Potongan [1]

8.2K 332 5
                                    

Someone in the crowd could be the one you need to know,
The one to finally lift you off the ground
Someone in the crowd - Ost La La Land
🎞️🎞️🎞️🎞️🎞️

Hidup manusia memang tidak pernah tenang.

Kata orang, jika ingin hidup tenang, tinggal mati saja. Dimanapun dan kapanpun kita harus berjuang, entah di saat lemah atau jaya. Semuanya penuh perjuangan.

Begitu juga saat ini. Dimana berpuluh-puluh manusia berjuang untuk tetap hidup dengan mencari makanan. Oke, sebut saja tempat itu kantin sekolah. Akan tetapi, ada seseorang yang tidak berjuang atau sebut saja mengantre dan berdesak-desakan. Ia hanya menonton keramaian itu sambil memakan bekalnya.

Di dada kirinya tertulis nama "Jingga Nilandara". Seorang anak kelas 12 yang masih saja dibawakan bekal oleh kedua orangtuanya.

Kata ortu sih lebih sehat dan hemat uang, jawabnya saat ditanya kenapa masih membawa bekal padahal ia sudah SMA. Baginya ini adalah sebuah amanat dari orangtuanya. Jika tidak dilakukan, pasti ibunya akan marah besar. Kalian pasti tidak akan ingin mendengarnya.

Sedari tadi, leher Jingga celingak-celinguk ke segala arah untuk mencari tau keberadaan 'dia'.

"Hei Jiji! Kenapa lo kok celingak-celinguk gitu?" Tangan Lisa tiba-tiba menepuk punggung Jingga dengan cukup keras. Hampir saja membuatnya memuntahkan nasi goreng yang sedang dikunyahnya. Sebelum Lisa berhasil duduk di kursi depannya, Jingga sudah berhasil merebut es jeruk yang ada di tangan Lisa dan meneguknya sampai tinggal separuh.

Jiji. Nama panggilan khusus orang-orang terdekatnya. Seperti keluarganya dan sahabatnya yang satu ini. Ia bahkan bukan yang menciptakan nama itu, mereka yang menemukannya sendiri. Ia tidak menolak selagi nama itu tidak ditambahi huruf 'k' di belakangnya.

"Ya ampun es jeruk gue! Kenapa loh habisin, sih? Ini gue ngantrinya lama banget. Kalo aja lo bukan temen gue, udah gue buang lo ke rawa-rawa!" teriak Lisa sambil mencubit pipi Jingga dengan keras. Lalu beranjak pergi untuk membeli es jeruk, lagi.
Lantas Jingga hanya mengusap-usap pipinya yang sakit dan kembali melanjutkan makannya yang tertunda.

Kata-kata lo-gue memang sudah biasa dilontarkan oleh Lisa, karena dia adalah murid pindahan. Dari mana lagi kalau bukan pindahan dari Jakarta. Kalau di sini, di Surabaya, lebih suka pakai aku-kamu atau aku-awakmu, atau aku-kon, atau yang lain. Biarkan itu menjadi perbedaan yang seru.

Mungkin karena efek cuaca dan lapar, banyak orang yang tidak fokus hari ini. Begitu juga adik kelas yang sedang membawa semangkuk soto dan setengah kuahnya sudah terdampar ke seragam kakak kelasnya. Adu cek-cok pun terjadi sampai akhirnya kakak kelasnya itu meninggalkannya dengan muka masam. Setelah kejadian itu, tak ada kejadian yang bisa ia amati.

Bosan.

Tapi, tak lama kemudian, kebosanannya langsung hilang karena 'dia' datang ke arah meja Jingga.

"Sendirian aja? Gabung, yo, soalnya tempat lain penuh." Tunjuk Aga ke seluruh meja di kantin.

"Enggak kok, ini sama Lisa. Dia lagi beli minum. Gabung aja, nggak apa kok," jawab Jingga sambil menepuk bangku di sebelahnya. Jingga berusaha agar terlihat senormal mungkin meski jantungnya sudah berdebar sangat kencang.

Kali ini Aga tidak datang sendiri, ia bersama kedua temannya. Teman dekatnya, yaitu Angga dan Rio.

Sekali lagi Jingga merasa harus berterima kasih kepada Lisa karena sudah mengajaknya bergabung ke ekskul teater yang juga diikuti oleh Aga. Ia jadi mendapat sedikit tambahan waktu untuk melihat wajah si 'dia'.

SESAL [COMPLETED]Where stories live. Discover now