02. Dia

5.6K 202 6
                                    

-2 Februari 2017-

"Alex!!!"

Panggil Rachel membuat orang yang di panggilnya menoleh ke belakang. Alex menghentikan langkahnya sambil menatap bingung ke arah sahabatnya itu yang datang dengan senyum lebar, langkah Rachel semakin dipercepat dengan tangan kanan Rachel mengamit lengan seorang perempuan. Perempuan itu tampak sedikit kepayahan mengimbangi langkah Rachel, namun tetap mengikuti.

"Lex, kenalin ini sepupu gue, Bella Smith. Bel, ini Alex. Sahabat gue." Ujar Rachel dengan senyum cerah.

Bella, sepupu Rachel, tersenyum menatap Alex. Pria itu menatap gadis di samping Rachel denga teliti, rambutnya panjang terurai indah, hidungnya mancung dengan mata yang sedikit sipit, tangan kanannya terangkat menyapirkan rambut ke belakang telinga.

'Cantik' pikir Alex setelah mengamati gerakan sederhana dengan senyum yang terlukis di wajah perempuan itu.

"Lex??" Panggil Rachel menyadarkan pria itu dari lamunannya.

"Ah ya, Alex." Alex seraya mengulurkan sebelah tangannya, berkenalan

"Bella" Jawab Bella, seraya menyambut uluran tangan Alex masih dengan senyum di wajah perempuan itu.

Rachel tidak tahu jika kehadiran Bella membawa dampak besar pada kehidupannya, oh dan mungkin kehidupan sahabatnya juga.

●●●

Banyak hal yang tidak bisa kita prediksi. Hari ini, kita merencanakan sesuatu. Keesokan harinya, rencana yang sudah tersusun rapi  belum tentu berjalan sesuai rencana awal kita. Itu hal sederhana yang sering terjadi di setiap manusia. Kalimat klise yang sering kita dengar namun benar, demikian, seperti inilah kehidupan. Manusia hanya bisa merencanakan, Tuhan yang menentukan.

Rachel tahu, Alex hanyalah sahabatnya dan Bella adalah sepupunya.

Come on, guys...
Rachel nggak mengharapkan sesuatu yang lebih, tapi tak sadarkah mereka bahwa makin hari, Rachel seolah terlupakan?

Oke, Rachel pikir pemikirannya hanyalah salah satu tingkah kekanakan yang sangat menyebalkan. Tapi, tidak, maksudnya, iya, jika dilihat dari bagaimana mereka bersama dan mulai mengabaikan kehadiran Rachel diantara keduanya. Bahkan kadang Rachel mulai berpikir bahwa dia adalah penjaga nyamuk  diantara sepasang kekasih. Terdengar gila, kan?

Terserah jika lo pikir Rachel egois, silahkan! Tapi, jujur aja, Rachel cuman minta agar waktunya bersama Sahabatnya yang hilang ini kembali lagi kayak dulu.

Jujur, Rachel rindu dengan kegilaan sahabatnya itu.

Jika pada awalnya istilah "Dimana ada Rachel, disitu ada Alex" sekarang istilah itu sudah tidak berlaku lagi. Semua berubah semenjak munculnya Bella diantara mereka. Salahkah jika Rachel menyalahkan kehadiran sepupunya itu diantara mereka?

Okay, sekarang Rachel terdengar Jahat. Tapi, ayolah.. Rachel juga butuh sahabatnya itu. Walau kadang menjengkelkan, tapi itulah yang membuat Rachel betah dengan Alex. Rachel sudah terbiasa dengan kegilaan dan keanehannya itu. Semua tingkah aneh dan gila Alex adalah sedikitnya alasan yang membuat Rachel merasa nyaman. Namun sekarang sahabatnya itu sudah tidak bisa leluasa bersamanya.

Seperti saat ini...

"Chel..." Panggil Alex

"Hn, ya?" Jawab Rachel seraya mengalihkan fokusnya dari buku yang dibacanya, dan menatap sahabatnya itu.

"Maaf yaa? Sumpah gue bener-bener minta maaf." Ujar Alex dengan wajah penuh penyesalan

"Maaf???" Kening Rachel mengernyit tak paham.
"Kenapa lo minta maaf? Serius, gue nggak ngerti."

Tentu saja Rachel nggak ngerti, Alex datang terus tiba-tiba minta maaf, dan yang Rechel ingat, Alex nggak berbuat salah. Lah terus kenapa Alex minta maaf?

"Maaf banget. Janji gue untuk nemenin lo ke toko buku siang ini harus gue batalin. Beneran, gue nggak maksud buat batalin, tapi Bella ngajak gue nemenin dia buat cari kado untuk party temen sekelasnya besok. Lo nggak papa'kan?"

Okay, sekarang Rachel ngerti kenapa Alex minta maaf, itu karena Alex batalin janjinya. Atau Rachel tegaskan, janji mereka. Dan semua itu lagi-lagi dengan alasan yang sama seperti alasan-alasan Alex sebelumnya.

Bella.

Sepupunya yang -entah-sejak-kapan- mengambil Alex darinya

Ah, mengambil ya?

Rachel tersenyum kecut.
"It's okey. Bukan masalah besar. Gue bisa pergi sendiri."

Mau bagaimana lagi? Nggak mungkin kan Rachel berteriak marah hingga memaki-maki pria itu karena selalu Bella-Bella dalam otaknya sekarang atau yang lebih gila lagi Rachel menampar Alex dan melampiaskan kekesalannya. Sangat tidak mungkin.

"Beneran?" Tanya Alex memastikan.

Hanya gumaman tak berarti yang bisa Rachel berikan, walau dalam hati ia sangat ingin berteriak untuk bilang nggak, gue nggak mau pada sahabatnya itu.

"Oke, gue cabut ya? Bye!" Ujar Alex seraya berlari keluar kelas tanpa menoleh lagi pada Rachel.

Rachel menatap Alex dengan pandangan datar, helaan nafas terdengar menandakan jika gadis itu tidak baik-baik saja. Tapi, mau bagaimana lagi? Toh, sudah seperti ini.

"Dasar. Bego banget, anjir!"

Umpat Rachel, entah pada dirinya sendiri atau pada keadaannya saat ini. Dengan pikiran yang tak baik-baik saja, gadis itu meletakkan kepalanya di atas meja, matanya terpejam sambil terus mengumpat dan merutuki pikirannya yang mulai aneh.

Perlahan, satu tetes air mata turun.

Kembali lagi Rachel bertanya apa yang ia tangisi, pemikiran bodohnya yang mulai melebar, tingkah Alex yang sudah mulai berubah dan perlahan menjaga jarak dengannya, atau kehadiran Bella yang membuat persahabatnya dengan Alex merenggang.

"Sial!"

Umpatnya untuk yang kesekian kali sambil terus merutuki pemikirannya sendiri.

■■■

Naya nggak mau ngomong banyak, seperti biasa vote dan comment yaaaaa... Naya tunggu!!!

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

Maaf✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora