotong saat orang berbicara!

"Gue juga bingung nih Ran, menurut lo apa?"

"Mama kamu suka apa ?"

Reiza mengedikan bahu, menjawab santai. "Gue juga gak tahu "

"Sepertinya kamu bukan anaknya" ucapku sedikit mencairkan suasana.

"Husss lo jarang becanda sekalinya becanda langsung mematikan ya "

Katanya lagi, "Gue memang jarang ketemu Mama, gue lebih nyaman tinggal sama nenek keadaan rumah yang bikin gue malas"

"Broken home?"

Ia menghela nafas berat, "Sejenis itulah"

Setelah itu kami saling diam, sampai akhirnya tiba ditempat tujuan. Disinilah kami sekarang. Toko yang menjual aneka pernak pernik ultah . Menyelurusi lorong demi lorong ruangan yang lumayan besar ini demi mencari benda yang menurut Rei cocok diberikan Mama nya.

"Ini bagus" aku menyentuh sepatu cantik dirak hadapanku.

"Mama gaksuka sepatu kayak begitu Ran" Rei kelihatan sedang berfikir keras, "waktu tahun kemarin gue udah coba tawarin sepatu kayak gitu, jadi gue cuma kasih bunga sama kue"

Mataku mulai menjelajahi rak demi rak, dan mataku tertuju dengan sebuah liontin yang terbuat dari bahan glass, dan jika dibuka bisa diselipkan foto ukuran 3×4, indah pokoknya!

Aku menunjukkannya ke Rei berharap ia akan membelinya untuk kado. "Cantik 'kan Rei?"

"Iya, kayak lo" aku mengerjap beberapa kali bukan kegeeran hanya saja canggung.

"Heh?"

"Lo suka banget sama glass?"

Aku hanya bergumam, malas menjelaskan seberapa besar kekuatan glass untuk ku. Bukan bendanya, aku mencintai seseorang dibalik itu.
Zee kapan si kamu pulang? Rumah ini sepi tanpa penghuni nya!

"Maaf, kayaknya gue salah ngomong" Aku tersenyum dan menyadari bahwa wajahku tidak terkondisi tadi gara gara Rei.
"Soalnya lo kelihatan antusias banget kalau ngeliat apapun dari glass"

"Hah gak papa"

"Mama punya pabrik glass, mungkin lo mau kesana sewaktu waktu?" Pabrik glass?, Zee juga mempunyai pabrik glass ralat__melainkan surga glass!

"Boleh"
"Jadi liontinya? Tinggal kamu belikan kalung saja pasti tambah cantik"

Rei tampak ragu tapi kelihatannya ia tidak punya pilihan lain. Mama-nya belum pernah mempunyai liontin barang kali.

Memory GlassOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz