Potongan [23]

1.4K 98 0
                                    

We are problems that want to be solved
We are children that need to be loved
What about us - pink
🎞️🎞️🎞️🎞️🎞️

"Kakak bohong, 'kan?"

"Nggak sama sekali," jawab Fajar dengan jujur.

"Walaupun itu bener, aku nggak akan mau percaya!"

Lalu Jingga berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dengan keras sampai berdebum. Badannya ia lemparkan ke kasur dan menutup wajahnya dengan bantal, sementara hatinya merasa teriris.

Betapa jahatnya ia. Apalagi yang sudah ia perbuat untuk menambah kesengsaraan Bintang?

Bagaimana rasanya saat ibumu sudah tidak ada dan kamu menemukan seseorang yang sama seperti ibumu. Kemudian kamu memutuskan untuk mengejar orang itu. Naasnya, orang itu tidak menghargainya, bahkan ia tidak bertanya alasannya kenapa.

Bodoh!

Ia membanting jam weker yang ada di meja samping kasurnya.

Prangg.

Dia tetap menangis dan tidak menghiraukan jam weker yang sudah ia lemparkan tadi. M
Ia menangis karena ia menyadari saat satu langkah yang salah dalam hidupnya bisa menyakiti seseorang yang begitu dalam.

Setelah menumpahkan semua air mata kepada bantalnya, Jingga memutuskan membukanya dan menghirup udara dingin dari AC di kamarnya. Tak sengaja matanya melihat kertas berwarna jingga yang sengaja ia taruh di rak paling atas meja belajarnya.

Jingga bangkit dan mengambilnya. Lalu ia duduk di kursi putar miliknya sambil membukanya satu persatu, melihat semua tulisan yang pernah datang padanya. Mulai dari surat dengan pengantar tak dikenal, surat yang diselipkan di pintu, surat yang diterima kak Fajar, dll.

Tapi ada sesuatu yang mengganjal dari kertas itu yang ia pendam dari kemarin. Mereka semua memiliki sebuah kesalahan lain, selain sama-sama kertas berwarna jingga. Di ujung bawah selalu ada goresan tinta menggambarkan bintang.

Apa mungkin ini Bintang?

Kembali ia menuruni tangga. Tujuan utamanya adalah bertanya ke kak Fajar apakah dugaanya ini benar atau tidak. Kak Fajar yang sedang menonton tv langsung menoleh seketika saat mendengar suara langkah kaki menuruni tangga.

"Loh, kamu kena—"

Jingga menjulurkan kertas ke depan muka kak Fajar. "Ini dari Bintang?"

Kak fajar mematikan tv dan mengusap rambutnya gugup. "Kamu mau jawaban yang baik atau tidak untuk kamu?"

"Jawab aja yang jujur kenapa sih?!" Jingga mulai naik pitam, kesabarannya sudah diujung ubun-ubun.

"Iya, itu memang dari Bintang," ujar kak Fajar tenang. "Kenapa kamu tanya gi_"

Sebelum kak Fajar menyelesaikan kata-katanya, Jingga sudah terlebih dulu berlari menuju kamar.

Fajar mengetuk-ngetuk pintu kamar adiknya itu. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan, dek?" Tidak ada jawaban. Yang ada hanya suara isakan Jingga.

Kakak harap kamu baik-baik saja.

*****

Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Benar-benar berbeda.

Pagi ini Jingga bangun pagi, melewatkan makan paginya. Bukannya ia hari ini terlambat atau bagaimana, ia malah ingin datang pagi. Hanya seseorang yang bisa membuatnya datang sepagi ini dan siapa lagi kalau bukan Aga Satria.

Jingga meletakkan tasnya di kelas dan ia segera kembali ke pintu masuk utama sekolah. Pagar hijau itu masih setengah terbuka. Jingga miirik jam warna hitam di tangan kirinya, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Masih terlalu pagi untuk siswa datang.

SESAL [COMPLETED]Where stories live. Discover now