14. Penyakit Niki

3.5K 131 5
                                    

"kemaren kamu kemana aja? Kenapa pergi gak bilang-bilang?" ocehan Abyan mengawali pagi Niki. Bertemu dengan Abyan membuat perasaan kesal Niki kembali timbul.

Niki jadi dipaksa ingat saat-saat ia musti melihat kemesraan Abyan dan Febi kemarin.

"sama Alan. Kan kamu lagi sibuk sama Febi" jawab Niki singkat.

"maaf deh kalo gitu. Oh ya aku mau kasih kabar baik nih" kata Abyan sambil mengembangkan senyumnya.
"Aku baru jadian sama Febi"

Degh...

Seketika Niki terkisap dengan kalimat yang Abyan ucap. Dadanya tiba-tiba sesak, kakinya melemas, dunia tempatnya berpijak seolah sudah mulai bergoyang.

Niki menatap sosok sahabatnya lekat-lekat, mencari kebohongan atau gurauan. Tapi nihil yang ia temukan justru wajah bersinar dan ceria.

"o.. Oh ya?? Congratulation kalo gitu"

Miris.

Niki sakarang merasa sakit. Bukan.. Bukan karena penyakitnya, ini bahkan lebih sakit dari saat kita ia harus manahan suntik infusan. Ribuan tangan-tangan tak terlihat seperti tengah mencubitnya dengan begitu kencang.

Sunguh aneh kerena satu orang bisa membuatmu merasakan hal bahagia dan sengsara di saat yang sama.

Senang karena Abyan tersenyum ceria. Dan sengsara karena melihat Abyan tersenyum bukan karenanya.

Harusnya Niki tahu diri, harusnya Niki bisa pasrah, harusnya Niki terima keadaan saja jika Abyan memang tidak membalas perasaannya. Tapi bagaimanapun perasaan seseorang tak bisa di paksakan.

"thank's Ki. Buat ngerayaain rencananya Aku mau ngajak makan-makan nih. Kamu, Gea, Lisa"

"ka.. Kapan?" rupanya Niki masih berusaha tegar.

"hari ini. Pulang sekolah, di Cafe depan. Dateng ya"

"Oke. Gue ke toilet dulu" Niki pun melenggang pergi. Dan akhirnya ia bisa melepas topengnya.

Topeng yang begitu sulit untuk dibangun. Kini Niki bisa melepasnya. Tangis tanpa suara mengiringinya menuju toilet, pandangan aneh dari setiap orang Niki masa bodokan.

"hiks.. Hiks.." Niki menahan suara tangisnya, hingga hanya suara segukan kecil yang keluar.

Niki tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Sesak tak tertahan yang menyiksa jiwa. Sakit batin ternyata lebih pedih ketimbang sakit fisik.

•One Life•

Sekitar 3 bulan yang lalu.

Ruangan bernuansa putih, dan aroma obat yang pahit membuat semua orang pasti tidak ingin kemari.

Tapi jika kalian sakit. Kalian harus tetap kesini dan memeriksakan diri. Itu sudah menjadi kewajiban dan hukum alam jika ingin sembuh, dan Itu lah yang Niki rasakan.

Entah kenapa beberapa hari ini ia merasa sering anemia, sering pendarahan, dan rentan terkena infeksi. Kadang ia juga merasa nyeri sendi dan tulang.

Dan hari ini Aldi membawanya kedokter. Setelah curhat akan keadaannya dan diperiksa sebentar. Niki kini menunggu di ruang tunggu. Dan Ayahnya pergi keruang dokter.

One Life [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن