Part 3: Serba Wareg Malioboro

Start from the beginning
                                    

Adel adalah cewek dari keluarga yang sangat berada. Ayahnya seorang pejabat di pemerintahan. Sedangkan ibunya bekerja sebagai dokter di Departemen Medis Paladin. Alasan ini jugalah yang membuat cowok-cowok minder untuk mendekatinya. Sudah cantik, kaya dan anak pejabat pemerintahan.

"Ngomong-ngomong, berapa tabunganmu?" tanya Adel.

"Masih tiga ribu," jawab Julio sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Uang gedungnya lumayan mahal. Sekitar dua puluh ribuan. Eh, makan siangku habis berapa?" tanya Julio.

"Lima puluh," jawab Adel sambil bercermin di layar ponselnya.

"Nanti gantian aku yang menraktirmu dan Andre."

"Sudah jangan repot-repot."

"Ngomong-ngomong, kau tidak mengundang Andre?"

Adel menggeleng, "Dia tidak bisa. Katanya besok ada evaluasi matematika."

Andre berbeda sekolah dengan Julio dan Adel. Karena lebih pintar dari dua rekannya, Andre berhasil masuk SMA favorit nomor dua di Jogja. Sementara Julio dan Adel mendapat sekolah nomor tiga. Meski begitu, tidak ada kendala dalam koordinasi. Bahkan Julio dan Adel kerap bermain ke SMA Andre.

"Dapat salam dari adik kelas," kata Julio, "Yang rambutnya keriting seperti Andre. Aku lupa namanya."

"Ah, anak itu," jawab Adel, "Dia juga Paladin. Departemen Investigasi Supernatural."

"Pantas dia berani mengincarmu. Biasanya juga cowok-cowok pada minder."

"Kalau pendekatannya bagus dan aku nyaman, kenapa tidak?"

"Meskipun adik kelas???"

"Tak masalah."

Julio tertawa dan menunjuk muka Adel, "Dasar! Tante pecinta brondong!"

"Masa bodoh," kata Adel sambil menjulurkan lidahnya.

Dari pintu masuk, muncullah dua orang asing. Seorang pria dan seorang wanita. Si pria berambut merah dan berkacamata. Dia memakai jaket yang di bagian kirinya ada bendera Amerika. Sedangkan si gadis bergaya rambut twintails dan dengan lolipop di mulutnya. Dia memakai tanktop hitam yang dilapisi oleh jaket yang sama dengan si pria. Bedanya, bagian depan jaketnya terbuka. Dua-duanya sama-sama memakai skinny jeans berwarna hitam.

Sudah biasa jika Jogja penuh dengan wisatawan mancanegara macam dua orang yang baru datang ini. Namun, benda yang ditarik oleh dua wisatawan itu membuat Julio dan Adel merasa tidak biasa. Sebuah benda berbentuk kubus yang tingginya seukuran lutut mereka. Benda itu ditutupi oleh kain berwarna merah. Julio dan Adel bisa mendengarkan suara ketika benda itu melewati mereka. Apapun yang ada di dalamnya, terdengar seperti kucing mengeong. Melihat jeruji besi yang terlihat di bagian bawahnya, Julio dan Adel menyimpulkan bahwa benda kotak itu adalah kandang.

Dua turis mancanegara itu duduk tidak begitu jauh dari tempat Julio dan Adel. Selisih tiga meja. Mereka menyandarkan punggung dan meluruskan kaki. Kandangnya dibiarkan di lantai.

"Aku baru ingat," kata Julio sambil menatap Adel dalam-dalam dan bangkit berdiri, "Aku lupa mengunci setir sepeda motorku."

"Bergegaslah," jawab Adel cuek sambil bermedsos ria. Melihat-lihat galeri instagram teman-temannya.

Julio buru-buru ke parkiran dengan kunci di genggaman tangannya. Setelah kembali dari parkiran, dia melihat sebuah kartu tanda pengenal di lantai dekat tempatnya duduk bersama Adel. Julio memungut dan melihatnya. Kartu ini milik pria Amerika Serikat yang duduk di dekatnya. Namun, bukan itu yang membuat matanya terbelalak.

"Adel! Adel! Lihat ini!" kata Julio seraya memberikan kartu tanda pengenal ke Adel.

"Keren!" kata Adel, "Dia ternyata manipulator seperti kita! Guardian!"

Pria Amerika Serikat itu adalah anggota Guardian of Freedom atau biasa disingkat Guardian. Guardian adalah organisasi manipulator dari Amerika Serikat. Di bawah lambang tulisan 'Guardian', terdapat tulisan Department of Cryptozoology and Mythical Creatures. Ternyata si turis satu bidang dengan Julio dan Adel. Nama pria itu adalah Harry Lang Asakura. Julio buru-buru bangkit dan menghampiri tempat pria itu duduk.

"Good afternoon, Mr. Harry?" sapa Julio.

"Good afternoon," kata Harry yang membalas sapaan Julio dengan senyuman dan setelah menyadari sesuatu, matanya segera terbelalak, "How ... how do you know my name?"

"Is this yours?" Julio menyodorkan kartu tanda pengenalnya.

"What the fu ...!!" kata Harry sambil merogoh saku jaketnya berkali-kali dan mata yang masih menatap kartu identitas di tangan Julio, "Thank you, bro!!"

"Still careless as usual, Harry," kata turis wanita yang duduk di depan Harry.

"My mind isn't at good condition because of that thing, Megan!" kata Harry sambil menunjuk kandang yang ditutupi oleh kain hitam.

"Don't blame anyone because of your dumbness!" kata gadis twintails itu, "And that thing ... can understand you as well."

"No. She is sleeping now," kemudian tangannya meraih kartu identitas dari tangan Julio, "Many thanks, bro."

"You are welcome," kata Julio seraya berbalik meninggalkan dua turis itu.

"Wait!!" si gadis twintails menghentikan langkah Julio. Julio segera berbalik dan mendekatinya.

"For your kindness!" kata Harry seraya memberikan kotak coklat.

"Chocolate!!!" teriak Julio girang, "Thank you, Mr. Harry! Thank you, Miss Megan.!!"

"Welcome!" balas Harry dan Megan.

Julio kembali ke tempat duduknya. Dia membuka kotak coklat dan membaginya dengan Adel. Mereka memakan coklatnya sambil menunggu pesanan datang.

"Jika pria itu manipulator, berarti yang ada di kandang itu minimal hewan yang sangat langka atau hampir punah. Maksimal adalah hewan mitologi," kata Adel.

"Aku juga berpikiran seperti itu," kata Julio, "Ditambah lagi, ketika si cowok mengumpat makhluk apapun yang ada di kandang, si cewek berkata bahwa makhluk itu memahami perkataan si cowok."

"Sepertinya humanoid."

"Kenapa mereka tidak mempermasalahkanku yang melihat kartu identitasnya, ya? Maksudku, orang biasa kan tidak boleh mengetahui seluk beluk dunia manipulator. Apa karena mereka tidak memperhitungkan bagaimana jika aku manusia biasa?"

"Entahlah, Julio. Meski mereka memperhitungkan, manusia biasa tidak akan mau repot-repot mengira-ngira lembaga macam apa Guardian itu."

Julio and Black UnicornWhere stories live. Discover now