MEMORY GLASS-9

Mulai dari awal
                                    

Alzee Gardana: ini bukan koran Rana jangan dibaca doang -,-

Audy Kirana : kenapa kak? Aku udah gak marah kok

Alzee Gardana: gue masih muda dan bukan 'kakak kakak' panggil nama-_

Audy Kirana: iya, maaf

Alzee Gardana: lo hobi banget minta maaf, sampe bosen dengernya

Audy Kirana: tulisan dibaca bukan didengar :)

Alzee Gardana: bisa ngelucu juga gadis kecil

Audy Kirana: jangan panggil gitu!

Alzee Gardana:bodo. Gue suka, lo juga panggil gue dengan sebutan Zee, hmm tapi gakpapa si gue juga suka.

Read

Alzee Gardana: malam ini gue ditemenin sama angin Ran, udah gue usir tetep aja ganggu, buat gue kedinginan. Coba ada lo disni:(

Read

Aku tidak tahu harus membalas apa. Baru dari pesan saja perasaanku sudah tidak karuan, bagaimana bila bertemu dengannya lagi! Sudah larut malam dan sekarang mataku yang tadinya tidak mau menutup sudah mulai sayup karena chat dari Zee

🍁🍁🍁
Cahaya matahari pagi menembus hingga ke jendela kamarku, pantulan cahayanya tepat menyilaukan wajah malas ku pagi ini, aku tidur terlalu malam, saat Zee hadir untuk menemani sampai aku mulai ketiduran.

Baiklah aku akan jujur pada kalian,
Saat Zee datang mengisi kekosongan hariku, perasaan aneh ini muncul. Sebelumnya, aku juga tidak bisa memastikan perasaan apa ini, tapi karena rasa penasaran dan kegundahayang teramat besar, aku putuskan untuk mencari tahu sendiri, baik dari buku bacaan milik Abang tentang jatuh cinta, dan membaca berbagai artikel di internet.
Jadi kesimpulan yang dapat aku, perasaan aneh itu mencirikan kepada seseorang yang sedang jatuh cinta, dan sekarang. Menit. Detik ini aku berani memutuskan bahwa aku jatuh cinta dengan Alzee Gardana!

Aku bergegas menuju dapur untuk sarapan bersama abang- abang dan juga Mama, sesaat sebelum teringat dengan sepotong cermin kecil diatas nakas, pemberian Zee. Aku akan membawanya kesekolah, bejaga jaga saja jikalau moodku berubah ubah jadi aku bisa kapan saja melihat cermin.

"Pagi Ma, bang Dana, bang Galih"
Sapa ku pada semua yang ada dimeja makan. Entah kenapa aku senang sekali hari ini, seperti sedang turun hujan dan ada pelangi dipikiranku.

"Pagi sayang " jawab Mama sambil menuangkan nasi goreng kepiring ku

"Adik abang yang paling cantik, kelihatanya sedang senang, ada apa? "
Tanya bang Dana melihat wajahku yang sedang beri seri

"Enggak apa apa bang, perasaan bang Dana aja kok"
Jawabku dengan menyeringai

"Lagi jatuh cinta dia itu Dan" bang Galih yang menyambar tanpa permisi dan menebak sok tahu, walau dia benar si, aku sedang jatuh cinta. Ah, tetap saja dia sok tahu!

"Sok tahu!" Jawabku ketus sambil menyendok nasi goreng kemulutku

"Bener nih anak gadis Mama lagi jatuh cinta?" Kata Mama yang ikut ikutan meledek ku

"Mama, gakusah dengerin animal ini ya, dia emang suka ngawur. Ayok bang Dana berangkat nanti aku telat"

"Wah wah, kamu abang kutuk jadi kupu kupu sekali lagi panggil itu"

"Gapapa jadi kupu-kupu enak, bisa terbang wluee" jawabku sambil menjulurkan lidah kearah bang Galih, dan langsung mencium tangan Mama sebelum pergi melesat keluar rumah

Jalanan ibukota memang terkenal dengan kemacetannya dipagi hari, tidak salah jika banyak siswa yang akan terlambat ke sekolah. Beruntung, aku tidak telat hari ini masih ada 15 menit untuk menghabiskan didalam kelas bersama Fika dan Tara.

