08. Hal itu Muncul

2.5K 110 1
                                    

Bahkan tanpa diinginkan rasa itu muncul. Seiring berjalannya waktu, rasa itu berkembang dengan sendirinya. Tak ada permisi, tak ada izin, tumbuh begitu saja tanpa perlu Rachel rawat, tanpa perlu Rachel pelihara.

Sialnya Rachel menyadari itu karena saat ini ia tengah mengalaminya sendiri.

Setelah pembicaraannya dengan Alex kemarin, entah disadari atau tidak Rachel mulai merasakan hal yang berbeda.

Entah. Rachel tak mengerti dengan apa yang ia rasakan. Mungkinkah ini cinta?

Kata orang cinta datang karena terbiasa.

Ahkk... Memikirkannya saja Rachel sudah pusing.

Please!!! Ini membingungkan.

●●●

Sepanjang koridor sekolah senyum Alex tak pernah luntur. Entah apa yang membuatnya bahagia, dia saja tak tahu.
Yang pasti, suasana hatinya sedang baik sekarang.

"Alex"

Panggilan itu membuat langkah Alex terhenti. Ia berbalik, melihat siapa yang memanggilnya.

Itu Bella.

Entahlah, sebersik rasa kecewa ia rasakan.

Apakah kau mengharapkan orang lain yang memanggilmu, Lex?

"Alex.." Panggil Bella lagi.

Kini ia berdiri dihadapan Alex, tak lupa senyum manis tertera diwajahnya.

"Ah ya?" Balas Alex senormal mungkin.

Bella tersenyum semakin lebar
"Lo mau ke kelaskan?"

Alex mengangguk mengiyakan.
"Iya."

"Bareng gue ya?" Ajak Bella masih dengan ceria, mengabaikan wajah Alex yang terlihat ingin menolak.

Tanpa mendengar persetujuan Alex, Bella merangkul lengan Alex, sekilas mereka terlihat seperti sepasang Kekasih, tapi percayalah kawan, Alex merasa hal yang ganjal dihatinya. Ingin sekali ia melepaskan tangan Bella yang menggandengnya, tapi sekarang yang ia lakukan hanyalah berjalan terus seolah tidak ada yang ia permasalahkan.

Please, gue ngerasa kayak orang bodoh sekarang!!!

●●●

"Morning Rachel"

Mendengar sapaan itu, Rachel mendongkakkan wajahnya, ingin melihat orang yang memanggilnya.

Deg!!!

Rachel tertegun sejenak, mematung di tempatnya yang sekarang mulai merasa aneh. Bukan orang yang memanggilnya yang membuatnya kaget, tapi rangkulan itu!

Itu Bella yang sedang merangkul lengan Alex.

Dan tampaknya Alex tak bermasalah dengan itu.

Jantung Rachel berdetak tak normal, nafasnya memburu, hatinya panas.

Sejenak ia terbawa oleh emosi. Tapi, ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, walau pada dasarnya ia tidak. Setelah berdehem dan tetap memasang ekspresi datar tak berarti, ia membalas sapaan itu senormal mungkin.

"Morning."

"Lo lagi ngapain?" Tanya Bella basa basi

"Nggak ngapa-ngapain." Jawab Rachel seadanya.

"Oh.."

"Bell, lo ngapain ke sini?" Tanya Rachel berusaha biasa saja walau tetap terdengar sarkas. Oh, ia sungguh membenci dirinya yang seperti ini.

"Ah, tadi gue bertemu dengan Alex di koridor, jadi sekalian aja gue ngantar dia ke kelas. Gitukan Lex?" Jawab Bella dengan senyum yang terukir di wajahnya.

Please! Rachel membenci keadaan seperti ini.

"Hn" Jawab Alex singkat.

Lantas dia menyingkirkan genggaman Bella di lengannya, berjalan menuju tempatnya.

"Rachel..." Panggilan itu membuat semua pasang mata melihat ke arah pintu kelas.

Disana berdiri Rafael. Tersenyum manis dan melambai tangan sejenak. Lantas berjalan menuju tempat Rachel duduk.

"Chel, lo sibuk?" Tanya Rafael, kini ia berdiri dihadapan Rachel.

"Nggak, kenapa?"

"Lo mau ng---" Ucapan Rafael terhenti oleh suara Bella.

"Kalian pacaran?" Tembak Bella langsung tak melihat kondisi.

Keadaan hening sejenak. Seketika atmosfer di ruangan itu menjadi aneh.

"Lo apaan sih?!" Respon Rafael sambil mendelik ke arah Bella.
"Jadi Chel, lo mau nggak ikut gue sebentar? Ada yang pengen gue tunjukin ke elo." Ujar Rafael, ia nggak mau pertanyaan Bella membuat suasana makin canggung.

"Oh. Baiklah. Ayo"

Rafael dan Rachel berjalan keluar kelas. Tinggallah Bella dan Alex di kelas itu. Dari tadi Alex hanya diam, entah apa yang ada dipikirannya.

"Lex..." Panggil Bella

"Lo apa-apaan sih? Lo gila ya? Untuk apa lo nanya kayak gituan ke mereka? Apa hubungannya dengan lo? Lo pengen ngerusak suasana?" Tanya Alex bertubi-tubi. Saat ini ia emosi, sangat tak suka dengan apa yang keadaan aneh tadi.

Dan sialnya ia tahu sekarang bagaimana efeknya jika tadi Rachel ataupun Alex mengiyakan pertanyaan Bella tadi.

"L-Lex, lo.. Lo kok kayak gini?" Jujur saja, Bella kaget dengan reaksi Alex barusan.

Alex terdiam sejenak. Tuhan, bahkan Alex tak mengerti kenapa ia bereaksi seperti itu.

Hiks

Alex lantas mendongkakkan kepalanya ketika mendengar isakan itu.

Itu Bella.
Menangis.

Iya. Itu suara isak tangis Bella.

Alex terdiam. Bingung untuk bereaksi seperti apa.

"Lex hiks gu.. gue hiks hiks gue minta hiks maaf.. Lex hiks hiks maafin hiks."

Alex bangkit dari duduknya, menghampiri Bella. Lantas menarik Bella ke dalam dekapannya. Mencoba menenangkan.

Iya. Benar.

Alex memeluknya.

Alex memeluk Bella.

"Brengsek"

Bukan. Bukan Alex ataupun Bella yang berkata seperti itu. Bukan mereka yang mengumpat.

Tapi Rachel.

Iya, beberapa meter dari sana, tepat di ambang pintu ruang kelas, Rachel melihat bagaimana Alex bangkit dan menarik Bella kedalam pelukannya.

Rachel melihat itu.

Sontak saja Rachel membalikkan badannya. Enggan melihat adegan mesra tersebut. Berjalan tak tentu arah di sepanjang koridor kelas.

Tes

Tanpa sadar cairan bening dari mata Rachel keluar. Menjadi saksi akan satu hati yang sudah patah. Rachel mendengus sambil mengusap kasar air mata yang keluar.

Luar bisa sekali pemuda itu, hanya dalam waktu sehari, kurang dari 24 jam, dia berhasil membuat hati Rachel baper dan jatuh cinta, hingga kemudian membuat hatinya yang melambung jatuh dan patah.

■■■

Hai hai...
Gimana guys kelanjutannya ya???
Vomennya di tunggu guys...

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

Maaf✓Where stories live. Discover now