MEMORY GLASS -7

137 34 5
                                    

"Lo dihukum ?"
Suara keras seorang cowok mendekat kearah ku.

"Kamu " aku menoleh dan menurunkan tangan hormat untuk menghilangkan rasa pegal sejenak.

"Gue temenin ya"
Tawaran yang cukup mengejutkan.

"Hng gakusah"

"Lo emang selalu gini ya sama orang yang baru lo kenal"
Tanya Zee dengan menatap ku intens, mata itu lagi. Aku menghela nafas merasa sesak karena melihat iris kopi manusia ini.

"Gini gimana?"
Jawabku singkat

"Selalu dingin"

"A-aku, dingin? bukanya kamu ya? yang bersikap gitu kalau ketemu aku, jadinya aku harus ngimbangin sikap itu"

Alzee tertawa.
"Rana lo ini polos banget ya" Zee memegang keningnya yang berkeringat, "gue bersikap gitu karena emang itu salah satu cara gue untuk bisa deket sama lo" ucapnya tidak mau basa basi, seketika itu juga jantung ini terus berdebar

Tuhan masih adakah manusia sesempurna ia? Beri aku satu kalau masih ada.Ya dia!

"Maksud kamu Zee?"

"Gue emang dingin kesemua cewek, tapi gaktau kenapa beda kalau sama lo" dia menoleh sejenak dan kembali hormat.
"Gue mau deket sama lo"

Ternyata perasaan ku salah Alzee hanya mau berteman bukan lebih .tadinya aku berfikir dia merasakan perasaan yang sama denganku.hmm memang apa yang kurasakan .sudahlah Kirana kenapa harus geer?.

"Bukanya kita udah temenan sejak dua hari lalu?"
Tanyaku masih polos

"Beda dong Audy Kirana " Zee memperhatikan baju olahraganya yang kebesaran ditubuhku "cantik"

"Kenapa kamu mau temenan sama aku? Memangnya kamu gak punya teman ?"

"Lo nyindir atau ngeledek?"

"Ya abisnya waktu itu, aku lihat kamu dikantin sendirian"

"Jadi ada yang merhatiin gue diem diem nih?"

"Cuma gak sengaja lihat, geer! " Aku butuh oksigen sekarang, sambal tomat sepertinya sudah tergambar di wajahku.

"Gue cuma lagi ada masalah aja sama temen gue, tapi gue gak perduli. Karena udah ada lo sekarang"

Ia mengeluarkan seutas tisue dan melakukan hal yang sama ketika wajahku penuh dengan eskrim kotor kemarin.

Lagi lagi tatapannya!
Kirana gak ngerti harus melakukan apa. Jantungku berdetak lebih kencang karena sepasang mata milik Alzee Gardana berhadapan dengan sepasang milik Audy Kirana, itu aku. Tidak bisa dipungkiri ia memang sangat ganteng.
Hembusan nafasnya mampu memindahkan rambut didekat pipiku.
Kalian tahu saat ini aku sedang apa? Diam berdiri kaku dihadapannya dan membisu seketika .

"KALIAN SEDANG APA!!"
Suara Bu netta akhirnya membebaskan aku dari ketegangan ini, dan ia berjalan ke tengah lapangan.

"Pagi menjelang siang Bu"
Kata Zee terpaksa manis dibibir Zee.

"Kamu! Kamu kelas 12 IPA 5 'kan? ngapain disini"

Tunggu tunggu sepertinya aku salah dengar barusan, Alzee kelas 12?
Yang benar saja, sial. Aku baru tahu jika Alzee Gardana adalah kakak kelas ku yang artinya senior! Aku memang tidak pernah melihatnya dijajaran anak 12 mungkin karena penghuni sekolah ini sangat banyak jadi aku tidak mampu melihat Zee dibarisan kelas 10 maupun 12.
Dan ia juga tidak pernah cerita kalau dia adalah kelas 12, tidak ada logo kelas atau alamat sekolah yang menempel dikemejanya, jadi bukan salahku kalau selama ini aku panggil dia Zee bukan dengan sebutan 'kakak'.

Tapi jika kalian bertemu dengan Alzee, pasti kalian percaya jika wajahnya seperti bukan kelas 12. wajahnya tidak seperti tampang kakak senior lainya, pokoknya beda!

"Nemenin Audy Kirana biar gak sendirian Bu hehe" jawab Zee dengan nada cengengesan

Awalnya aku tidak mengira dia selucu ini dari pertama bertemu ia selalu bersikap dingin dan kenapa sekarang berubah jadi suka ngelucu begini. Entahlah.

"Kamu ini Alzee! " Bu Netta kemudian pergi dari lapangan, kemudian menengok sekali sambil berkata, "Rana kamu ibu ijinkan masuk jangan diulangi lagi"

Bagaimana bisa aku tidak tahu jika Zee adalah senior! Bahkan Bu Netta saja sudah kenal dengan Alzee? Seterkenalkah ia disekolah ini?
Rana bodoh banget kamu.., orang yang sudah mengantarkan kamu pulang kemarin sore dan memberi kamu sebuah cermin tapi kamu tidak tahu asal usulnya ? aku hampir memaki diri sendiri dan hanya mengembuskan nafas kesal dan menuju ke kelas meninggal kan Zee

Aku malu bicara dengannya sekarang. Dari dua hari lalu aku memanggilnya dengan sebutan nama bukan embel embel 'kakak' arghh bodoh!. Dan fakta yang mengejutkan bahwa ia adalah senior !

"Rana"
Teriaknya dari arah belakang, aku tidak mau menoleh, tapi mau gimana pun semua harus diklarifikasi kan?.

"I-iya kak?"
Aku memberanikan untuk memanggilnya itu mulai sekarang.

"Kenapa tiba tiba lo panggil gue kak?
Oh gara gara perkataan Bu Netta tadi?" ia tertawa seakan membuat aku tambah malu .

Aku masih belum berkata

"Panggil aja Zee kayak sebelumnya, gue suka "

"Kamu jahat"
Seharusnya aku tidak mengatakan itu tapi sumpah refleks saja kata itu keluar dari mulutku " Kamu gak bilang kalau kamu kelas 12"

"Memangnya harus bilang ?"

"Aku malu udah panggil kamu dengan sebutan nama, itu kan gak sopan."

"Tapi gue belum tua Rana"

"Tetap aja kamu lahir duluan di tahun yang berbeda denganku"

"Kita cuma beda dua tahun bukan 10 tahun kan?"

Dia mendekati ku dan mengusap puncak kepalaku lembut " Lagi pula gue gak mau dengan status senior ini ngebuat gue jadi gak bisa deket sama cewek secantik lo"

"Gue pengen jadi senior yang baik buat lo"
Astaga! Sekarang bagaimana. Perasaan marahku hilang begitu saja saat Zee mengatakan itu.

"Maaf, aku duluan"

Malu. Sekarang aku canggung untuk berbicara. Bodoh! aku sudah dekat dengan senior yang artinya aku sedang mencari masalah!
Aku pergi meninggalkan Zee, hm ralat maksudku kak Alzee sendirian ditengah lapangan. Aku sadar mulai sekarang aku seharusnya tidak boleh dekat dekat lagi dengan senior seperti dia.

Memory GlassWhere stories live. Discover now