Potongan [5]

2.6K 139 5
                                    

Some people think that the physical things define what's within
If I Ain't Got you - Alicia Keys
🎞️🎞️🎞️🎞️🎞️

Komunikasi diantara Jingga dan Aga sudah mulai mengalami kemajuan. Mereka sering kali bertukar pesan. Walaupun hanya membahas seputar teater. Hal itu saja sudah cukup untuk membuat dada Jingga menghangat. Semoga usahanya kali ini tidak sia-sia. Semoga.

*****

Sore hari sering kali membuat kesal. Kesal fisik, kesal mental, kesal hati. Jika dia ratu Inggris, ia akan menobatkan bel pulang sekolah sebagai pahlawan nasional dan internasional kalau perlu. Oke, ini berlebihan.

"Sekian pelajaran untuk hari ini. Jangan lupa tugas matematika terakhir dikumpulkan besok di meja saja. Kalau nggak mengumpulkan langsung saya kasih nilai D, itu berarti kamu nggak bisa ikut jalur undangan." Kata-kata terakhir pak Akhmad membuat beberapa anak sedikit berbisik-bisik, bingung mencari contekan pr untuk besok.

"Eh, Lis. Mene aku pinjem pr, yo. Makasihhhh."

"Aku juga pinjem dong."

"Pokoknya aku booking, aku pertama yang pinjem."

Banyak sekali permintaan untuk menyontek pr yang ditujukan ke Lisa. Tapi itu sudah jadi pemandangan biasa karena ia memang jagonya di bidang matematika.

Daripada pusing mendengar celotehan anak-anak, Lisa dengan gontai berjalan menembus kerumunan untuk segera pulang.

"Bentar-bentar!" Jingga berteriak memanggil Lisa yang hendak keluar kelas.

"Apa lagi? Mau nyontek juga? Iye besok gue contekin dah." Lisa memutar matanya malas. "Gue udah dijemput nih."

"Idih, siapa yang mau pinjem juga. Kak Fajar masih bisa matematika kali," jawab Jingga yang masih sibuk merapikan alat tulisnya. "Kan nanti ada ekskul, emang kamu nggak ikut?"

"Hari ini nggak, kata ortu disuruh pulang cepet. Udah ya, duluan, bye-bye." Kali ini Jingga tak berniat untuk menghambat kepulangan Lisa. Ia terlihat sangat buru-buru.

Untuk ketiga kalinya, ia mengecek semua alat tulis di tepaknya. "Tipe-ex ada, pensil ada, bulpen, penggaris, busur, ada, ada, ada. Oke, udah lengkap semua." Saat tepaknya sudah tertata rapi di dalam tasnya, ada satu pesan masuk.

Drrtt

"Ya ampun, aku kira ada pesan dari kak Fajar atau siapa kek. Ternyata abang-abang operator, huft."

Ia melihat ke kanan dan ke kiri untuk mengecek keadaan. Kelasnya sudah hampir kosong. Hanya tinggal dirinya dan ekhm, beberapa anak yang berpacaran. Biasa, kelakuan anak SMA. Daripada ia menjadi 'nyamuk', lebih baik segera pergi ke ruang ekskul karena ekskul akan segera dimulai 15 menit lagi.

"For a God sake! Kenapa tas ini berat banget!" Tas yang sebelumnya menggantung di pundaknya, sekarang sudah diseret oleh tangan kanannya. Mungkin sebentar lagi ia akan membeli tas baru karena tasnya akan bolong jika ditarik dengan cara seperti ini  terus.

Ada suara langkah sepatu seseorang yang mendekatinya. "Sini mbak kopernya saya bantu bawakan."

"Oh iya, ini mas portir."

"Niat mbantuin kok malah dibilang mas-mas portir?" Aga tertawa cekikikan. Tas Jingga yang sebelumnya diseret, sudah beralih ke tangan Aga. Ia merenggangkan tangannya dengan lega. Mungkin sebentar lagi akan copot. Lama-lama ia bisa seperti Ade Rai kalau begini caranya.

"Sorry, bercanda doang kok." Jingga sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. Mereka berjalan bersisian selama perjalanan, masih membahas panggilan portir dari Jingga.

SESAL [COMPLETED]Where stories live. Discover now