Menahan Atau Tertahan

7.2K 300 22
                                    

Berkali-kali inge mengirim kan WA dengan kalimat ketus nya,  Aku Masih berdiam diri,tak kubalas dan seringnya kubalas Ala kadarnya.
Aku sedang malas berdebat.

Biarlah inge tak perlu tahu bahwa Aku dan riani sedang perang dunia.
Biarlah inge tak perlu tahu kalo semua WA yang dikirimkannya itu terbaca riani.
Biarlah dia hanya tahu bahwa Aku lelaki brengsek buat nya.
Biarlah dia tak pernah tahu Aku Cuma sedang menahan semua rasaku yang tertahan tak bisa di apa-apa in lagi.

Setelah Masalah Angkasa dan gendhis terselesaikan dengan baik, ibuk pun kembali mempercayai si anak Bungsunya itu, semua berkat riani, thanks to her so much.

Memang Hubungan ku dengan riani pun berangsur membaik, begitu juga sikap ibuk ke riani Sudah normal Seperti Semula.

Hingga Sore itu,
"mas apa ini? "

DEG! Aku terdiam
" siapa jingga? "

Aku Masih diam
" Kenapa WA nya Seperti ini hah? "

DEG!! Aku lupa menghapusnya

Yups berawal dari situ lah, kami mulai dingin lagi!
Aku Cuma mendiamkan riani dan mendiamkan inge.
Berharap Semuanya normal dengan sendirinya. Bisa kah??

Hubungan ku dengan riani makin dingin dan puncak nya adalah ketika Dia bilang Mau mengantar ibuk ke palu!

Aku bingung, lalu menelpon Angkasa.  Dibanding samudra, Angkasa sepertinya Lebih waras deh hahahaha

Hmmmm setelah menimbang dan memikirkan semua saran Angkasa, mungkin benar juga Aku dan riani butuh saling intropeksi diri, butuh saling refreshing.

Pagi itu mruput jam setengah enam pagi, mengantar riani dan ibuk ke bandara karena ikut penerbangan di jam 7 lagi. Untuk menengok Tallulah andreana, cucu pertamanya yang Mau berulangtahun kedua.

Keluar dari bandara Masih jam enaman, sepertinya Masih sempat deh.

Hai, klik send

Hmmmmmm

Lagi apa,  klik send

Mau mbantuin anji mandi

Oh, OK, klik send

Mobil makin kulajukan ke perumahan nya inge. Dan begitu ku tekan bel Rumah nya, wajah inge Sudah Siap berangkat ke Kantor muncul, serta anji dibelakangnya dengan seragam sekolahnya, melihat ku Agak mengeryitkan dahi nya,

"Omsem.. Omsem.. Anji kangeeeen!! " seru anak itu sambil menghambur dan memelukku.
Inge tampak memalingkan mukanya,

" Ayok Omsem Antar sekolah ya! " kataku lagi

" Mauuuuuuuuu!! " teriak anji girang bukan kepalang,lalu turun dan masuk kamarnya Mungkin Mau mengambil tas dan perlengkapan sekolahnya.

Aku menggunakan kesempatan Untuk meraih tangan inge, tapi dia mengelak. Aku mulai memeluknya dan dia menangis.

" maaf kan Aku ya dek! " hanya itu yang mampu kuucapkan, karena anji Keburu keluar Kamar.

" Ayo om, Kita berangkat! "

" mommy gimana? " tanya inge

" mommy ikut Mobil Omsem aja, sekalian Nanti diantar ke Kantor, pulangnya Nanti di jemput lagi, Oke! " kataku sumringah.

Inge menatap ku penuh tanda tanya, tapi Diam Saja lalu mengunci pintu.

Sepanjang Jalan, anji berceloteh tiada henti,sementara inge banyak diam dan hanya sesekali tersenyum dan menjawab singkat kalo ditanyain anaknya.

Aku tidak ikut turun mengantar anji, karena Kode dari inge supaya stay di Mobil Saja. Aku pun nurut.

Begitu inge balik lagi masuk Mobil, dan kami Siap menuju Kantor nya, Akupun tergelitik bertanya
"Kenapa Aku ga boleh turun dek? "
" Nanti Jadi gossip! "
" tapi Aku kan GA ada yang kenal? "
" kata siapa? Siapa tahu ada temannya istrimu yg anaknya sekolah disini! " jawab nya ketus.

JINGGA Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt