Potongan [4]

3.1K 166 0
                                    

No, I don’t want to fall in love
With you
Wicked game - Chris Isaak
🎞️🎞️🎞️🎞️🎞️

Pikiran Jingga kembali melayang ke momen-momen itu. Momen-momennya bersama Aga.

Di depannya masih ada kursi kosong yang ia harap segera ada yang mengisi.

Sedikit demi sedikit, Jingga menyeruput kopi itu. Menikmati kopi itu yang sama persis dengan hidupnya. Manis dan pahit menjadi satu. Mau tak mau harus ditenggak sampai habis. Setiap teguk selalu mempunyai arti jika kau cari dengan hati.

Setelah tegukan ketiga, ia menaruh gelasnya kembali ke atas meja dan melayani pikirannya yang sibuk melalang buana ke masa lalu.

*****

Memori manusia memiliki batasan. Semua kejadian di dalam hidup hanyalah sebuah skenario yang diulang-ulang. Beberapa adegan sedikit ditambahi bumbu dan dikurangi. Ini namanya hidup.

Begitu juga dengan hidup Jingga. Memori yang baru ia lewati seminggu lalu kini datang lagi.

Sekarang ia sedang duduk di tempat sama saat ia menemui Bintang beberapa waktu lalu. Arah pandangan sama, waktu yang sama, hanya orang yang ditunggu berbeda. Memori akan keberadaan Bintang pun kembali diulang. Tapi di sini ada perbedaan. Kali ini Bintang duduk di kursi yang agak jauh dari meja Jingga.

Jingga bahkan tidak mengajaknya, dia yang mengajak dirinya sendiri.

Biarkan saja, itu kan haknya dan juga kewajibannya untuk membuat misi ini berhasil.

Brakk.

Suara piring yang diletakkan secara kasar di meja membuat Jingga sedikit berjingkrak kaget. Saat ia melihat siapa yang melakukan itu, ia langsung membuat wajahnya senormal mungkin.

"Hahaha! Kaget, ya? Mangkanya jangan ngelamun dong!"

"Hehe, maaf maaf."

"Nih, dimakan dulu." Aga menyodorkan sepiring spageti ke hadapan Jingga. Baik sekali dia mau membelikan Jingga makanan. Ia tak seperti Bintang yang kemarin hanya makan seorang diri dan tidak menawarinya satu kali pun.

Ia tersenyum malu. "Makasih ya, Ga." Senyuman Jingga mengembang tinggi.

Mereka berdua menghabiskan makanan dengan perlahan. Menikmati setiap rasa yang disuguhkan. Membuat mereka lupa akan tujuan mereka bertemu.

"Ya ampun, aku sampai lupa ngapain kita di sini," kata Jingga sambil tertawa garing. Aga hanya tersenyum manis, masih sambil menghabiskan spageti miliknya.

"Santai aja kali."

Jingga menaruh sendok dan garpunya menyilang dalam keadaan terbalik. " Kamu tau kan, gimana rasanya perform dadakan kemaren? Kalian tampilnya bagus-bagus. Nah aku?" Ia menundukkan kepalanya malu.

"Nggak apa, itu biasa kok. Lagipula kamu juga anak baru, masih perlu banyak latihan." Secara tidak sengaja, tangan Aga menyentuh tangan Jingga. Jingga yang badannya sudah panas dingin, berusaha berlagak seperti tidak terjadi apa-apa.

Bintang yang berada di sebelah selatan Jingga hanya terfokus dengan es krim yang ia pesan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Jingga. Jingga yang sadar akan hal itu, hanya berdoa dalam hati semoga Bintang dapat memberi saran nantinya, apakah yang dilakukan oleh Jingga betul atau salah.

Aga sudah menarik tangannya kembali dan sekarang sudah mengayun-ayun di udara. Memang ia selalu sangat bersemangat tentang apapun yang berkaitan dengan teater. Jiwanya berkobar-kobar seperti Bung Tomo saat memberi semangat kepada arek-arek Suroboyo untuk melawan penjajah.

SESAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang