Prolog✔

13.3K 366 12
                                    

BRAK

Suara pintu yang terbuka keras membuat gadis dengan piyama beruang berdecak sebal, "ARAAA!!" pekik anak laki-laki yang terlihat lebih tua dua tahun dari gadis itu.

Ia membuka matanya dengan berat. "Apaan sih Abang." ucapnya kesal.

BRAK

Suara pintu yang terbuka dengan keras lagi namun dari pintu yang berbeda, "KAK ARAA!!" pekik anak laki-laki yang terlihat lebih muda satu tahun dari gadis itu.

Gadis itu berdecak sebal lalu bangun dari tidurnya dan duduk di pinggiran kasur dengan mata yang masih mengantuk. "Apa lagi sih Kenzi?" ucapnya kesal.

"Kita telat!" ucap mereka berbarengan.

"Kalian ini pagi-pagi udah ribut aja." ucap wanita paruh baya yang baru masuk lewat pintu depan. "Itu mah, Bang Adhya sama Kenzi main dobrak pintu terus teriak lagi." ucap gadis itu sambil menguap.

"Lain kali jangan dobrak pintu. Nanti kalau pintu kamar lepas gimana?" ucap Asla, mamanya yang masih membawa spatula masak.

Adhya dan Kenzi menyengir lebar lalu berbalik menuju kamar, bersiap. Sedangkan Fradila, gadis itu sudah memasuki kamar mandi.

Sekita sepuluh menit mereka bersiap. Kini mereka sudah berada di meja makan, sarapan bersama. "Mah, ayah mana?" tanya Kenzi sambil mengoles roti dengan selai strawberry kesukaannya.

Asla menoleh. "Ayah tadi pagi berangkat duluan," Kenzi mengangguk lalu meminum susu putih yang sudah dibuatkan mamanya.

"Tumben mah." ucap Adhya yang juga meminun susu putih yang dibuatkan Asla. "Iya, ayah kamu keluar kota soalnya." Fradila yang masih memakan rotinya tersedak dan langsung mengambil susu yang sudah di siapkan Asla. "Pelan-pelan makannya Ra." ucap Asla yang juga sedang minum.

Fradila menggembungkan kedua pipinya, "Ayah kok keluar kota gak bilang sih." ucapnya dengan kesal. "Kamu tadi malam udah tidur makanya ayah gak kasih tau."

"Iya tapi kan--"

"Udah, paling mau minta oleh-oleh." celutuk Kenzi.

Fradila melirik sinis Kenzi, "dasar gak tau diri." ucapnya dan dibalas kekehan kecil dari mulut Kenzi.

"Udah! Kita udah telat, buruan." ucap Adhya menghentikan perdebatan itu. "Tunggu, Ara belum selesai." Fradila langsung memakan setengah rotinya hingga mulutnya menggembung.

Kenzi bangkit dari duduknya dan di susul Adhya, "Ma, kita berangkat. Assalamualaikum." Mereka bersalaman lalu berlalu memasang sepatu. "Tunggu Ara!" pekiknya lalu buru-buru minum dan bersalaman.

***

Gadis itu sesekali menampakkan kedua lesungnya membalas sapaan beberapa orang di koridor. Adhya sudah berbelok menuju gedung XII Ips sedangkan Kenzi juga sudah menuju gedung Global Junior high School.

"ARAAA!!" pekik seorang gadis dengan rambut sebahu sambil melambaikan tangan. Fradila langsung berlari menuju gadis itu, "ngapain Fa?" tanya Fradila yang sudah menyeritkan kedua alisnya.

Kesyfa tersenyum lebar, menampilkan gigi gingsulnya. "Nunggu lo mau ajak ke kantin," Fradila menggeleng sambil sedikit terkekeh. "Bentar."

Fradila duduk di bangku yang berada di sebelah Kesyfa dan menaruh tasnya, matanya beralih menatap seseorang yang sedang bermain game di belakangnya. Ia tersenyum hingga kedua lesungnya terbentuk.

Perlahan-lahan ia berdiri dan langsung merampas ponsel tersebut. "ARA!" pekiknya terkejut sekaligus kesal.

Fradila tersenyum senang lalu mengeluarkan game tersebut dan membuka aplikasi camera. "Balikin gak?!" ucapnya dengan kesal.

Dengan cepat, satu jepretan wajahnya pun berhasil ia dapatkan dan langsung berlari keluar. "ARA!!" pekiknya.

Fradila berlari ke depan kelas, "kenapa Ra? Kayak dikejar setan tau gak?" ucap Kesyfa yang menatapnya heran. Fradila tersenyum lalu mengangkat ponsel dengan merek iphone, "dikejar setan gamers."

Kesyfa berdecak, "lo mah gak pernah bosen ya, ribut sama Alvio mulu." ucap Kesyfa.

"ARA! BALIKIN HP GUE!" pekik Alvio dari depan pintu sambil berkacak pinggang menatap Fradila yang berada tak jauh dari sana. Fradila tertawa melihat gaya Alvio yang sangat jarang ia tunjukkan di depan orang lain, cekrek

Satu jepretan wajah Alvio pun sudah ia dapatkan, Fradila langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu berlari menuju kantin. "FRADILAA!!" pekik Alvio yang sudah sangat kesal. Melihat wajah kesal seorang gamers yang terlalu cuek dengan sekitar membuat Fradila senang mengganggunya.

***

Alvio memasuki kantin dengan wajah datarnya, banyak yang menyapa atau sekedar tersenyum namun tidak di hiraukan. Matanya mengintari seluruh kantin dan ia berhasil menemukan seseorang yang sedari tadi di carinya.

Gadis itu sedang duduk berdua di salah satu bangku sambil sesekali tertawa, ia berjalan dan langsung duduk di sebelah gadis itu. "Mana." ucapnya tiba-tiba.

Gadis itu terkejut hingga tersedak dan langsung mengambil minum. "Kaget tau!" ucapnya kesal. "Mana." ucap Alvio lagi.

Gadis itu menyerit bingung. "Apanya?" Alvio memutar kedua bola matanya, malas. "Hp gue."

Gadis itu tersenyum lalu mengangkat ponsel Alvio. "Nih, tapi poto gue jangan dihapus ya!" ucapnya dengan sedikit kekehan. Alvio mengangguk, meng-iyakan, karena ia ingin segera melanjutkan permainannya. "Janji!" ucap gadis itu.

"Hm." gumam Alvio malas.

"Janji dulu Alvio!" rengek nya.

"Iya janji Ara." jawabnya malas. Fradila memberikan ponselnya dan dengan cepat diambil oleh Alvio, ia langsung membuka galery nya dan menghapus foto Fradila tadi. "Ih! Alvi, kok fotonya di hapus!" ucap Fradila kesal, "itukan bagus ish!" sambungnya lalu ia menggembungkan kedua pipinya, kesal.

Cekrek

Satu jepretan berhasil Alvio dapatkan, wajah kesal Fradila. "Ih, Hapus!" ucap Fradila sambil berusaha merebut ponsel Alvio namun dengan cepat Alvio mengangkat ponsel tersebut, "Dasar pendek." olok Alvio, Fradila menggembungkan kedua pipinya lagi, "Au bete!" ucapnya lalu kembali melanjutkan makan.

Alvio tersenyum menatap wajah kesal Fradila di ponselnya dan langsung berlalu pergi keluar kantin.

Kesyfa menggelengkan kepalanya, "tiap hari lo bedua berantem mulu." ucap Kesyfa sambil menyuap sepotong siomay. "Alvio ngeselin."

"Lo juga sama." ucap Kesyfa sedangkan Fradila menyengir lebar melanjutkan makannya.

*
tbc.

Revisi: 25-04-2018

Gone✔ [COMPLETE]Where stories live. Discover now