Part 8: Tim Xiahou Dun Versus Kawanan Chupacabra

Start from the beginning
                                    

Dari samping kiri muncul anjing-reptil yang mencoba menerjang Adel. Karena pola serangan chupacabra yang sering menyerang muka, Adel menyiapkan tinjunya di atas. Tapi chupacabra kali ini justru berlari rendah dan menyerang kaki kiri Adel. Perkiraannya tidak sesuai sehingga rasa terkejut membuat kaki kanannya menendang chupacabra hingga terhempas.

"Anjing kotor!" kata Adel yang kedua telapak tangannya menyentuh tanah.

Sebal dengan kelincahan chupacabra, Adel menggunakan teknik sandcuffs atau borgol pasir. Pasir-pasir membungkus kaki chupacabra dan membuatnya tidak bisa bergerak. Melapisi dari ujung cakar hingga lututnya. Chupacabra meronta, menggonggong dan mendesis pada Adel. Adel berlari mendekat, mencengkeram kepala chupacabra dan mematahkan lehernya. Baru membunuh satu lawan, muncul dua ekor chupacabra dari semak-semak.

"Berapa jumlahnya?" tanya Andre.

"Entah!" kata Dun, "Gelap dan mereka menyerang dari segala arah."

Karena menghadapi tiga chupacabra sekaligus, Andre menciptakan akar lilit. Akar lilit berbentuk gundukan akar yang letaknya mengelilingi Andre. Akar ini akan melilit apapun yang menyentuh. Tak terkecuali lawan, kawan atau bahkan pengendalinya sendiri. Karena itulah Andre sedikit menjauh dari teman-temannya.

Akar-akar tumbuh dan melingkari posisi Andre. Kira-kira diamater lingkarannya tujuh meter. Tiga chupacabra berada di luar lingkaran akar sambil mewaspadai akar-akar yang tumbuh di sekeliling Andre. Akar-akar tidak terlihat berbahaya sehingga dua ekor chupacabra berlari dan menggunakan akar-akar itu sebagai tumpuan untuk melompat ke muka Andre. Langsung saja akar-akar itu tumbuh dan bergerak melilit kaki belakang dua ekor chupacabra. Dua mutan itu jatuh ke tanah. Andre cepat-cepat meremukkan dua chupacabra dengan total sembilan kali pukulan. Seekor chupacabra yang tidak terkena jebakan mundur ketakutan. Tapi mutan itu sepertinya tidak menyerah.

"Kenapa kita tidak memanggil Harry dan Megan?" tanya Andre yang matanya masih berkonsentrasi ke chupacabra yang dihadapinya.

"Andre benar. Supaya misi ini cepat selesai," dukung Adel.

"Sudah kubilang!" kata Dun, "Mereka berfungsi sebagai bantuan dan membuka jalan kabur."

"Oh, ayolah," Andre menentang sambil mengibas-ngibaskan tongkat kayunya, "Kita hanya menghadapi mutan-mutan kecil. Meski mereka banyak, lama-lama jumlah mereka akan habis. Dengan adanya Harry dan Megan, kita akan pulang lebih cepat."

"Tidak!" kata Dun yang menusukkan linggisnya ke mulut chupacabra yang menganga lebar, "Aku tidak mau musuh mengetahui kekuatan kita seluruhnya."

"Duh, lawan kita hanya mutan-mutan yang isi otaknya hanya darah," kata Adel.

"Dun ...," Andre berkata dengan suara yang sedikit berat. Berniat mengungkapkan sesuatu tapi buru-buru diserang oleh Chupacabra.

Suara muridnya yang berat membuat Dun sadar akan keceplosannya. Mandarin bermuka seram itu menggigit bibir atasnya. Matanya menunduk ke tanah. Meski terlihat tidak fokus ke pertarungan, linggis di genggamannya terus menghantam kepala-kepala chupacabra yang berlompatan ke arahnya.

"Kau tahu sesuatu, Dun. Kau tahu apa yang sebenarnya kita hadapi. Jauh lebih kuat dari mutan-mutan ini," kata Andre sambil menghantam kaki chupacabra sekuat tenaga hingga patah

"Karena itulah kau menyiapkan dua manipulator dari Amerika dan strategi yang kompleks hanya untuk mutan-mutan yang tak berguna?" Adel sepertinya juga mulai menangkap apa yang sedang terjadi di sini, "Tidak mungkin kau melakukan sejauh itu hanya untuk beberapa chupacabra yang bisa dihadapi oleh manipulator SMP."

Julio hanya terdiam ketika mengetahui teman-temannya sadar. Dia mencoba berkonsentrasi menghadapi empat chupacabra yang ada di hadapannya. Wajar jadi incaran karena dia berdiri di barisan paling depan. Lapisan perak di jari-jarinya membentuk cakar. Julio bertarung dan bergulat dengan kombinasi cakar dan tinju. Seekor chupacabra menyerang dari kanan di saat Julio masih bergulat melawan tiga chupacabra di sisi kirinya. Chupacabra itu mencakar-cakar punggung Julio yang tidak dilapisi perak. Julio menghentakkan kakinya ke moncong chupacabra. Membuat mutan itu terlempar ke arah Dun.

"Bagianmu, kawan!" kata Julio.

"Maaf, Julio! Aku tidak konsentrasi!" kata Dun, "Seharusnya aku melindungi sisi kananmu."

"Apa yang terjadi di sini, bisa kita bicarakan nanti!" teriak Julio pada timnya, "Kita habiskan dulu chupacabra-chupacabra ini!"

"Fair enough," timpal Adel, "Lagi pula mereka sudah tidak berdatangan lagi, kok."

Julio melemparkan dua chupacabra kembali ke semak-semak. Kini dia bergulat dengan satu ekor chupacabra. Dia berhasil melumpuhkan dan mencekiknya. Belum sempat membunuh, dua chupacabra yang dilemparkannya tadi kembali dari balik semak-semak. Terpaksa Julio membuat dua bola air dari udara dan menembakkan ke dua chupacabra yang kini berlari ke arahnya. Satu ekor chupacabra jatuh kesakitan dan satunya tetap berlari karena tembakannya meleset. Melihat serangan baru, Julio buru-buru mematahkan leher chupacabra alih-alih membunuh dengan mencekiknya. Dan meraih moncong chupacabra yang menerjang ke arahnya. Julio dan chupacabra bergulingan di tanah. Rahang chupacabra sangat kuat meski Julio sudah mencengkeram sekuat tenaga dengan pengendalian perak. Jari telunjuk Julio yang bercakar menusuk mata chupacabra. Mutan itu semakin marah dan berusaha memakan muka Julio. Kondisi seperti ini cukup susah untuk mematahkan lehernya karena si mutan semakin beringas. Hanya ada satu ide yang terlintas saat ini dan Julio langsung melakukan apa yang terlintas di otaknya. Sekuat tenaga, Julio menggeser moncong atas ke kanan dan moncong bawah ke kiri. Mutan itu mati seketika. Baru saja membunuh, chupacabra yang tadi terkena tembakan airnya mulai mendekat. Hampir saja mutan itu memakan hidung Julio jika tidak ada linggis yang melesat dan masuk ke moncongnya.

"Di tempat yang gelap ini kau main lempar linggis! Kau hampir saja membunuhku!" kata Julio.

"Sama-sama," tawa Dun sambil menendang seekor chupacabra yang berusaha menggigit kakinya.

Dun mengambil kembali linggis dengan pengendalian logamnya. Linggis itu melayang begitu saja dari tangan Julio. Inilah Xiahou Dun yang sangat ahli pertarungan jarak dekat. Jika ahli memainkan pedang, tombak, pisau dan kapak memang sudah biasa dan siapapun pasti bisa asal dilatih. Tapi, Dun bisa menggunakan semua besi yang berada di sekelilingnya menjadi senjata. Dun bahkan bisa bertarung dengan panci, wajan, cangkul, sekop dan contohnya linggis seperti sekarang. Ketika chupacabra menyerang, Dun menggunakan linggis dengan posisi horizontal sehingga mutan itu malah mengunyah linggis. Kini Dun bergulat di tanah melawan chupacabra yang menyalak dengan linggis yang masih di mulut.

"Nikmatilah linggisnya!!!" kata Dun yang menekan linggisnya dalam-dalam. Robekan mulut chupacabra hampir sampai ke pangkal leher.

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now