MEMORY GLASS -11

124 31 3
                                    

Kamu yang menciptakan pelangi. Tapi, kamu juga yang menciptakan mendung. Jujur aku bingung.
(Audy Kirana)


"Kuliah di Paris?" Kataku mengulangi jawabannya barusan.

"Cuma sebentar" Jawabnya dengan nada tenang

"Tapi kenapa gak kuliah disini aja Zee? Kenapa harus jauh banget, aku-"

"Gue pengen buktiin Ran, sama Papa dan Mama kalau gue bisa jadi orang sukses karena usaha sendiri, dan gue juga gak mau kalau sampai mereka pisah. Dengan cara ini, gue bisa merubah semuanya. Mama gak perlu lagi kerja buat bayar sekolah gue, dan Papa gak akan marah-marah lagi" Zee menatapku lekat. Matanya, seperti dunia mimpi yang penuh ketenangan, "Gue kuliah pakai hasil sendiri kok, lo gak usah khawatir"

"Tapi, kenapa cepat banget Zee? Kita baru dekat dan semuanya akan hilang"

"Masih ada 5 bulan lagi gue disekolah, jadi ada yang sedih gue pergi nih.." Ia tertawa sambil mengejekku

"Apansi mulai geer"

"Bilang aja, kalau Audy Kirana gakmau pisah jauh jauh dari Alzee Gardana" ia terus saja mengejekku.

Aku terdiam dengan kalimatnya barusan.

"Tenang aja Ran, nanti kalau diparis gue gak akan melirik cewek lain kok "

"Kenapa?"

"Karena udah ada seorang Audy Kirana disini" Ia mengambil tanganku, lalu diletakan tepat di dadanya.

Sungguh, saat ini aku butuh cermin untuk melihat seberapa banyak rona wajah dipipiku. Jika aku boleh meminta, adakah manusia selain Zee didunia ini yang dapat menggantikannya saat ia pergi nanti?

Benar. Aku adalah salah satu diantara manusia yang paling bodoh ketika, mengetahui seorang yang sangat dicintainya ingin pergi jauh namun, ia tak bisa berbuat apa apa. Itu aku, manusia paling bodoh yang pernah kalian kenal.

Aku bertanya tanya; Apakah Tuhan sedang bahagia waktu menciptakan manusia sepertinya? Seseorang yang selalu bisa memunculkan bulan sabit di wajah ku. Seseorang yang dapat menciptakan kedamaian hati dengan kehadirannya. Yang mampu menyulap nafas menjadi butiran kebahagiaan. Zee.. Seandainya kamu dengar dewi hati ku, sungguh. Aku tidak ingin kamu pergi.

"Ran, gue mau nunjukin sesuatu sama lo " ia menarik tanganku dan aku hanya bisa mengikuti dari belakang

"Ini sepatu yang gue desain seminggu lalu, rencana si mau di taruh buat koleksi baru di toko Glass Papa, tapi gak jadi"

"Loh kenapa Zee ini 'kan bagus banget, pasti banyak peminatnya deh misalnya untuk sovenir wo" Aku menyentuh sepatu kaca yang sangat indah didepan mataku ini. Sayang, ia hanya sebuah benda ukiran yang tak bisa digunakan, ia hanya dapat dinikmati dengan penglihatan.

Aku sempat melongok sebentar saat tangannya menyodorkan sepatu kaca mini itu kepada ku. Dan pikiran ku memang benar.

"Karena ini untuk lo"

Aku diam sebentar, ketika tanganya melambai tepat di wajah ku. Ternyata aku memang tidak sedang bermimpi.
"Buat aku ?"
Kataku sedikit terbata bata, "Tapi Zee, untuk apa? Aku gak --"

"Gue mau lo simpan ini baik baik. Jangan sampai hancur ataupun retak, jika semua itu terjadi maka, kemungkinan semuanya hilang"

Hilang? Apa yang hilang? Aku tidak mengerti sumpah. Apa kalian tahu maksudnya barusan? Percuma, dia tidak memberiku kesempatan bicara. Zee memang pandai membuat teka teki.

Langit sore berganti dengan gumpalan awan mendung yang menutupi senja. Aku sempat kecewa, karena senja tidak hadir menghiasi langit hari ini. Namun, kekecewaan itu telah tergantikan oleh kehadiran seseorang istimewa disamping ku. Tetes demi tetes air hujan mulai berjatuhan ke bumi, ditambah lagi angin yang berhembus kencang, menciptakan biru biru dijariku semakin banyak.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang