25. Erik

1.8K 72 2
                                    

"Oke deh. Oh ya, disana maksud gue Prasetya siapa teman pertama lo?" Tanya Albert tiba-tiba, kembali menembak adiknya dengan informasi yang sudah ia ketahui sebenarnya dan tentu saja Albert bisa melihat bagaimana adiknya yang mematung dengan bola mata yang berlari ke sembarang arah.

Sedangkan di posisinya, Alex tertegun mendengarnya. Merutuki bagaimana dirinya tak bisa lari bahkan dari pembahasan mengenai orang itu. Kakaknya yang bahkan berada di Jepang saja bisa mengingatkan Alex kembali dengannya.

Setelah berusaha menguasai dirinya sendiri, Alex berdehem sejenak, kemudian menjawab.
"Emang apa urusannya ama lo?"

Albert terkekeh mendengar jawaban adiknya itu.
"Nanya doang, Lex."

"Pertanyaan nggak bermutu tahu nggak?!" Ujar Alex sarkastik.

"Jawab aja apa susahnya." Albert masih berusaha memancing Alex

Alex menyipitkan matanya, sebenarnya ada yang aneh dengan kakaknya ini.
"Maksa amat lo."

"Siapa aja lo salah pergaulan." Albert menjawab santai, kemudian ia melempar senyum yang menurut Alex aneh.

"Otak lo!"

"Otak gue baik-baik aja. Buktinya gue bisa mikir dan gue bisa tahu kalau jawaban lo muter-muter, nggak nyampe-nyampe. Lo sengaja ngehindar dari pertanyaan gue kan?"

Skatmat.

Sangat tepat sasaran wahai Albert William.

Alex mematung di tempatnya. Sedangkan Albert tersenyum menyeringai melihat reaksi yang ditampilkan adiknya itu.

Oke, sekarang kalian bisa bilang kalau Albert jahat. Itu terserah kalian, tapi perlu kalian ketahui bahwa Albert seperti ini karena ia perhatian dengan adiknya itu, juga ini salah satu cara untuk membuktikan bahwa informasi yang selama ini ia peroleh benar.

Dan ya...
Seperti yang ia lihat, that is true.

"Jadi? Gue benar, Lex?" Pancing Albert lagi.

"Ngaco lo!" Alex menjawab pelan. Yaa.. Walau sebenarnya itu bukan jawaban yang sebenarnya.

"See! Lo ngehindar lagi. Come on, Lex. Gue masih abang lo jika lo lupa!"

Albert kesal sendiri dengan adiknya. Oh.. Sepertinya Albert lupa bahwa Alex juga kesal dengan pertanyaan bodoh darinya.

"Hubungannya apa sih?" Tanya Alex setelah melempar helaan nafas kasar.

"Lo kok jadi main rahasia-rahasiaan dengan gue?" Bukannya menjawab, Albert balik tanya.

"Yang main siapa coba? Aneh lo! Sono! Balik lagi ke Jepang aja lo. Biar gue panggilin Kurama milik Naruto buat jemput lo! Atau lo mau coba naik Akamaru?"

Alex lantas bangkit meninggalkan kakaknya yang kesal dengannya.

"Adek! Alex! Lo! Shit! Tuh bocah astaga..." Teriak Albert namun tidak ada balasan dari sang adik.
"Apa tadi yang ia katakan? Kurama? Akamaru? Naruto? Yang benar saja!" Gumam Albert seorang diri. Namun, tiba-tiba seringai muncul di sudut bibirnya.
"Sepertinya gue harus cari tahu sendiri permasalahan adik gue. Si Alex belum dewasa ternyata."

Albert merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan membuka kontak, mencari nama seseorang, kemudian menghubunginya.

"Hallo." Sapanya ketika sudah mendengar sapaan dari sang lawan.
"Gue mau ngobrol ama lo, gimana?" Tanya Albert yang kemudian tergelak sedikit setelah mendengar jawaban dari orang itu.
"Iya. Oke oke. Cih dasar ya lo. Oke. Iya, terserah lo aja." Albert sedikit tertawa.
"Iya. Sampai nanti."

●●●

Erik berhenti di depan toko buku. Oh! Jangan kalian pikir Erik adalah sosok yang sangat mencintai buku. Tidak kawan! Terima kasih atas pemikiran kalian jika kalian berpikir seperti itu.

Tapi ketahuilah, Erik sangat tidak suka dengan buku! Bahkan baginya, buku yang bertaburan di meja belajarnya saja sudah mampu membuat otaknya pecah.

Namun, beginilah nasib seorang pelajar, tugas Sastranya tidak tuntas maka mau tidak mau ia harus menuntaskannya agar uang jajannya tidak dipotong oleh sang Bunda. Sehingga dengan berat hati ia harus memasuki toko yang menjual buku-buku seperti ini.

"Erik!!!"

Panggilan itu lantas membuat Erik menoleh. Mendapati seseorang yang sudah berbuat janji dengannya untuk bertemu akhirnya muncul.

Albert William.

Benar, si sulung William dan juga kakak dari teman sekelasnya, Alexandre William, disana, sosok itu berdiri beberapa meter darinya dengan senyum yang tampak jelas di wajah tampan itu. Albert melambai tangan dan kemudian berjalan menghampiri Erik.

"Hey kak. Kapan baliknya?" Tanya Erik ketika Albert sudah berdiri di depannya.

"Kemarin." Jawab Albert yang kemudian balas bertanya.
"Lo apa kabar?"

"Seperti yang lo lihat gue sehat. Hanya saja pikiran gue yang sekarat." Ujar Erik dengan eksperti yang dibuat-buat.

Albert terkekeh mendengarnya.
"Sekarat kenapa? Karena jodoh yang belum datang-datang juga atau karena dompet kosong sedangkan cewek lo minta dibeliin baju baru?"

Erik lantas menatap Albert dengan tatapan kesal.
"Kalau bukan karena Bunda selalu ngajarin gue buat hormat kepada yang lebih tua, gue pasti sudah menyusun rencana buat kubur lo hidup-hidup."

Erik lantas berjalan menuju pintu masuk toko dan meninggalkan Albert yang tertawa lepas mendengar ucapan Erik barusan. Kemudian Albert menyusul Erik yang sudah berjalan jauh darinya.

"Rik, tungguin gue."

■■■

Ternyata Kak Albert kenal sama Erik..
Gimana?
Ada yang udah bisa tebak?
Ada yang kangen sama Naya?
Wkwkw..
Vote dan Coment ditunggu.

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

Maaf✓Where stories live. Discover now