MEMORY GLASS-9

147 32 5
                                    

Mata bang Galih terus meneliti dari atas sampai bawah pada satu sosok cowok disamping ku, Zee.
"Pacar kamu?"
Tanya bang Galih, dan aku langsung menggeleng kuat.

"Zee, ini abang Galih yang aku ceritakan tadi"

"Kamu cerita apa sama si kunyuk ini, Rana" Abang berkaca pinggang tepat didepan pintu.

"Alzee Gardana" Zee mengulurkan tangan kepada bang Galih bermaksud untuk berkenalan.

"Galih Wijaya " bang Galih hanya membalas cuek lalu pergi ke ruang TV, meninggalkan kami berdua didepan pintu

"Gue pulang ya "

"Kamu gakmau mampir dulu?" Ucapku sekedar basa basi padanya

"Abang lo lagi pms kayaknya, sipek banget"

"Dia memang begitu, tapi kalau udah kenal baik kok"

"Hm"

"Jadi mampir?''

"Gakusah, cuma mau ngingetin jangan takut sama senior kayak gue. Gue jinak kok, dahh" Zee pergi meninggalkan rumah ku yang penghuninya sudah senyum senyum sendiri seperti orang tidak waras, benar kata pepatah, cinta membuat seseorang kehilangan akal sehatnya. Aku bisa merasakan itu sekarang.

🍁🍁🍁

Sudah pukul 21.54 sekarang, tapi kelopak mataku masih saja tidak bisa menutup.
Sepertinya kepikiran Zee?
Satu satunya manusia yang membuat pompa kerja jantungku bekerja lebih cepat saat mengingatnya.

Aku putuskan untuk menuju balkon depan kamar ku, melihat kearah langit dan terdiam sejenak. Aku bergumam pelan menikmati malam indah hari ini, semesta cantik. Tidak lupa juga, ternyata bulan dan bintang mulai menampakkan dirinya dengan malu malu.

Aku bertanya dengan diri sendiri,
"Kenapa yaa.. langit dan bumi gak bisa bersama,? padahal mereka sangat indah kalau disatukan"

Percuma rasanya bertanya dalam keheningan malam ibukota yang bisu, yang menjawab hanya hembusan angin malam yang mencoba menyelundup ketubuhku, dingin.
Aku masuk kedalam kamar karena tidak tahan dengan dinginnya malam ini, membuka lemari dan mencari jaket

Tunggu apa tadi kataku? Jaket!

Yampun Rana kenapa bisa sampai lupa mengembalikan jaket milik Zee?dan sekarang jaket itu masih tergantung dibagian pojok dinding lemariku, bagus, ceroboh sekali, bagaimana kalau Zee saat ini sedang kedinginan dan membutuhkan sebuah jaket untuk kehangatan.? Tidak tidak, kenapa sekarang aku malah menghawatirkannnya. Tenang, aku akan kembalikan jaketnya besok.

Pikiran ku kacau, aku merasa aneh dan kata Zee kalau aku merasa aneh dengan diriku sendiri, aku harus melihat pantulan diri dicermin, agar lebih baik katanya.

Cermin apakah aku terlihat kacau sekali malam ini? Tidak juga, aku masih sama, tidak ada yang aneh kok, pipiku masih sama, mataku ada dua, dan alis tebal ku masih berada di sana, ya. Ya. Ya, aku sudah gila bicara sendiri didepan cermin.

Tingg

Suara hp diatas tempat tidur membuat aku terhenti dari aktivitas anehku tadi, lagi pula siapa sih malam malam begini kirim pesan.
Gerutuku dalam hati, dengan sangat malas, aku mengambil benda persegi panjang itu sambil tiduran telungkup.

Kalian pasti tidak percaya! Aku terkejut saat melihat siapa yang mengirim pesan. Aku mengusap kedua mataku seolah memang tidak percaya apa yang kulihat sekarang ini adalah benar. Beberapa kali aku mengerjapkan mata, takut salah membaca nama yang tertera disana.

Alzee Gardana: apa kabar yang lagi ngambek:)

Read

Tidak tahu lagi bagaimana perasaan aneh ini datang dan aku hanya terdiam impossible, dari mana Zee dapat id line ku?

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang