09. Mengapa?

2.4K 98 5
                                    

Terkadang mimpi tak seindah khayalan.
Lagi, air mata ini jatuh lagi. Sial, padahal Rachel sudah berusaha keras agar tidak menangis, kembali merutuki diri sendiri yang terbawa perasaan hingga sakit hati pada hal yang tidak seharusnya.

'Bodoh'

Rachel pikir, dia sudah bisa menerima apapun yang nantinya akan terjadi. Rachel pikir, rasa itu tak akan muncul. Hingga kini, Rachel menyesali dirinya sendiri yang sudah terlanjur jatuh.

Rachel sadar, Alex itu Sahabatnya.

Sahabat.

Iya, tidak lebih...

Seharusnya semua akan tetap seperti ini. Tidak ada yang berubah. Seharusnya semua akan baik-baik saja jika seandainya Rachel tidak terlanjur jatuh hati dan berandai-andai kepada sahabatnya.

Tapi, Tuhan punya rencana yang hebat.
Seiring berjalannya waktu, rasa yang sangat Rachel hindari, sekarang malah tak bisa ia hapus lagi. Sudah terlanjur mekar bahkan sebelum si pemilih hati sadar bahwa ia sudah melambungkan hatinya terlalu tinggi hinga sekalinya jatuh, patah berkeping-keping.

Semua sudah terjadi.

Tanpa bisa tepis lagi, tanpa bisa ia lari lagi. Rachel kini menyadarinya.

Ia mencintai sahabatnya sendiri.
Iya..
Rachel mencintai sahabatnya.
Alex.

Dan haruskah Rachel sadar bahwa jatuh cinta pada sahabat sendiri adalah jatuh cinta tersulit?

Terlambat, Rachel. Lo udah jatuh cinta padanya.

●●●

Atap sekolah adalah tempat yang paling pas untuk menyendiri. Tenang serta sepi adalah point utama yang dapat menggambarkan tempat ini. Angin berhembus membuat udara kian sejuk, cocok untuk menenangkan pikiran yang kalut, cocok untuk melepaskan penat dari kenyataan yang ada, dan cocok untuk memejamkan mata, beristirahat dari kerasnya dunia.

Rachel menyukainya.
Rachel menyukai atap.

Untuk itu iya disini. Karena ia tahu, ada saatnya untuk sendiri-sendiri dulu.

Sakit memang. Tapi mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi. Dia harus menerimanya. Dia harus menerima semua itu. Termasuk sakit saat jatuh. Dia harus tegar. Dia harus kuat. Semua sudah ada yang mengatur. Semua pasti akan indah pada waktunya.

Dan Rachel tahu itu.

Apakah mencintai sahabat sendiri harus sesakit ini?

'Bodoh!'

Rachel sadar. Dia memang bodoh.
Dia tahu itu sahabatnya, lantas untuk apa dia harus menciptakan perasaan bodoh seperti ini.

Mengapa harus dia?

Iya! Mengapa harus Rachel yang merasakan perasaan bodoh ini? Mengapa harus Rachel?

"Mengapa harus gue?"

Tes

Cairan bening itu jatuh lagi..

"Bodoh!"

Sekali lagi Rachel memaki dirinya sendiri.

"Siapa yang bodoh?"

Sontak saja Rachel mengalihkan atensinya pada sumber suara. Tak lupa ia menghapus air mata diwajahnya. Berusaha agar semua baik-baik saja, walau terlambat orang itu sudah melihatnya sedari tadi.

Itu Rafael.

"Siapa yang bodoh, hm?"

Tanya Rafael lagi. Kini ia duduk di depan Rachel. Kemudian ia melengos ketika menyadari betapa merah dan bengkak mata gadis itu.

"Ada perlu apa lo kesini?"

Rachel mengalihkan pembicaraan, sungguh ia sangat menghindari percakapan ini, yang sialnya Rafael tidak cukup bodoh untuk tidak menyadari hal itu.

"Lo ngalihin pembicaraan?" Tembak pria itu begitu saja membuat Rachel mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

"Dan lo tahu, gue nggak mau ngebahas ini."

Rafael mendesah, sibuk merutuki tingkah perempuan itu.
"Chel"

"Please...." Pinta Rachel seraya menunduk, menyembunyikan matanya yang kini memerah.

"Chel lihat gue!" Kata Rafael sambil mendongkakkan wajah Rachel yang otomatis kini melihatnya.
"Lo tahu, sakit itu wajar, sakit itu hal biasa, semua pasti akan ngehadapinnya. Gue ngerti apa yang lo rasain. Patah hati? Sakit hati? Ngerasa putus asa dan mau egois? Itu hal yang biasa dirasakan oleh orang yang jatuh hati." Rafael mengusap rambut Rachel.
"Hanya saja, ingat! Gue ada. Gue ada buat lo! Jika lo butuh sandaran, ada gue. Panggil gue! Lo punya gue!"

Hiks
Isak itu keluar lagi tanpa bisa Rachel cegah.

"Nangis jika lo pengen nangis. Jangan takut. Nggak papa, lo bisa nangis sepuas yang lo mau. Ada gue yang bisa jadi sandaran lo jika lo butuh." Ujar Rafael sambil terus mengusap rambut wanita itu.

Lepas sudah isak yang sedari tadi ditahan. Tangis itu keluar. Tangis Rachel. Ungkapan rasa sakit yang Rachel tahan. Dengan tubuh yang terguncang dan air mata menetes, pertahannya lepas sudah. Iya! Rachel menyerah untuk menahannya.
Dia butuh pelampiasan akan rasa sakitnya.

Rafael terdiam selama beberapa saat, hingga ia mendesah pelan, tak bisa menahan diri untuk tidak membawa gadis itu ke dalam pelukannya, menyembunyikan wajah Rachel yang penuh air mata. Ia menarik lengan Rachel pelan, membawanya ke dalam dekapannya.

●●●

Tap Tap Tap

Terdengar langkah kaki di koridor sekolah. Menampilkan seorang pria yang terus berlari, mencari seseorang yang sedari tadi sudah memenuhi otaknya.

"Lo lihat Rachel?"

Itu Alex. Dan entah pertanyaan keberapa kali ini yang ia lontarkan tiap berpapasan dengan siswa di koridor. Bertanya dimana sosok gadis itu.

"Rachel Anderson?"

Pertanyaan itu membuat Alex langsung mengangguk cepat.
"Iya. Lo lihat?"

"Iya. Gue lihat. Dia menuju ke atap sekolah."

Jawaba itu bagai angin segar untuknya
"Thanks" Setelah mengucapkannya, tanpa menunggu lebih lama lagi ia berlari menuju lokasi yang dikatakan orang itu.

"Ee... Lex... Disana ada Rafael."

Sayang... Ucapan itu tak terdengar oleh Alex. Pria itu terus berlari dengan harapan cepat sampai disana.

●●●

Langkah Alex dipercepat kala pintu atap terlihat. Dibukanya pintu atap tersebut. Sesaat setelah ia melangkah, langkahnya terhenti.

Bukan karena ruangan itu kosong.

Bukan! Bukan itu.

Disana ada Rachel. Iya!

Tapi, ada sosok lain disana. Sosok yang kini tengah memeluk Rachel sambil mengelus rambut gadis itu. Sungguh manis tingkah mereka. Mengapa pula Rachel membiarkannya dipeluk oleh sosok itu? Apakah Rachel sangat nyaman hingga tidak mau menghindar?

Cih, sosok itu. Sosok yang entah sejak kapan membuat amarah Alex muncul. Sosok yang sangat ingin Alex singkirkan sejauh-jauhnya dari kehidupannya dan Rachel.

Disana ada Rafael.

Iya. Rafael.

Dan, Alex tak menyukai itu.

"Bajingan!"

■■■

Gimana ceritanya guys???
Wooo.... Apa yang bakal Alex lakukan, ya??
Ditunggu yoo?
Jangan lupa, vomennya guys...

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

Maaf✓Where stories live. Discover now