Potongan [21]

1.3K 91 0
                                    

I see your true colors
And that's why I love you
True colors - Anna Kendrick, Justin Timberlake

️🎞️🎞️🎞️🎞️


Kepulan asap masih setia keluar dari mangkuk yang ada di depannya. Sedikit demi sedikit, aroma yang sebelumnya tercium mulai pudar.

Walau sudah sepuluh menit berlalu tapi tetap saja, mangkuk itu tetap setia pada komitmennya yaitu mengeluarkan asap.

Walau sudah sepuluh menit berlalu,
mangkuk itu belum tandas isinya. Malah kali ini ia biarkan menganga di depannya tanpa ada niatan melanjutkan sesi makannya.

Saat ini Ia berpikir. Apakah semua benda di dunia ini memang mempunyai isi?

Contohnya saja sebuah botol yang berisi air minum tepat di depannya atau sebuah mangkok yang berisi soto panas yang juga ada di depannya.

Ia juga berpikir, apakah hanya ia yang mengalami sebuah kekosongan? Orang lain di sekitarnya mungkin saja tidak mengalami sebuah kekosongan karena mereka punya teman bicara, sementara ia tidak.

Jangan salahkan keadaan akan ketidakhadiran Lisa hari ini. Ia juga tidak bisa menyalahkan kehendak Tuhan jika Tuhan sendiri menakdirkan Lisa agar hari ini jatuh sakit. Apakah sahabatnya sendiri tidak mengerti kesusahan yang sedang ia alami karena masalah Aga tempo hari?

Sudahlah, jangan membahas masalah dia lagi.

Mari kita kembali ke arti dari sebuah kekosongan.

Jika seseorang ditanya apakah sebuah kekosongan itu? Mungkin mereka semua akan menjawab kekosongan adalah jika sesuatu yang seharusnya ada di tempatnya hilang begitu saja.

Bagi Jingga pengertian kekosongan itu lain. ia tidak perlu mengungkapkan dengan banyak kata. Menurutnya kosongan adalah sakit. Ya, hanya sakit. tidak ada kata lain yang mampu menerjemahkan arti kekosongan bagi Jingga sendiri.

Kemanakah ia harus berkeluh kesah tentang kekosongan yang sedang ia alami? Tidak mungkin ia pergi mendatangi Aga atau Bintang untuk ditemani. Ia bukan anak kecil lagi.

Lalu, pada siapa?

Sekali lagi, siapa?

Baru saja ia berpikir tentang Aga, orang yang ia pikiran sudah datang berjalan menuju meja Jingga. Tangannya sibuk memegang kedua sisi mangkok yang ia tebak berisi soto yang sama seperti dirinya.

"Jingga."

"Hm."

"Boleh duduk di depanmu? Kosong, kan?" tanya Aga. Sebelum Jingga mengatakan iya atau tidak, Aga sudah meletakkan mangkoknya terlebih dahulu di meja.

"Hm."

"Makasih."

"Hm." Lagi-lagi Jingga hanya menjawab sekenanya. Ia sedang tidak ingin berbicara kepada orang di depannya ini. Ia hanya ingin diam, mungkin ia akan berusaha mendengarkan apa yang akan Aga bicarakan.

Diam dan senyap. Ehm, mungkin tidak. Masih ada suara krusak-krusuk sendok dan garpu yang beradu di meja sebelah. masih ada percakapan yang hangat tercipta diantara orang di meja sebelah. Tapi di sini hanya ada kesunyian dan telinga yang sibuk mendengarkan dengingan suara angin.

Mereka terus saja begitu, sampai ada salah satu yang mulai merasa jengah.

"Oke, maaf. semua salahku. Memang salahaku." Aga mengambil nafas cukup panjang sebelum melanjutkan perkataannya, "Aku yang tidak mau bertanggung jawab. Memang perilakuku yang selalu aku tunjukan kepadamu itu berlebihan, sampai-sampai rasa itu tumbuh dalam dirimu. Aku yang terlalu baik kepadamu yang sebenarnya hanyaku anggap sebagai teman saja. Tapi kamu menganggapnya lain. Sekarang keterlambatanku telah berbalik membunuhku. Sekali lagi aku minta maaf. Tolong Jingga, bicara sesuatu."

SESAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang