"Mabeles mabeles, si jones berkumandang cinta. Mau dong hati eneng jadi rumahnya cinta " Tara tertawa, meledek Fika yang jarang berkata dan menasihati orang seperti barusan.

"Bodo amat"

"Dia kapan mau pulang?" Tanya Fika.

"Dia gak bilang"

"Bang Toyib kali ah gak pulang-pulang"

"Bisa diem gak sih burung beo!" Kata Fika kesal sendiri menghadapi sahabatnya ini. Aku hanya tersenyum, senang mendapat teman seperti mereka. Walau kadang cuek namun perhatian.

"Kali ini gue serius mau kasih pendapat dengerin." Kata Tara dengan nada sok serius, sambil mengubah posisi duduknya menjadi berdiri.
"Ran, kalau si Alzee beneran gak balik ke Indonesia itu tandanya emang lo cuma dijadikan mainan sama tu cowok, dan lebih baik lo pilih cowok lain, disini banyak yang ganteng kok"

Plakk
Fika yang sedari gatal lalu menonyor kepala Tara. "Itu bukan nasihat Tar! Itu namanya menghasut!" Fika menghela nafas panjang, "susah sih kalau bicara dengan orang yang belum pernah merasakan cinta!"

"Gue gak lasby!"

"Aku gakada bilang kamu lesby"

"Gue pernah suka sama cowok"

"Sekedar suka? Bukan cinta!"

"Yang penting itu udah nandain kalau gue masih normal, cinta itu cuma bisa nyakitin"

"Bukan cintanya, tapi orangnya!"

"Sama aja intinya nyakitin!"

"Beda!"

"Sama!"

"Be-"

"Stop. Kalian bikin aku tambah pusing deh!"

Tara menguap, "Iya, cinta emang bikin pusing Ran. Mending makan, ngomongin cinta gak bikin kenyang, yang ada laper!"

Tepat akhirnya suara bel berbunyi dipenjuru sekolah, tanda istirahat tiba. Setelah bertengkar mulut seperti biasannya, dua orang ini sudah kembali normal sekarang dan mengajakku untuk kekantin. Sudah kubayangkan ramainya kantin seperti apa?

"Tunggu sini, biar dedek Tara yang pesen" Hanya sekedar info, bahwa setiap kekantin yang pesenin aku dan Fika makanan adalah Tara, kenapa? Karena kata perempuan berjiwa laki itu 'gak ada kata mengalah untuk mengantri makanan'.

Ia datang dengan tiga mangkuk bakso dinampan "Cepet kan, Tara gitu loh" kebiasaan memuji dirinya sendiri.

"Sekarang. Berapa anak yang badanya udah ternodai sama kamu demi sesuap bakso ini?" Tanya Fika yang sudah kenal watak sahabatnya itu.

"Baru 5, itu juga belum pada ngerasain perihnya bersenggolan dengan sikut gue hehe. Eh tapi tadi pas gue mau nyerobot masuk ada cowok bilang gini 'duluan aja pesen', dia merelakan antriannya diambil sama gue, omegat meleleh dedek Tara. Mana orangnya ganteng, putih, rambut ala Zayn Malik dan hidungnya... ahhh perosotan TK kalah kali ya"

Aku ikut bergabung ke topik pembicaraan "Siapa namanya?"

"Gak tahu, gue gak tanya." Ia menepuk jidatnya sendiri "dia gak pakai nametag, tapi wajahnya akan selalu gue ingat dalam hati"

"Boleh minjem Rana sebentar?" Kata seseorang yang tiba-tiba datang ke meja kami. Refleks kami mendongak kearah, Reiza.

"Boleh. Sangat boleh " Tara yang kelihatanya salah tingkah dengan Reiza. Ohiya aku belum bercerita mengenai Reiza pada mereka.

"Ini cowok yang gue omongin barusan. Lo punya utang jawaban " bisik Tara pelan kearah telinga ku saat aku hendak berdiri.

Disini. Disamping koridor kelas 12 Reiza membawa ku untuk menjauhi kebisingan kantin.
"Mau ngomong apa?"

Memory GlassWhere stories live. Discover now