MEMORY GLASS -27

120 12 20
                                    

Kadang yang pergi tidak harus perlu dicari, dan yang hilang tidak harus ditemukan.
(MemoryGlass)

"Rana?!"
Aku bisa melihat wajah Andien terkejut sekaligus senang karena kedatanganku. "Kapan kamu sampai? kok tidak bilang bilang sih? 'kan bisa aku jemput waktu di bandara." Andien selalu tidak berubah, selalu heboh dan menggemaskan.

"Kemarin baru sampai, kamu apa kabar?" Tanyaku sambil memeluknya.

"Baik baik, kamu sendiri?"

"Banyak hal yang ingin ku ceritakan, tapi kita ke alun alun kidul saja ya sekalian cari angin"

"Oke"

Alun-alun kidul hari ini dipenuhi banyak pengunjung, baik dalam kota maupun luar kota, ramai. Benar kata orang; kesepian yang sesungguhnya itu ada di keramaian, aku merasakannya sekarang. 
Aku dan Andien memilih sebuah cafe yang sangat familiar dari kami SMP, dulu aku dan Andien sering sekali datang ke cafe yang menyajikan kopi sebagai menu favorit disini, kami selalu ke sini untuk menyempatkan ngobrol dengan anak pemilik cafenya ia bernama Bagas. Bagas adalah teman kami saat SMP, dulu aku dan Andien sangat dekat dengannya, namun karena aku pindah ke Jakarta jadi jarang bertemu.

"Rana?! Seperti sedang ada sulap tiba-tiba kamu ada disini." kata Bagas yang sedang melayani pelanggan dan melihat kami duduk. Aku salut dengannya, walau ia anak pemilik cafe ini namun rasa hormat dan sopannya tetap sama seperti dulu.

"Hai Gas, apa kabar?" Kataku sambil bersalaman.

"Baik baik, kamu betah di Jakarta ya sampai lupa untuk pulang ke Solo?"
Kata Bagas sambil duduk diantara kami.

"Bukan gitu kok, Mama baru dapet cuti tahun ini."

"Begitu, ohiya mau pesen apa? Biar aku yang buatin"

"Seperti biasa deh Gas"

"Masalahnya aku lupa kalian biasa minum apa disini" kata Bagas menyengir.

Aku memesan seperti kesukaan ku dulu saat SMP. "Aku mau macchiato satu deh."

"Kalau aku–" belum selesai Andien bicara, Bagas memotong, "American coffee 'kan?"

"Wah kok kamu bisa tahu kesukaan Andien, tapi kesukaan ku lupa dasar." tanyaku heran.

"Iya jelas lah Ran aku inget, Andien sering kesini bareng teman cowoknya dan dia suka pesen coffee yang sama."

Fakta baru lagi? Sepertinya aku ketinggalan banyak berita di solo.

"Yudah aku buatin dulu."

Hening beberapa saat. Ada banyak pertanyaan di kepala ku saat ini, salah satunya... Andien sudah punya pacar?

"Ran akan aku jelaskan nanti, karena persoalan mu lebih sulit kelihatannya."

"Enggak An, persoalan mu lebih rumit aku mau dengar."

"Hm kamu benar Ran, ini rumit, sangat rumit untuk dijelaskan, jadi teman cowok ku yang dibilang Bagas tadi namanya Daffa, dia adalah cowok paling baik yang pernah ku kenal Ran, kami berdua sudah sangat dekat sejak kelas 1 SMA bahkan sampai sekarang.  Sampai akhirnya Daffa mengakui kalau dia mencintaiku, tapi aku takut sama perasaan ku sendiri Ran, aku takut untuk buat keputusan. Aku masih berfikir, benarkah laki laki ini yang dikirim Tuhan untuk membahagiakan ku? Aku takut menyatakan perasaan ku padanya. Daffa memberikan aku waktu untuk berfikir, dan dia mengerti kalau aku belum siap untuk menjawab pertanyaannya, sungguh Ran aku bingung."

Memory Glassحيث تعيش القصص. اكتشف الآن