2. Kepo

4.9K 206 2
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan itu membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu mengalikan perhatiannya pada sang pintu. Kepo ingin tahu siapa yang ingin masuk.

"maaf bu saya telat" ucap seorang gadis dengan tas hijau toscanya yang masih dipunggung dan buku agenda di dekapannya.

Guru Biologi yang sedang menerangkan pelajaran itu pun meneliti sang gadis dari bawah sampai atas. "yasudah duduk, lain kali jangan telat lagi di jam pelajaran saya" ucap guru itu tegas.

"baik bu. Terima kasih" langkah majunya tiba-tiba terhenti kala melihat sosok yang tengah duduk di pojok belakang kelas sambil membungkuk dan melipat kedua tangannya di atas meja, menenggelamkan wajahnya seperti sedang tidur.

Siapa dia? Kenapa tidur di kelas? Dan tidak belajar? Batin Niki, tapi sedetik kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju kursinya yang berada di pojok bagian kanan dekat jendela. Niki mulai lelah dari berangkat hingga sampai kelas selalu saja ada yang menghalangi dan memaksanya untuk berhenti.

"abis dari mana aja Lo?" tanya Lisa gadis yang duduk di sampingnya. Ia merupakan sahabat dekatnya yang doyan dandan.

"toilet" jawab Kiki singkat. Lisa hanya membulatkan mulutnya tanpa suara untuk merespon jawaban Niki.

Tadinya Niki berniat untuk menanyakan siapa orang yang duduk tidur di kelas itu. Tapi ia mengurungkan niatnya, ia tidak mau mendapat kesan lebih buruk lagi apabila malah mengrol setelah diampuni telat oleh guru biologinya yang cukup killer ini.

•One Life•

Seorang pemuda tampan bermata sayu khas orang bangun tidur dan berambut acak tengah asik dengan minumannya, entah karena memang haus atau doyan?.

"hey, what's up bro?" sapa seorang pemuda lain pada pemuda yang tengah asik dengan es teh manismya itu.

"gimana kabar lo lan. Masih idup kan lo?" ucap pemuda lain sambil menepuk pundak pemuda yang sedang meminum es. Yang ternyata memiliki sapaan akrab Alan di kalangan teman-temannya.

"gak usah sok perhatian lo. Bilang aja seneng kan gue turun pangkat?"

"bisa di bilang fifty fifty lah. Ya gak guys. Hahaha" Alan hanya mencibir tanpa suara kala ia di tertawakan oleh ke empat temannya dari kelas ipa 1. Yang terdiri dari Sandi, Reza, Wawan, dan Fikri

"terima nasip aja bro. Siapa tau ini emang takdir terbaik yang udah ditentuin sama yang diatas" ujar Wawan sambil menunjuk-nujuk atap kantin ala-ala seorang ustad yang tengah berkhutbah.

"tuh dengerin lan kalo ustad lagi ceramah" komentar Fikri.

Alan masih kesal pada teman-temanya mungkin inilah yang di maksud dengan 'sahabat akan tetap setia di saat senang dan akan menjadi orang pertama yang kamu lihat saat terjatuh untuk menertawakan mu'

Tiba-tiba pandangan Alan teralihkan waktu ia melihat sosok gadis cantik yang baru memasuki kawasan kantin bersama kedua orang temannya sambil sesekali tertawa bersama.

Mendadak Alan terkekeh kecil mengingat kejadian tadi pagi. Saat ia kepergok nekat menyebrangi tembok pagar yang tingginya hampir 4 meter.
Ekspresinya yang begitu kaget dengan bola mata yang hampir copot dan juga muka pucat membuatnya makin mengemaskan.

"weh weh liat tuh. Temen lo mulai stress?" ujar Reza sambil menunjuk-nunjuk Alan sedang tersenyum.

Fikri yang kebetulan duduk di samping Alan langsung mendekatkan diri melihat ke arah yang sedang dilihat Alan.

Sebelum berbicara Fikri berfikir sejenak. "Niki gadis cantik anak kelas 11 ipa 2, sekretaris di osis, selalu depet pringkat pertama dikelas... Hmm lumayan menarik"

"Lo ngomong apaan sih?" tanya Wawan penasaran.

"temen lo kayaknya lagi kasmaran nih" jawab Reza santai sambil bertopang dagu sok imut. Alan hanya memutar bola matanya malas.

"lo suka Niki?" tanya Sandi dingin.

Apa-apan ini? Apa jika seorang laki-laki tersenyum pada seorang gadis yang menurutnya lucu harus selalu di bilang suka? Alan bahkan gak kenal siapa dia? Gimana Alan bisa suka Niki?

"ngaco lo. Kenal aja kagak"

"Lagian muka lo itu mencurigakan banget tau? Senyum-senyum bukan gaya lo banget"

"wait... wait... Ini Niki yang katanya 'sahabat baik' si atlet tenis itu bukan?" tanya Reza bingung.

"maksud lo Abyan?" balas Fikri

"iya. Gue denger sih mereka itu udah kenal dari kecil. Itu sih udah jadi rahasia satu sekolah kali" sewot Reza.

Entah kenapa Alan yang tadinya ogah-ogahan mendengar ocehan sang teman diam-diam mulai merasa panas di bagian kuping ketika mereka menyebut-nyebut nama itu. Abyan.

•One Life•

"Tadaa!!" ucap seorang gadis sambil menunjukan selembar kertas pada kedua teman perempuannya.

"Jadi lo beneran mau ikut audisi?" tanya teman pertama sambil meneliti lembar yang di tunjukan gadis itu.

"Setelah sekian lama akhirnya itu agensi open recruitment jugaa. Ydah dari tahun lalu gue nunggu. Aduh ga sabar mau ketemu sama oppa oppa tampann kyaaa!!!" jawabnya semangat.

Ketiga sahabat karib itu kini tengah mengobrol asyik di halte yang berada dekat dengan sekolah. Sedangkan bel pulang sudah berdering sekitar 10 menit yang lalu.

"Kalo gitu semangat ya!!" seru Niki sambil mengepalkan tangannya ke atas.

"Thanks Ki. Muahh muahh" balas Lisa sambil menirukan wajah ikan yang sedang megap-megap. Tetapi pandangannya teralihkan pada sahabat satunya yabg terlihat murung "Lo kenapa Ge. Lo gak seneng gue mau ikut audisi?"

Mendapat pertanyaan dari Lisa, Gea langsung kekelabakan kaget. "Enggak kok.. Bukan gitu Sa. Gue cuman bingung aja gimana gue kedepannya" Gea menrika napas sebentar sebelum berucap lagi "Lo bakal ngejar cita-cita lo jadi model, Niki bakal ngejar cita-citanya jadi dokter. Nah gue?? Sampe sekarang cita-cita gue apa juga gak tau"

"Lo gak boleh loyo gitu donk. Kita itu harus semangat, mana jiwa muda lo. Percaya deh, mungkin sekarang lo emang bingung. Tapi suatu saat lo pasti bakal nemuin profesi yang lo minati. Ga perlu buru-buru kita masih punya banyak waktu ko" ujar Niki panjang lebar memberikan tausiah.

"Denger tuh kalo mamih lagi ngomong" komentar Lisa.

"Makasih ya guys" kata Gea sambil tersrsenyum.

Tin.. Tin...
Tin.. Tin..

Suara klakson mobil berdering memecahkan suasana galau para gadis ini.

Ternyata suara itu diciptakan oleh para sopir dari Gea dan Lisaz Mereka datang untuk menjemput nona-nona cantik ini.

"Gue udah di jemput. Gue duluan ya" ucap Lisa sambil melambaikan tangan.

"Gue juga ya Ki, tuh udah di jemput juga"

"Iya hati-hati ya" ujar Niki

"Lo beneran gak mau ikut nih?" Tanya Gea memastikan, walau bagaimanapun ia tidak enak meninggalkan Niki sendirian di halte ini. Sungguh teman yang solid kan?

"Enggak. Udah sono tuh di tungguin" tolak Niki halus.

Gea pun meninggalkan Niki dengan berat hati. Gea dan sang mama sudah meluncur meninggalkan Niki. Setelah sebelumnya mengklakson. Sedangkan Lisa? Tentu sudah pulang juga.

Niki sudah biasa pulang dan berangkat menggunakan bis. Karena ia hanya orang biasa, tidak seperti teman-teman mereka yang memiliki keluarga yang sangat berkecukupan. Pengeluaran keluarga Niki bahkan bisa sana lebih besar dari pada gaji sang ayah meskipun mereka hanya tinggal berdua.

Ia tidak ingin lebih membebani ayahnya dengan harus menjemput juga mengantarkan sekolah. Baginya sudah cukup ia membuat pusing ayahnya selama ini. Ia ingin membahagiakan ayahnya, bukan justru merepotkannya.

•One Life•

One Life [Completed]Место, где живут истории. Откройте их для себя