22. Selalu Ada

2.7K 134 4
                                    

Perpisahaan seringkali mengajarkan kita betapa berharganya seseorang setelah dia tiada

****

Niki sudah ketakutan setengah hidup -karena yang setengah mati sudah mainstrem- saat tiba-tiba seorang pelayan membentaknya seperti anak tiri.

Padahal Niki sendiri tidak begitu yakin akan kesalahannya. Apakah di tinggal oleh teman-temannya adalah kesalahannya? Apakah ia tidak bisa membayar makanan salahnya? Tentu saja jawabannya...

IYA

Tapi Niki masih bingung akan penyebab dari dua kesalahan fatalnya barusaan. Yang pertama, Niki merasa tidak melakukan kesalahan atau salah ucap pada teman-temannya, hari ini Niki bahkan mentraktir mereka hang out dengan catatan tiket dari sang ayah tentunya. Tapi kenapa ia ditinggal sendirian?

Yang kedua, Niki masih ingat betul bahwa tasnya ada di meja makan ini. Tapi saat kembali kenapa semuanya sudah lenyap, baik tas maupun manusianya. Yang ada hanya secarcik kertas tentang Niki yang akan membayar semua makanannya.

Bagaimana Niki mau bayar? Uang sepeserpun ia tak punya.

"jadi mau kamu gimana lagi sih?! Alesan kaya gitu tuh udah gak jaman, pasti kamu cuman mau numpang makan gratiskan?!" bentakan yang kesekian kali itu membuat Niki semakin ciut saja, tapi ia masih berusaha mengelak dan membela diri.

Bagaimana tidak, si pelayan hanya marah-marah gak jelas tanpa memberikan Niki kesempatan untuk menjelaskan lebih detail atau sekedar meminjam telefon cafe untuk menelfon sang Ayah.

"enggak kok pak saya-"

"-jangan ngejawab kamu! Udah salah masih ngeles kaya bajaj! Pokoknya kamu harus bayar gimana pun caranya. Saya gak mau tau!"

"..."

"kamu diem aja hah?! Kamu ngacangin saya?! Kamu kira saya salesman apa?!"

Aishh Niki serasa ingin terjun bebas sekarang. Menjawab salah. Tidak menjawab salah, intinya apapun yang ia lakukannya selalu saja salah di mata si mas-mas ini. Lagaknya sudah kaya bos besar, padahal Niki tahu dia cuman kepala pelayan -terlihat dari name tagnya- dan bukan manager yang sangat berpengaruh akan kelangsungan cafe atau si pemilik yang memang memiliki setiap jengkal dari cafe ini.

Dan disaat seperti inilah Niki perlu sang pangeran. Pangeran berkuda putih yang akan membantunya memecahkan masalahnya, membayarkan sacara tunai makanannya dan teman-temannya, mengantarnya pulang dengan selamat, kalo perlu jalan-jalan sebentar juga tidak papa deh.

"heh! Senyam sunyum, saya tahu saya tampan. Gak udah keblinger gitu liatnya" kata pelayan itu pd. Sampai-sampai membuat Niki merinding. "oke deh.. berhubung saya lagi baik hari ini jadi kamu harus bayar semua makanan ini dengan kamu cuci piring"

"what the?"

"biar saya yang bayarin" Dan akhirnya sang pangeran pun datang. Menolong sang cinderella dari kekejaman sang ibu tiri.

Niki gak kenal siapa orang itu, Niki bahkan tak berani menatap sang penolongnya. Katanya takut jatuh cinta pada pandangan pertama. Abyan mau dikemanain kalo udah kaya gitu.

"mas ini siapanya ya" pelayan yang tadi mencak-mencak seperti ibu kos minta uang bulanan mendadak tingkahnya jadi sok cantik dan centil?

WARIA?

Masa iya pelayan ini waria? Tapi waktu marahin Niki ia sangat tegas dan ganas, kenapa tiba-tiba begini. Apa bener dia waria, atau yang lebih parah dia homo. Niki yang merinding jadi tambah merinding.

One Life [Completed]Where stories live. Discover now