29. Bunga Krisan

2.5K 113 0
                                    

Kadang hati berkata jujur
Tapi apa daya hati tak bisa didengar

••••

Abyan lagi-lagi mengunjungi tempat latihan tenis sepulang sekolah. Padahal yang ia lakuan hanyalah tiduran dan memandangi langit sambil sesekali mengingat kembali masa-masa jayanya.

Kakinya kini sudah tak membutuhkan bantuan kruk untuk berjalan lagi. Tapi Abyan rasa semuanya percuma, jika ia masih belum bisa merasakan kembali serunya bemain tenis sambil berlari kesana kemari mengejar bola. Menjaga base tempat ia berpijak agar lawan tidak mendapat poin.

Hampir satu jam Abyan masih dalam posisinya tanpa berubah. Hingga saat ia medenagr seruan panggian barulah ia beranjak dari tidurnya.

"Abyan!!"

"Kak Tri!!"

"lo ngapain disini?" panggian gue-lo ini memnag sering mereka lakukan jika sesdang berdua. Mengingat usia mereka yang hanya terpaut dua tahun membuatnya merasa lebih nyaman dan akrab.

Kini Abyan benar-benar sudah berada dalam posisi berdiri tegap dihadapan orang yang di panggil Kak Tri olehnya "gue cuman lagi pengen mampir aja kak"

"oh gitu.. sekalian liat yang latihan hari ini aja yuk"

Mata Abyan seketika langsung berbinar "gimana kalo gue juga sekalian ikut latihan? Badan udah beneran pegel-pegel nih pengen banget latihan-"

"-Abyan.. gue harap lo sadar sama apa yang lo bilang barusan?"

"Kak... Lo gak usah khawatir gitu deh. Kaki gue tuh udah baikan bahkan jauh dari kata sakit. Liat nih" kata Abyan meyakinkan sambil melompat-lompat berusaha menunjukan dirinya yang sudah tak apa dan bisa kembali mengikuti latihan seperti biasa.

"ABYAN!!.." Kak Tri membentak Abyan membuatnya langsung diam dari aksi lompat-lompatnya. "lo fikir gue gak sedih liat lo? Lo fikir gue seneng kehilangan anak berbakat kaya lo? Tapi ini semua juga salah lo!!

Ninggalin latihan tanpa pamitan, dan langsung kabur gitu aja cuman gara-gara cewek. Gue fikir lo udah dewasa. Ternyata lo jauh dari satu kata itu. Cewek itu bukan segalanya, bahkan gak penting-penting amat. Lo masih bisa hidup tanpa cewek"

Abyan terdiam mendengarnya, pikirannya gamang.

perkataan Kak Tri memang benar adanya. Ia sendiri juga tidak tahu mengapa samapai meninggalkan latihan.

Tubuhnya seperti sudah di set agar datang dimanapun Niki sedang dalam bahaya.

"lo bener kak" Abyan mulai bersuara "sikap gue emang bocah banget. Entah kenapa tapi menurut gue itu wajar karna gue juga emang masih bocah. Umur gue baru 17 tahun, masih dalam masa-masa labil dan mencari jati diri. Gue juga setuju kok kalo cewek itu bukan segalanya, tapi Niki itu udah lebih dari separuh gue. Bahkan ngalahin rasa sayang gue ke tenis.

Niki itu dunia gue kak. Gue bisa sukses raih mendali sana-sini juga gara-gara dia, dia yang selalu nyemangatin gue, liat dia senyum juga adalah keindahan yang gak bisa ditandingin sama apaun. Lo boleh bilang gue alay, tapi gue yakin lo bakal bilang hal yang sama kaya gini kalo lo ada di posisi gue"

Abyan memungut tas ranselnyanya yang tergeletak dan memakainya asal "gue balik kak. Bye"

•One Life•

Febi sedang asyik mendegarkan alunan musik dj super kencang yang tersedia di mobil kesayangannya itu.

Sesekali ia mengangguk-anggukan kepalanya tanda menikmati musik berirama cepat yang memang sengaja disetel kuat-kuat olehnya.

One Life [Completed]Where stories live. Discover now