"Nanti abang jemput ya"
Kata Abang melepas sabuk pengaman dan mengecup pipiku sekali.

"Oke " kataku sambil turun dari mobil menuju koridor.

Koridor sekolah sangat ramai hari ini mungkin, karena besok mau ada acara penyambutan ajaran tahun baru bagi kelas 10. Bisa kulihat sendiri, sudah terpasang sangat cantik tenda beserta panggung besar ditengah lapangan, dengan perpaduan warna ungu dan pink muda, ada juga beberapa anggota osis yang wara wiri untuk mempersiapkan semuanya agar terlihat sempurna.
Aku berjalan begitu cepat sehingga tidak sadar kalau aku sudah menabrak bahu seseorang. Ternyata Zee.

"Ngantuk?" Zee bertanya dengan alis yang diangkat satu

Aku hanya menggelengkan kepala, aku memang sedang tidak mengantuk hari ini. Aku masih terus memperhatikannya, berantakan. Satu kata itu tepat untuk menggambarkan kondisinya sekarang ini. Bagaimana tidak, Zee tidak mengenakan seragam sekolah dan ia juga tidak membawa tasnya, yang ia kenakan hanyalah sebuah kaos oblong warna putih dan celana jeans hitam.

"Halo" ia mengacak rambutku sekali "gue berasa lagi ngomong sama patung"

"Kamu— gak sekolah?"

"Ini udah disekolah. Audy Kirana"

Sumpah ya! saat Zee memanggil nama ku dengan nada seperti tadi, rasanya saat ini juga aku ingin terbang ke langit lalu mendaratkan tubuh ini ke planet Pluto meski keberadaannya belum dipastikan ada. Habis bagaimana, suaranya seperti candu untukku, belum lagi diiringi oleh derahan nafas kasarnya diudara, menciptakan melodi indah bagi penenang hati sendiri.

"Kenapa gak pakai seragam?"
Tidak tahu kenapa, setiap berada didekatnya, aku seperti bukan aku. Aku sering menjadi tidak wajar didepannya, mendadak salah tingkah karena tidak tahu bagaimana caranya berkata banyak.

"Kotor"

"ikut gue" Zee menarik tanganku pelan tapi cepat, melewati beberapa siswa dikoridor.

"Kemana?" Percuma, bertanya pada manusia seperti dia hanya akan membuat kesal.

"Aku bawa baju olahraga sama jaket kamu, barangkali kamu mau pakai untuk ganti?"

Pertanyaan ku hilang bagai dilenyap bumi karena Zee terus saja menarik tanganku dan entah ingin membawa kemana. Dan sampailah kami diparkiran sekolah, Zee menyodorkan helm padaku.

"Mau kemana Zee bentar lagi udah bel" tanyaku dengan wajah panik sudah pukul 07.15 dan 2 menit lagi akan bel!

"Ran, untuk hari ini libur sekolah dulu ya"

'Hah'

Sumpah seumur hidupku, belum pernah yang namanya melarikan diri dari sekolah! Tidak. Tapi kenapa malah Zee mengajak melakukan hal yang tidak baik itu? berjuta pertanyaan hadir dalam pikiranku

"Maksud kamu ?"

"Lo inget gak kalau gue bakal ngajak lo ke produksi glass? kita kesana "

Seperti baru saja dihipnotis, aku tidak bisa bicara, lidahku kelu seketika, pikiran ku menyuruh untuk menolak sedangkan, batin suara menyuruh untuk mengangguk. Dalam posisi seperti ini kadang manusia bisa melakukan ke khilafan yang akhirnya membawa penyesalan jika salah memilih.
Tapi tidak denganku, kali ini aku memilih untuk mengikuti batin suaraku.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang