Potongan [6]

2.1K 135 1
                                    

As hard as you try, no,
I will never be knocked down
Turning tables - Adele
🎞️🎞️🎞️🎞️🎞️

Jingga melipat kedua tangannya dan langsung menenggelamkan kepalanya diantaranya. Rasanya otaknya ingin pecah karena baru saja guru matematikanya menjelaskan tentang sin, cos dan tan yang sangat menguras otak.

Mungkin hanya 10% saja materi yang bisa masuk ke otaknya. Padahal dia baru saja di kelas 12, apa jadinya nanti waktu di dunia perkuliahan? Mungkin ia akan membuat otak implan.

Bukan hanya ia yang otaknya merasa kepanasan. Hampir semua penghuni kelas sudah terlihat sangat kacau. Lisa yang duduk di sebelahnya sudah siap sedia memasang headset. Ada yang sudah terlelap tidur, ada yang asyik teriak-teriak, ada yang masih saja melanjutkan belajar.

Tidak bisakah sehari saja tanpa pelajaran? harap Jingga.

Lalu ia kembali menenggelamkan kepalanya.

Hampir saja ia menyentuh alam mimpi, jika saja suara teriakan Ian—ketua kelasnya—memanggilnya dengan suara toa. " Jingga! Dicariin nih!"

"Hm? Sama siapa?" tanya Jingga mendongakkan kepalanya lalu menundukannya lagi.

"Ini loh, si Aga. Katanya ada yang penting."
Seperti tersambar petir, Jingga langsung terlontar dari tempat duduknya. Ia berkali-kali menepuk pipinya agar ia tidak mengantuk. Semalam dia bermimpi apa sampai-sampai Aga datang ke kelasnya hari ini?

Sebelum badannya melewati pintu, ia mendengar Lisa bergumam, "Bagiannya Aga aja langsung bangun." Tapi Jingga tidak menghiraukannya karena kebahagiaan sedang yang menyelimutinya.

"Nih, naskahnya. Pelajari, ya. Hari Sabtu siang kita ngumpul di aula," ujar Aga. Setelah memberikan kertas itu, ia berjalan meninggalkan Jingga.

"Aga, tunggu sebentar!"

Aga membalik badannya. "Hah? Kenapa?"

"Kamu yakin aku perannya jadi Putri? " Jingga bertanya dengan nada tidak percaya. Ia menunjuk ke arah naskah dengan tangan yang gemetaran.

Ia tidak percaya dia mendapatkan peran ini. Karena dia akan bermain dengan adegan yang banyak dan si Putri ini termasuk dalam tokoh utama dalam cerita "Si Putri dan Pangeran Kodok."

"Tapi ini peran utama! Aku aja baru masuk ke ekskul ini. Kamu yakin milih aku? Nanti kalau pentasnya hancur, aku nggak tanggung jawab loh, ya."

"Nggak mungkin lah, kita kan nanti latihan," sangkal Aga sambil tersenyum. "Bahkan aku yang nyaranin kamu jadi pemainnya."

"Ha?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Jingga, Aga berkata, "Udah? Nggak ada yang mau ditanyain lagi?" Jingga diam mematung tidak menjawab. "Kalo gitu bye-bye! Duluan, ya. Masih harus nyebar naskah nih." Sebelum beranjak pergi, Aga menepuk pipi Jingga pelan.

Jika Aga tidak segera pergi, ia bisa mengetahui akan perubahan wajah Jingga yang drastis. Pelan-pelan Jingga mengusap pipinya, di mana tempat bekas tepukan tangan Aga. Hari ini hari keberuntungannya. Dua keajaiban dalam satu hari.

Apa ini ilusi? Ia menepuk pipinya keras-keras, takut ini semua hanya mimpi belaka.

Ia masih akan terus menepuk pipinya jika saja Lisa tidak bertanya, "Lo gila ya, Jingga?"

*****

Selama 15 menit terakhir, Jingga masih sibuk merapikan poninya dan mengusap peluh di dahinya. Semua ini salah kak Fajar! Kenapa ia mengantarnya memakai sepeda motor? Padahal jelas-jelas ia tadi melihat ada mobil di garasi.

SESAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang