Potongan [17]

1.3K 96 0
                                    

I could offer you a warm embrace
To make you feel my love
Make You Feel My Love - Adele

️🎞️🎞️🎞️🎞️

Bel sekolah berdering di sore hari, tandanya untuk pulang dan mengakhiri hari. Tapi itu berbeda dengan kedua insan ini yang baru saja akan memulai percakapannya. Keduanya sama-sama diam, tidak ada yang ingin memulai percakapan. Mereka lebih memilih menghadap ke barat menyaksikan lapangan yang dipenuhi dengan anak yang sibuk bermain basket.

"Kamu tau? Aku rasanya kangen banget sama Aga. Nggak tau kenapa. Padahal cuma beberapa hari aja nggak ketemu udah kayak gini."

Bintang hanya menganggukkan kepalanya kaku sementara pikirannya terbang entah ke mana.

"Semakin lama aku nggak bilang ke Aga, dia akan semakin menjauh. Gitu kan, Bintang?"

Tangan Bintang sudah terkepal. Ia menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya pelan. Hal ini ia lakukan berkali-kali karena ini berfungsi untuk menurunkan temperamennya.

"Tolong, ikut saya." Tanpa menunggu persetujuan dari Jingga, Bintang sudah menarik tangan Jingga pelan untuk mengikutinya. Bahkan Jingga bisa langsung mensejajari langkah Bintang.

"Kita mau kemana?"

"Ikut saja." Ia tahu betul kemana ia akan dibawa. Ini masih daerah sekolahnya dan ia menuju ke taman belakang yang jauh dari kata keramaian.

Akhirnya Bintang melepaskan genggaman tangannya di pergelagan tangan Jingga yang sedari tadi ia tarik. Pikirannya berkecamuk. Hatinya terasa panas seperti ingin melelehkan organ disekitarnya.

Dalam kurun waktu lima menit, tidak ada yang berinisiatif untuk memulai percakapan. Hanya ada keheningan yang tercipta.

Jingga yang tahu betul bahwa Bintang akan mengatakan sesuatu, lebih memilih diam di tempat dan menunggunya berbicara.

"Saya...."

"Iya?"

"Saya...." Bintang tidak meneruskan kata-katanya.

Dan Jingga tetap berdiri di sana menunggu kata-kata yang akan Bintang lontarkan.

****

Laki-laki itu tetap di sana sambil mengaduk-aduk minuman dingin yang dibelinya. Matanya masih terus tertuju ke arah masuk kantin sambil menunggu kedatangan seseorang. Sesekali ia melihat ke pemandangan yang sama, ada seorang anak yang selalu sendirian di kantin. Ah, tapi ini bukan masalah dia. Jadi, lupakan saja.

Sudah cukup lama ia menunggu akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk membeli semangkuk soto. Panas kuah soto sudah menjalar ke telapak tangannya saat ia membawa mangkuk itu ke tempat yang ia duduki tadi.

Betapa ceorbohnya ia. Tak sengaja, saat meletakkan mangkok ke meja dengan tak hati-hati, membuat banyak kuah yang tumpah.

Sial!

Sudah tidak bertemu dia, sekarang ditambah dengan tumpahan kuah soto. Bagus sekali!

Kepalanya sibuk celingak-celinguk untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk mengelap tumpahan kuahnya. Lalu ia melihat ada sebuah kertas berwarna jingga yang terjatuh cukup jauh dari mejanya. Walaupun begitu, ia memutuskan untuk memungutnya. Apapun akan ia lakukan agar tumpahan kuah ini hilang dan ia dapat makan dengan nyaman.

Ia melihatnya sekali lagi kertas itu. Warna jingga? Seperti nama dia.

Bukannya memakai untuk membersihkan tumpahan kuah, ia malah membuka lipatan kertas itu.

SESAL [COMPLETED]Where stories live. Discover now