MEMORY GLASS -29

79 16 4
                                    

Jika boleh memutar waktu, aku hanya ingin satu, hanya ingin memilih untuk kembali kebagian dimana aku menemukan mu.
(MemoryGlass)

Hari ini aku masuk sekolah sebagai siswa kelas 12. Artinya masa depan sudah semakin dekat. Keinginkan untuk menjadi seorang ahli kimia akan tercapai, begitu pun maslaah hati. Tadinya aku tidak mau sekolah dulu, namun kata bang Galih secepatnya menyelesaikan masalah itu lebih baik. Jadi kuputuskan untuk pergi sekolah hari ini.

Aku sudah berdiri di ujung koridor dekat Mading yang menempelkan pengumuman pembagian kelas. Hanya butuh menunggu 15 manit untuk mengetahui dimana kelas ku.
Perasaan ku mulai tidak keruan, masih tentang Tara dan Rei. Keduanya masih marah denganku, dan yang menjadi pr ku sekarang adalah menyelesaikan semuanya.

Aku melihat Fika dan Tara mendekat.
"Hai Ran, kapan kamu pulang? Oh ya bagaimana Solo?" Tanya Fika seraya duduk disamping ku.

"Masih sama ketika pertama kali aku kesana kok Fik, kalian liburan kemana?" Kataku sambil melirik kearah Tara, namun ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku hanya liburan ke Bogor, tempat sepupu."

"Aku juga cuman liburan dua hari di Solo"

"Loh kenapa kok bentar banget Ran?"

"Bang Dana kecelakaan Fik, sekarang masih dirawat dirumah sakit."

"Kok kamu gak hubungi kita sih Ran! Kita kan bisa nemenin kamu di rumah sakit"

"Udah gak perlu kok"

"Masih 10 menit lagi pengumuman-nya, kita kekantin dulu yuk"
Fika menarik tanganku dan Tara.

"Gue gak ikut, males." Sepertinya Tara masih kesal denganku.

Aku menatap Fika lekat, kalau dalam bahasa telepati wajah Fika sekarang menyuruhku untuk memulai pembicaraan dengan Tara.

"Tara.... Kamu masih marah ya?" kataku mulai bicara dengan nada sangat hati hati. "Kita udahan yuk marahan-nya, aku gak bermaksud buat dektin Reiza, aku sama dia cuma temenan dan gak punya perasaan apa apa, kamu masih ingat Zee? Sampai sekarang perasaan itu masih sama untuknya Tar, aku masih menantinya kembali. Dulu... aku kira, aku akan mendapatkan kenyamanan Zee yang hilang di sosok Reiza, tapi nyatanya setelah aku mencari cari itu semuanya tidak ada. Aku memang egois Tar, maaf."

Aku menunduk tidak berani menatap sepasang mata milik perempuan tomboy itu.

"Tar ini cuma salah paham, kamu harus mengerti posisi Rana juga, dia sangat mencintai kak Alzee namun sakitnya yang dicinta malah pergi tanpa meninggalkan kepastian untuk Rana, tapi itu–" Kata Fika bersuara, membantu agar kami baikan lagi.

"Gue yang salah." Akhirnya Tara merespon ucapan ku, lalu dia berkata,
"Gak seharusnya gue egois karena seorang cowok, dan setelah dari kejadian itu gue baru tahu ternyata Rei baru putus dari pacarnya, maafin gue Ran."
Tara mendekapku erat. Dibalik sifatnya yang keras, ia pun memiliki hati yang bijaksana.

"Jadi, kamu udah tahu kalau Rei putus dari pacarnya?"
Kata seraya melepaskan dekapan Tara.

"Iya. Gue lihat sendiri dia lagi ngobrol berdua sama cewek itu."

"Kamu nguping?" Kata Fika.

"Gak sengaja liat."

"Tetap aja kamu nguping."

"Aku juga kecewa sama Rei, dia sudah bohongi aku."

"Ternyata benar ya semua cowok itu sama aja. Brengsek. Giliran dapet yang baru, terus seenaknya aja ninggalin yang lama! Padahal yang lama juga pernah baru."
Kata Tara memutar bola mata kesal.

Memory GlassWhere stories live. Discover now