38. Diterimanya Permintaan Maaf

2.5K 98 7
                                    

Tak terasa hari sudah menjelang sore. Seluruh siswa/i sudah sepenuhnya pulang. Kini sekolah sepi tak bernyawa, tak bersuara.

Dan disini. Di gudang belakang sekolah yang tak pernah terjamah Febi duduk. Kepalanya ia sandarkan di tembok usang itu. Tangannya memeluk kakinya yang ia lipat.

Pikirannya kosong. Hanya menatap langit-langit dan juga laba-laba yang tengah sibuk memperlebar sarangnya.

Hari ini ia sudah hilang akal, sikapnya brutal, dan hari ini pula ia sudah melakukan hal diluar nalar. Sepintas fikiranya lewat, apakah sebentar lagi ia akan di penjara karena kasus kekerasan?

Ia tersenyum miris. Bukankah ini yang ia inginkan sejak awal? Bukankah ini niat awal ia bertindak hingga sejauh ini? Balas dendam. Menghancurkan Niki hingga sehancur-hancurnya. Membalaskan dendam kematian sang kaka.

Tapi apa yang ia rasa sekarang? Ia sama sekali tidak merasa puas. Tak ada sedikitpun rasa bahagia dihatinya. Kenapa?

Ia begitu membenci Niki yang telah merenggut nyawa sang kakak tercinta. Tapi kenapa? Ia tak bahagia sama sekali setelah membalas dendam kenapa?

Dan kini air mata jatuh dari pelupuk matanya. Kini ia memejamkan mata, meresapi apa yang sebenarnya ia inginkan?

Cukup lama Febi dalam posisi itu. Hingga akhirnya terdengar suara

"Febi.. Febi.. "

Febi terpaku dengan sosok yang ada di hadapannya. Apa ia sungguh..

"Abyan"

Febi sudah siap menerima makian dan apapun itu dari Abyan atas kelakuannya. Jika ia akan di bunuh pun ia siap.

Tapi yang di dapatkanya justru berbanding terbalik. Mata Abyan berkaca-kaca. Hei? Apakah itu air mata untuk Niki?

"ketemu! Kamu kalah, main petak umpetnya udahan ya.. Aku cape nyari kamu" kata Abyan terisak sambil memeluk Febi erat, rasanya ia tak mau melepaskannya meskipun sejenak. Rasa takut kehilangan sangat terasa dari pelukan tersebut.

Dalam tangisnya Febi tersenyum. Masa bodo dengan apa yang akan terjadi nanti. Sekarang ia ingin membalas pelukan orang dihadapannya ini. Biarlah tempat ini menjadi saksi bisu semuanya.

•••

Niki sudah sadar sedari tadi. Bahkan kini ia sudah bisa bercanda bersama teman-teman Alan dan juga dua sahabat karibnya.

Untunglah ayah Niki memesan ruangan viv yang lumayan besar sehingga cukup untuk mereka semua. Ada Reza dan Wawan dengan sok - sok stand up comedy yang sama sekali tidak menghibur menurut Alan. Yaiyalah karena hanya Alan yang di jadikan bahan lawakan oleh mereka berdua. Berbeda dengan Gea dan Niki yang sudah terpingkal - pingkal sangking bahagianya.

Di sofa Lisa yang sibuk bermanja di lengan Sandi. Entah bagaimana dua manusia itu bosa jadian padahal sifat keduanya sangatlah bertolak belakang.

Lisa yang hyper aktif dan Sandi yang bener-bener cool bisa di satukan. Cinta memang buta. Dan takdir itu memang ajaib.

Tapi keseruan itu mendadak sirna kala melihat sosok yang baru saja masuk. Semuanya nampak geram dan jengah melihat sosok itu hadir. Tapi berbeda dengan Niki yang menyambutnya ramah seperti tak terjadi apa - apa.

"hey Abyan, Febi.. Sini masuk, Wawan sama Reza tadi beli jajanan banyak banget loh" ucap Niki seraya menebar senyum cerah.

Abyan terus memeperhatikan gerak-gerik Febi yang kikuk di tempat ia berpijak. Sepertinya Abyan dan Febi salah mengambil waktu untuk mengunjungi Niki.

One Life [Completed]Where stories live. Discover now