36. Maafin abang ya

2.7K 120 23
                                    

Tak ada yang mengetahui kapan kematian akan datang
Tapi kematian akan membayangi setiap hari

•••

Setelah drama kecil-kecilan ala film Korea. Kini Niki sudah meninggalkan rumah sakit jiwa itu.

Fikirannya masih terbayang akan kesalahannya. Ia berusaha mengingat setiap detik dalam hidupnya, berusaha berpikir keras tentang kesalahannya. Febi bilang hanya satu, tapi apa?

Sementara Alan sedari tadi ngomel-ngomel panjang kali lebar tentang mereka yang tidak jadi nonton karena voucher tiketnya hangus.

Dan Niki? ia sangat tidak perduli.

Alhasil kini mereka hanya duduk manis di cafetaria sambil makan roti yang dipesan. "woy lo denger gue gak?" tanya Alan kesal.

"menurut lo... Gue punya salah apa sama Febi? Kenapa dia bisa dendam sama gue kalo itu cuman satu kesalahan. Dan kenapa ucapan maaf aja gak cukup buat dia? Menurut lo gue harus gimana?"

"tenggelam di rawa-rawa!" jawab Alan santai dengan tangan yang melipat di depan dada.

"basar beg*" umpat Niki kesal.

"ya elo juga ngeselin di ajak ngomong cuek aja, dan sekalinya gue nanya jawabannya gak masuk akal. Udah lah lupain dulu masalah lo sama Febi, kebanyakan mikir jadi botak tau rasa lo"

Degh..

Mendadak tubuh Niki menegang, diliriknya sesekali Alan yang tengah sibuk dengan kentang gorengnya. "apa kalo gue beneran botak lo gak mau temenan sama gue lagi?" tanya Niki tertunduk.

"he? Ck kayaknya lu harus balik ke rumah sakit jiwa tadi ki. Lo ngelantur amat ngomongnya? Udah gih abisin aja tuh roti, dari pada ngomong lo makin gak jelas pusing gue dengernya"

"gue ke kamar mandi dulu" kata Niki bangkit dari duduknya.

Niki memasuki bilik ke dua, terduduk di closet dengan tatapan kosong. Dibuka lah kupluk hitam yang sedari tadi bertengger cantik di kepalanya dan ia usap rambut miliknya lembut.

Tanpa diduga beberapa helai rambutnya sudah berpindah ke tangannya. "maaf Al, kayaknya gue gak bisa pertahanin apa yang lo suka dari gue"

•••

Alan membanting tubuhnya di kasur dengan keadaan wajah mencium sprei. Mengingat dengan singkat apa yang terjadi hari ini.

Semuanya tak sesuai rencana, tak ada nonton film, tak ada main game di timezone, tak ada mampir ke toko buku, tak ada foto box. Yang ada hanya makan siang seadanya dan sisanya? Ribut dengan orang tidak waras.

Lelah? Sangat di akui ia lelah. Tapi bersama Niki semua itu tak terasa apa-apa.

Alan memiringkan kepala agar bisa bernafas dan kini tangannya tergugah untuk mengambil ponsel yang berada tak jauh darinya.Tanpa mengubah posisinya, ia mengotak atik sebentar sebelum layar ponsel itu tertempel di telinganya.

Sambil memejamkan mata ia menunggu jawaban dari sebrang sana

"halo.. "

"Lo belom tidur?"

"you thing? Kalo gue udah tidur ini yang angkat telepon siapa? Setan?"

One Life [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon