MEMORY GLASS -20

106 20 2
                                    

Terlalu banyak kejutan yang datang, sampai akhirnya tidak menyadari pedihnya perpisahan.
(MemoryGlass)
~

Lega rasanya mengetahui Zee punya rasa yang sama dengan apa yang aku rasakan. Tapi, aku benci dengan jarak yang ingin memisahkan kami yang entah untuk berapa lama. Dan tadi malam keindahan bersama Zee harus berakhir dengan ajakannya meminta pulang, setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi.

Pagi ini Fika datang menjemput ku, ia ingin pergi bersama ke sekolah. Sehubungan ia dan Tara sering kesini jadi Mama sudah tahu sifat dari dua sahabatku ini.

"Hai Fik, maaf ya lama" sapaku pagi ini diruang makan.

"Gapapa Ran, masih ada 20 menit lagi ke sekolah, tidak akan telat kok" kata Fika sambil menuang sayur ke piringnya.

Aku melirik ke bang Galih yang sedang memperhatikan Fika sedari tadi. "Abang! Kenapa liatin Fika-nya gitu banget?" Tanyaku membuat ia langsung tersedak.

"Gue masih gak percaya Ran, ada bidadari dirumah kita!" sekarang bang Galih menumpukan wajahnya dikedua tangan dan menatap kearah Fika.

Wajah Fika tentu sudah berubah merah.

"Galih." Sahut Mama memperingati "Jangan gitu, wajahnya Fika sudah merah."

Kemudian Fika mengambil gelasnya dan minum pelan pelan, mungkin saja ia gugup.

Dimeja makan ini hanya ada aku, Fika, mama, dan bang Galih, tolong jangan tanya soal bang Dana karena ia tidak pulang semalam, katanya ia harus berangkat ke Bandung

Tiba-tiba suara Abang Galih memecah keheningan "Dek, gimana rasanya tadi malam dianter pulang sama doi terus digendong lagi sampe kamar? duh mau dong Abang"

What the hell? Zee menggendong ku? Yang benar saja bisa mati gugup aku kalau sampai ia membaca buku harian diatas meja belajar ku! Ah tapi tidak mungkin dia kan orang yang sopan.

Sudah lah Rana tidak perlu di cemaskan.

"Woi" Abang menyentil keningku, membuatku membuyarkan kecemasan ku terhadap Zee "itu Fika udah ngajakin berangkat cepetan"

"Hah. Iya Fik bentar, ma aku berangkat ya Assalamualaikum" aku mengecup punggung tangan dan pipi Mama lalu pergi.

"Eh tunggu tunggu" suara Abang memberhentikan langkah ku

"Kenapa bang?"

"Abang gak dicium nih" tunjuk pipi nya sendiri.

"Hmm iya deh" aku hanya mengecup sekali dan pergi ke mobil Fika. Ia memang membawa mobil tapi ada sopir yang menemani nya.

Pagi ini kelas tidak seramai biasanya, ada yang tidak masuk, bahkan ada juga yang katanya membolos. Mungkin disebabkan oleh percobaannya UNBK kelas 12 yang membuat anak kelas 10 dan 11 malas masuk sekolah karena tidak belajar.

Aku yakin Zee pasti tidak mengikuti percobaan ini, karena ia akan take off besok.

Mau kuceritakan sesuatu? Kalian tahu– semalam Zee meninggalkan secarik kertas diatas meja belajar ku yang isinya membuat dadaku terasa sesak saat membacanya.

Kira-kira seperti ini sisinya.

Ran, maaf kamu harus membaca ini. Aku tahu kamu gak akan suka mangkaknya aku beri kamu hadiah pengungkapan rasa dariku setelah membaca ini. Kamu tidak perlu khawatir aku akan baik baik saja di sana, harusnya aku yang mengkhawatirkan kamu, aku takut kamu sedih dan menangis, sungguh. Aku tidak bisa melihat Audy Kirana yang seperti itu. Aku mohon Ran, tersenyum lah untuk seorang Alzee Gardana. Aku harap kamu tidak usah datang besok, karena aku pasti akan sakit sekali melihat kamu yang menangis karena kepergian sementara ini. Aku pergi untuk kembali Ran, janji ku akan tetap seperti itu. Besok pagi aku take off.
Jaga dirimu baik baik.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang