3. Sunrise

3.7K 177 3
                                    

"Assalamualaikum. Ayah pulang!" mendengar seruan itu Niki yang tadinya bosan setengah mati di kamar tiba-tiba menjadi semangat 45.

Ia langsung bangun dari kubur? Maksudya dari kasur dengan gerakan secepat kilat, segesit cheetah yang sedang mengejar mangsa.

Ehh bukannya gesit sama cepat itu beda tipis ya? Bahkan gak ada bedanya.

"Ayahhh" pekik Niki girang sambil memeluk akahnya.

"Wow. Anak ayah kenapa ini, gak biasanya langsung meluk-meluk gini" komentar Aldi ayah Niki sambil berusaha merenggangkan pelukan Niki.

"Ihh biarin sih anaknya pengen manja-menja juga" ujar Niki melepaskan pelukannya sambil memanyunkan bibir tipis itu.

"Obatnya udah diminum?" tanya Aldi menyelidik.

"Udah ayah" jawab Niki jengah, seolah itu adalah pertanyaan 1 + 1 sama dengan berapa?

"Pinter anak ayah" puji Aldi sambil mengacak rambut Niki sayang "Besok sore kita kemo ya"

"Lagi?" tanya Niki sebal.

"Iya donk biar kamu cepet sembuh"

Niki yang terlihat sedikit kesal mendudukan diri di sofa empuk berkursi dua yang paling dekat denganya "Emang kapan sih Niki matinya?"

"Astaghfilullah Niki kamu ngomong apa?" pekik Aldi keget. Ia kemudian bersimpuh dan memegang bahu Niki "dengerin Ayah. Umur itu gak ada yang tau, cuman tuhan yang tahu"

"Tapi Kiki liat sendiri kok. Ayah ngomong sama dokter Reka minggu lalu"

"Dokter Reka cuman bercanda" saut ayah Niki asal.

"Bercanda?? Yah Aku ini udah gede! Gak perlu diboongin gini. Aku udah bisa terima keadaan kalo emang aku ini sakit-sakitan!" entah kenapa emosi Niki kini mulai memuncak, ia bahkan melepaskan genggaman erat tangan ayahnya dikedua bahunya dengan kasar.

"Berapa lama lagi yah? Setahun? Dua tahun? Tiga bulan? " tak terasa Kiki mulai menjatuhkan cairan bening dari pelupuk matanya.

"Enggak. Kiki gak akan mati. Kiki itu kuat. Kiki pasti bisa. Kiki pasti sembuh. Percaya sama Ayah. Kiki gak akan mati dengan alasan yang sama kaya bunda Niki" ujar Aldi berusaha menguatkan putri kesayangannya itu dengan merengkuhnya erat.

•One Life•

Jam sudah menunjukan pukul 23.30 tapi seorang pria paruh baya belum juga tidur dan bergelung dengan selimut. Ia masih setia duduk di sofa sambil senonton televisi yang sebenarnya tidak ia benar-benar tonton.

Ia menyalakan tv hanya sekedar penambah suasana ramai saja, sedangkan fikirannya sedang melayang entah kemana. Mungkin inilah yang di sebut sedang di tonton televisi?

"Pah.. Ini udah malem lho mending papa tidur. Biar nanti kalo dia dateng biar aku yang bukain pintu" entah dari mana asalnya, tiba-tiba kini datanglah seorang pemuda yang sangat mirip denganya. Tentu saja mirip mereka kan orang tua dan anak.

"Kamu aja yang tidur duluan gih besok kan kamu harus sekolah" ujar pria paruh baya itu sambil menepuk bahu anaknya yang kini ikut duduk bersamanya di sofa. "Lagian tidur malem itu gak baik buat atlet kaya kamu Abyan"

"Aku lagi khawatirin papa. Kenapa papa yang justru banyak omong" ujar Abyan dengan nada seolah sang papa itu anak yang sedang di marahi ibunya.

"Ah kamu ini" melihat ekspresi lucu dari sang anak sontak Agus -nama sang papa- menunjukan kekehanya "Sebenernya siapa sih yang orang tua disini?"

One Life [Completed]Where stories live. Discover now