MEMORY GLASS -18

111 20 3
                                    

Aku tidak masalah seperti ini, tanpa status dan kepastian. Asalkan aku bisa berada di dekatmu. Itu saja!
(AudyKirana)

Seperti biasa, hari ini aku pergi ke sekolah tanpa semangat pada anak SMA umumnya. Tidak perlu aku beritahu, kalian pasti sudah tahu alasannya apa.

"Rana Rana!. Gilak sih ini bener bener hot!." Tara datang dari arah pintu dengan nafas tersengal-sengal.

"Ada apa sih Tar?"

Lagi-lagi ia susah mengatur nafasnya sendiri.
"Alzee!" Tunjuknya mengarah keluar kelas, tepat di lapangan. Yang benar saja_ Zee ada di sini? Mana mungkin. dia sedang diparis!

"Kenapa dengan Alzee?" Aku gugup bukan main karena ini menyangkut orang bernama Alzee Gardana!

"Kenapa Tar!?" Tanyaku sekali lagi dengan nada cemas.

"Tara kalau bicara yang bener! Jangan bikin kita tambah pemasaran." Fika yang duduk di sampingku kini ikut- ikutan penasaran.

"Penasaran bego! Bukan pemasaran." Tara berdecak sebal bermaksud membenarkan perkataan Fika. Dalam keadaan genting seperti ini mereka masih saja sempat berdebat, aku kesal sendiri!

"Beda m doang"

"Itu artinya be-"

"Kalian bisa diem dulu tidak sih! Kenapa sama Alzee, Tar?" Aku bicara dengan nada membentak, tidak perduli anak anak kelas melihat kerahku dengan berbagai macam tatapan. Sekarang aku hanya ingin bertemu Zee!.

"Alzee Ran..." aku mengangguk cepat,
"Kak Alzee berantem!"

"Kamu yakin itu Alzee?" Tanyaku memastikan ucapan Tara.

"Iya Ran, gue yakin banget dah. Dia berantem sama anak yang jadi king kemaren!"

Deg!!

Rasanya sesak untuk bernafas, tenggorokan tiba-tiba kering dan serak. Masih tidak percaya, hari ini Zee sekolah.?

Ketika sampai disekolah 5 menit lalu. Aku memang melihat keramaian yang memenuhi koridor depan kelas 10 IPA1. Dan santainya aku berjalan tanpa melihat apa yang menyebabkan keramaian itu tercipta. Aku bukan tipe orang yang suka melihat keributan. Tapi, jika masalahnya menyangkut Alzee mana mungkin aku bisa tenang!

Aku berlari cepat meninggalkan kelas melewati Tara dan Fika yang terus mengoceh. Masa bodo terhadap tatapan pasang mata sepanjang koridor yang melihatku aneh. Sekarang aku hanya ingin tahu, penyebab Zee berkelahi dengan Reiza.
Aku menerobos segerombolan siswa yang tengah menonton perkelahian itu. Sempat tidak percaya, tapi inilah yang kulihat. Reiza tersungkur lemah disudut dinding, wajahnya penuh lebam, berbeda dengan Zee yang hanya ada beberapa goresan kecil di wajahnya. Aku yakin Alzee sangat marah pada Reiza, tapi kenapa?
Apa yang membuat Alzee semarah ini?

"Berhenti!!!" Suara lantang pak Wardi guru BK akhirnya meredakan suasana.
"Apa apaan kalian ini, ikut saya ke ruang BK!!"

Tubuhku gemetar, ketika Zee berjalan melewati aku dengan tatapan penuh tanya. Sorot mata itu, sorot mata yang aku rindukan selama tiga bulan ini, sekarang ada di hadapanku. Ia berlalu tanpa sepatah kata pun dan berjalan mengikuti pak Wardi.

"Rana, astaga lo main kabur aja!  Bisa mati kegencet ntar lo!"
Aku masih bisu, memperhatikan punggung Zee yang kian menghilang dari pandangan.

"Hayok ke kelas" ajak Tara yang menarik tanganku.

Aku masih terdiam ditempak duduk, setelah Tara dan Fika menyerah untuk mengajak ku kekantin setelah bel istirahat 5 menit lalu. Aku tidak ingin kemana mana, perasaanku tidak menentu, sebenarnya apa hubungan antara Zee dengan Reiza?.

Memory GlassWhere stories live. Discover now